9. Naksir?✨

17K 1.1K 26
                                    

"Jadi ini yang namanya Ara" Ara tersenyum menanggapi.

Feni~ibunda Rangga menatap Ara gemas. Tingkahnya yang malu malu dan wajahnya yang seperti Barbie.

"Pantesan. Rangga sering cerita loh. Ternyata kamu cantik ya" Ara semakin menunduk malu. Dia melirik Rangga disampingnya yang seperti tengah mengode ibunya untuk tidak berbicara macam macam.

"Eh Rangga nya malu tuh" Feni terkikik melihat Rangga dan Ara . Feni tak memedulikan tatapan Rangga yang seakan memperingatinya. Dia senang menggoda Rangga seperti ini. Sudah lama Feni tak melihat binar mata putranya semenjak kepergian suaminya.

"Bun, Rangga anterin Ara pulang dulu ya" ijin Rangga pada Feni . Pasalnya, ketiga temannya itu telah pulang duluan. Dan parahnya lagi, Rizky meninggalkan Ara.

"Nggak usah kak. Kak Rangga tungguin ibunya kakak aja. Ara bisa sendiri" tolak Ara halus.

"Jangan dong , ini udah malem. Kamu jangan khawatir nak. Tante juga udah ditemani sama bibik. Bentar lagi juga balik kok" jelas Feni .

"Iya bener. Yaudah aku sama Ara pamit pulang dulu ya Bun " ucap Rangga menyalimi tangan Feni diikuti Ara .

Musik jazz dari radio mengalun merdu menemani perjalanan Rangga dan Ara. Rangga melirik Ara yang memandang pepohonan di sepanjang jalan.

Ara melepaskan seat-belt nya saat mobil Rangga sampai dipekarangan rumahnya.

Rangga berdehem singkat. Mengacak rambut gadis manis disampingnya.

"Makasih untuk tadi"

Ara hanya mengangguk kaku. Tak menjawab. Pipinya terlanjur merona, mengingat kejadian beberapa waktu lalu.

Rangga menjalankan mobilnya kembali saat Ara benar benar sudah masuk ke dalam rumahnya.

Ara mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah. Menghembuskan nafas bosan. Rumahnya kembali sepi. Entah Ara benci suasana ini. Senyumnya tertarik. Dengan langkah riang, Ara berjalan menuju rumah tetangganya. Siapa lagi jika bukan Kiki .

Namun langkah kakinya terhenti ketika tersadar. Ini sudah pukul sembilan malam. Tak enak rasanya jika malam malam ke rumah Kiki . Walaupun sebenarnya juga tidak masalah.

"Loh, mbk Ara udah pulang to" ucap bi Yati mengagetkan Ara .

Ara terkejut dengan kedatangan bi Yati yang tiba tiba,"Bibi ngagetin aja."

Bi Yati hanya tertawa.

"Iya bik. Tadi Ara ke rumah Kiki . Terus Kiki dikabari sama temen nya kalau ibunya kak Rangga masuk RS . Jadinya Ara ikut" jelas Ara panjang. Bi Yati mengangguk mengerti.

"Yaudah sekarang mbak Ara bobok. Udah malem" Ara mengikuti perkataan bi Yati. Dirinya lantas pergi ke kamarnya.

-_-

Pagi harinya, Ara berangkat bersama Rizky seperti biasa. Namun, tanpa kehadiran Rangga. Pasalnya Rangga masih ingin menjaga ibunya sampai benar benar sembuh melalui message-nya ke Rizky . Mengetahui itu, berarti hari ini Rangga tidak bisa ke rumah Ara .

Bahu Ara merosot. Entah mengapa mendengar kabar tersebut membuat Ara tak bersemangat. Namun dia juga tidak boleh egois. Karena kesembuhan ibunya lebih penting. Ara tak mau berharap banyak.

"Ra, kenapa melamun?" Oliv melambaikan tangannya didepan wajah Ara.

Ara tersadar lalu gelagapan menggeleng, "Aku tau nih. Pasti karena kak Rangga kan. Aku turut sedih ya" Oliv menambahi.

"Rangga siapa?" Bukan Ara yang melontarkan pertanyaan itu. Tetapi Tito yang sudah ikut nimbrung bergabung dengan mereka.

"Hmm siapa ya?" Oliv mengetuk ketukan jarinya ke dagu pura pura berpikir.

My DimplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang