4. Keceplosan🗣

25.4K 1.7K 18
                                    

Suasana pagi ini terkesan lebih sejuk dan menyegarkan. Ara, gadis itu menghirup banyak banyak udara segar diatas balkon kamarnya. Kakinya melangkah menuruni satu per satu ank tangga. Terlihat seorang wanita paruh baya yang sedang menyiapkan sarapan di pagi hari ini.

"Bunda? Bunda kapan pulang kok Ara nggak tau?" ucap Ara penuh semangat melihat momen yang jarang ia lihat. Bundanya tengah menyiapkan sarapan. Ia mengingat, perasaan ini bukan hari libur deh,pikirnya.

"Bunda sampai rumah jam sebelas malam. Ya pasti anak bunda yang cantik ini udah bobok kan," ucap Ratna mengelus pucak kepala Ara dengan sayang. Ara tak melunturkan senyumannya.

"Ayah mana bun? Kok nggak keliatan?" tanya Ara. Gadis itu tak melihat tanda tanda keberadaan ayahnya. Ia rindu dengan pelukan hangat ayahnya itu.

"Ayah lagi di ruang kerja. Bentar lagi pasti turun" ucap Ratna menuangkan susu kedalam gelas Ara.

Ara sedikit melunturkan senyumannya, ia sedikit kecewa. 'Di rumahpun masih saja urusan pekerjaan? Apa tidak bisa sehari terlepas dari kertas kertas putih yang sayangnya dapat menghasilkan uang itu', ucap Ara dalam hati.

Beberapa menit kemudian, Sandi~ ayah Ara turun lalu mendekati meja makan setelah sebelumnya mencium pipi Ara singkat. Hal itu membuat Ara bahagia. Setidaknya walaupun mereka sangat sibuk bekerja, tetapi mereka masih menyayangi Ara.

"Gimana sekolah kamu Ra?" tanya Sandi memulai pembicaraan setelah sarapan selesai.

"Baik kok yah." Jawab Ara yang diangguki Sandi.

" Hari ini Ayah anter ya" tawar Sandi membuat Ara yang tengah menggigit kecil rotinya mendelik kaget dibuatnya. Ara sangat senang mendengar ucapan Ayahnya.

"Ayo yah" seru Ara dengan semangat sambil menarik lengan Ayahnya. Tingkah Ara membuat mereka semua tersenyum geli. Terutama bi Yati yang senantiasa senang melihat Ara yang tengah bahagia dengan perhatian yang dilimpahi orang tuanya walaupun kesempatan waktu untuk mereka berkumpul terbilang minim.

Sedangkan di kediaman Rizki, tampak seorang pemuda yang tak lain tak bukan adalah Rizki sendiri tengah menikmati sarapannya sambil menunggu sang nyonya atau Mama Ira yang sedang berdandan.

Di sela menikmati makanannya, handphonenya bergetar.

Ara pendek:
Kiki berangkat sendiri ya? Ara berangkat sama Ayah 😅

Me:
Gue nggak sendiri kok. Gue sama Mama😋

Ara pendek:
Emang Mama Ira mau kemana?

Me:
Biasa emak emak, mau arisan katanya.

Ara pendek:
Oh, yaudah. Ayah udah siap nih. Dadah Kiki😚

Rizki hanya tersenyum kecil. Cowok itu berpikir, pasti saat ini Ara tengah bahagia. Kerap ditinggal orang tuanya, membuat Rizki sudah menganggap Ara seperti Adiknya sendiri. Walau pada akhirnya Ara pasti kesal karena kejahilannya.

Rizki melirik ke arah jam tangannya. Matanya membulat, lima belas menit lagi gerbang sekolahnya akan ditutup. Dan ia masih harus mengantarkan Mamanya ke rumah temannya.

"Maa, cepetan!" teriak Rizki memanggil Mamanya yang masih di kamar. Tanpa mengetuk pintu, cowok itu masuk ke dalam kamar mamanya. Dan boom! Mamanya masih asyik bersolek.

"Maa cepetan. Rizki udah mau telat Ma. Anter Papa aja ya ma?" tawar Rizki memberengut sambil melirik ke arah Papanya meminta pembelaan, sedangkan yang dilirik hanya mengendikkan bahunya.

My DimplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang