40

7.2K 438 9
                                    

Jangan lupa vote ya,,,

Spam komen juga biar semangat buat lanjut.

Happy reading!

"Ra. Lu tinggal sama Gue aja yuk".

Ara menggeleng lalu tersenyum terpaksa. Itu sudah sekian kalinya Rizky menawari gadis itu untuk tinggal bersamanya.

"Yaudah kalau Ara nggak mau nggak papa. Tapi Kamu jangan sungkan minta apa-apa sama Mama ya. Kamu,'kan anak perempuan Mama satu-satunya". Ucap Ira mengelus rambut Ara sayang. Ara mengangguk patuh.

Hari ini Ara sudah diperbolehkan pulang. Kini gadis itu tengah duduk di atas brangkar pasien. Dikelilingi keluarga Rizky yang sedari tadi membujuknya untuk ikut tinggal bersama.

Tapi Ara menolak. Dia memang sudah biasa tinggal bersama Bi Yati sedari kecil. Walaupun dulu dia selalu menyemangati diri kalau orangtuanya pergi untuk bekerja. Ternyata selama ini dia salah. Orangtuanya pulang bukan karena selesai dengan pekerjaannya tapi hanya untuk singgah, sekedar menjenguk Ara itupun bisa dihitung setahun berapa kali.

Miris memang. Tapi itulah kenyataannya. Sekarang Ara sudah tak lagi berharap banyak. Hidupnya akan terus berjalan dan dia tak mau terpuruk dengan sisa kesedihannya.

Dia adalah perempuan kuat. Dia tidak boleh lemah karena dia ingin terus bersanding dengan Rangga.

Ara juga beruntung, memiliki orang-orang terdekat yang turut menyayangi nya.

Ada Rizky, Abang kembar, Mama Ira, Papa Ferdi, Bisa Yati dan tentunya Rangga tersayang. Sekarang Ara harus menjadi perempuan yang mandiri. Tidak boleh cengeng dan banyak mengeluh. Dia harus strong, dia yakin dia pasti bahagia. Bahagia bersama Rangga, eaaa.

"Yaudah yuk. Udah semua nya kan? Sekarang kita pulang". Mama Ira mengomando anak nya untuk untuk membawa tas berisi perlengkapan Ara. Sementara suaminya sudah lebih dulu berjalan ke parkiran, kini wanita paruh baya itu membantu Ara berjalan.

Rangga berada di samping kirinya sembari memegang tangan Ara. Mama Ira tersenyum melihatnya, ternyata Anak perempuannya sudah ada yang menjaga.

"Ara mau bareng Mama atau sama pacar nih?". Tanya Ira dengan nada menggoda.

Ara yang ditanya pun malah menatap Rangga. Dia merasa tidak enak sebenarnya, tapi lebih tidak enak lagi dengan Mama Ira dan Papa Ferdi.

"Sama Mama Ira aja. Kak Rangga, Aku bareng mobil Papa Ferdi ya?". Ijin Ara.

Rangga mengangguk singkat. Laki-laki itu memaklumi, ibu dari Rizky sahabatnya itu sudah menganggap kekasihnya seperti anaknya sendiri. Jadi tidak ada yang salah bukan.

"Ekhmm!!!. Kacang kacang kacang".

Ara tertawa mendengar sindiran Rizky. Dia tau laki-laki itu menggerutu di belakang sana.

"Yang Ara, di tuntun-tuntun. Yang Rangga cuma pegangan tangan doang. Lah gue yang anak kandung, suruh bawa banyak barang. Hidup emang nggak adil gaes". Ucap Rizky mendramatis.

"Apa Riz? Mama lagi make sendal jenggel loh ini. Mau rasain sensasinya nggak?". Balas Ira sarkas.

Rizky langsung kicep. Sungguh jahat memang. Ngatain emak dalam hati dosa nggak sih.

"Nggak minat, Mak".

***

Rangga menatap jengah sang kekasih yang kini sibuk dengan benda barunya. Kekasihnya itu masih sakit, itulah sebab nya dia sempat menahan ibunya agar tak memberi gadisnya itu oleh-oleh.

Kacang.

Rangga merasa terabaikan sekarang. Lihat saja, kekasihnya itu malah sibuk menyentuh album berisikan laki-laki cantik itu. Tak bisakah Ara melihat jika Rangga butuh belaian saat ini?

My DimplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang