Ayo vote dong. Semangatku ya liat vote cerita ini nambah. Kolom komen juga sepi, ini aslinya pada males ngetik atau malu sih😆.
Lama-lama males mau mikir kelanjutan cerita ini, kalian nggak nyemangatin sih😚. Ayo, jangan ragu buat pencet vote atau komen ya. Aku juga butuh saran dan kritik kalau memang ada kesalahan🤗
Duh, banyak omong. Dahlah kesel.Happy reading guys☹
Rangga kecolongan. Dia tau hal itu. Lebih parahnya lagi, gadis mungil nya terluka. Itu menambah Rangga semakin menyalahkan dirinya. Rangga tak becus menjaga kekasihnya, lagi.
Jari-jari tangannya meremas rambutnya kuat-kuat. Rangga merasa sakit melihat Ara berbaring di atas ranjang pasien.
Laki-laki itu menatap lantai dengan pandangan kosong. Mulai detik ini Rangga berjanji menjaga gadisnya seutuhnya. Pikiran nya tengah semrawut. Dia masih harus memberi pelajaran bagi pelaku yang melukai kekasihnya.
Setelah tadi sempat diperiksa, dokter mengatakan padanya kalau di punggung kekasihnya itu terdapat bekas sayatan-sayatan. Salah satu sayatan itu ada yang terlalu dalam hingga darah yang keluar tidaklah sedikit. Dokter juga mengatakan bahwa kekasihnya itu sepertinya habis mengkonsumsi obat tidur.
Tapi Rangga percaya Ara. Gadis itu tidak mungkin mengkonsumsi obat-obatan seperti itu apalagi menyakiti dirinya sendiri. Itu sangat tidak mungkin. Sefrustasinya Ara, bahkan ketika dia tau bahwa dia bukan anak kandung Ayah Sandi, Ara hanya menangis tergugu walaupun jatuhnya sakit.
Namun, untuk obat tidur dan luka sayatan itu sangat tidak masuk akal. Apalagi luka itu terdapat di punggung nya.
Rangga lagi-lagi meraup wajahnya kasar. Sungguh dia tidak sabar menanti gadisnya itu untuk siuman lalu meminta penjelasan atas apa yang gadis itu alami selama dia tidak ada. Rangga bingung memikirkan berbagai alasan apa nanti ketika kekasihnya bangun nanti.
"Kak".
Rangga sontak bangun dari duduknya lalu menghampiri ranjang Ara. Rangga yang peka langsung saja mengambil air putih di atas nakas.
Tangan Rangga meraih sedotan kecil lalu di arahkan nya ke mulut gadis itu. Karena luka sayatan itu ada di sekujur punggung, maka Ara juga harus memposisikan tubuhnya menjadi setengah tengkurap. Mengingatnya membuat Rangga kembali mengetatkan rahangnya.
Ssshhhh!
Rangga mengelus kepala Ara sayang, dia tau kekasihnya itu meringis sakit.
"Punggung Aku kenapa, kok perih semua--". Ara melirik Rangga dengan mata berkaca-kaca.
Mungkin saja luka itu baru bereaksi sekarang. "Ssstt! Tenang, udah nggak papa. Ada Aku di sini".
"Hiks, tapi kenapa perih banget. Aku gerak sedikit sakitnya kerasa". Ara mulai terisak. Sungguh demi apapun, sekujur tubuhnya terasa perih semua. Apalagi di bagian kiri atas, seperti lebih menyakitkan.
Cukup. Rangga benar-benar tak tega melihatnya seperti ini. Ara nya kesakitan. Dan dia sebagai tunangannya tak bisa berbuat apa-apa.
"Punggung Kamu luka. Jangan banyak gerak ya, nanti sakit". Rangga mengecup dahi kekasihnya pelan. Dia bisa melihat raut kesakitan itu.
Shit! Luka sialan itu tidak boleh membekas di punggung kekasihnya. Bagaimanapun caranya, Rangga akan memastikan bekas luka sayatan itu harus hilang seperti sedia kala.
"Kamu mau cerita, kenapa bisa gini?". Tanya Rangga hati-hati.
Ara mengambil napas. "Kemarin selang satu jam Kak Rangga pulang, Eza datang ke rumah. Tiba-tiba bawa Aku masuk ke mobilnya, Aku nggak tau mau di bawa kemana karena terakhir kali Aku tertidur gitu aja--". Ara mencoba mengatur napasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimples
Ficção Adolescente"Kak~" rengek seorang gadis bermata bulat. "Hm?" gumam seorang pemuda. "Jangan liatin, malu" cicit gadis itu, sedangkan pemuda didepannya malah tersenyum. Manis sekali. "Kak Rangga~" rengek gadis itu lagi. "Apa Ara sayang?" Rangga mencubit pipi gadi...