Sorry bila part ini gaje😆 dan banyak typo:v
---------------------------
Malam ini, Ara dan Rangga akan melaksanakan dinner. Kini keduanya tengah berada di perjalanan. Tangan kiri Rangga yang menggenggam tangan kanan Ara sedangkan tangan kanannya dia gunakan untuk menyetir. Tidak melulu gandengan sih, sesekali di lepas jika Rangga ingin menambah kecepatan.
Keduanya nampak seperti romeo dan juliet. Ara terlihat cantik serta anggun dengan gaun abu-abu dan Rangga dengan tuksedo hitamnya ditambah tatanan rambutnya membuatnya seperti Ji Chang Wook versi lokal.
Hingga akhirnya mereka sampai di restoran. Keduanya saling melempar senyum dan tatapan bahagia. Ini adalah kali pertama dinner berdua di luar semenjak berstatus pacar.
Pasti Rangga ingin menjadi moment ini spesial. Dia yang menyiapkan tempat dan meminta pekerja restoran untuk menghias nya se apik mungkin.
Sejenak, Ara harus bisa melupakam sekelebat pikiran tadi siang. Dia tidak ingin membuat Rangga kecewa atau marah dengan kejadian yang ia alami. Biarlah itu semua tersimpan pada dirinya sendiri. Apalagi mengingat kesibukan pacar nya itu yang padat membuat ia tak tega.
Ara terperangah takjub, ternyata ke kasih nya ini mengajaknya dinner di rooftop restoran ini. Sungguh, ini diluar ekspetasinya.
Lagi, Rangga sulit ditebak. Laki-laki itu kini memeluknya dari belakang dan mengambil tangan nya untuk di kecup.
Ara memejamkan matanya sejenak. Dia mengerjap kala merasakan rasa dingin yang melingkar di jari nya.
Gadis itu menoleh kebelakang dan mendapat Rangga yang tersenyum manis. "I--ini?". Ara tergagap. Dia mengambil tangan kanannya dan melihat cincin yang tersemat di jarinya.Laki-laki itu melepas kan pelukannya kemudian membawa gadis itu duduk. "Kita tunangan".
"APA?!!".
Ara menganga. Lupakan teriakan nya yang melengking itu. Dia sudah kaget dengan ucapan laki-laki di depan nya. "Aku masih kecil, kalau Kak Rangga lupa!".
Rangga tertawa. "Kecil-kecil tapi udah bisa buat anak kecil". Ucapnya seraya terkekeh geli.
Ara melotot, gadis itu berdiri dan menghampiri Rangga. Dia memukul lengan Rangga menggunakan tas selempangnya. Mungkin karena terlalu bersungut-sungut, gadis itu seakan lupa jika dia menggunakan sepatu hak tinggi.
Seperti dalam adegan drama kebanyakan, Ara tidak bisa menjaga keseimbangannya dan akhirnya terjatuh tepat di atas pangkuan Rangga. "Kak Rangga!!!".
Gadis itu berteriak, namun teredam karena dia berteriak di dada bidang sang pacar. Dia terlalu malu untuk sekedar menampakkan wajahnya.
Laki-laki itu masih saja tertawa. "Hei, lihat Aku". Rangga menangkup wajah kekasih nya yang berada di dadanya dan membawanya untuk menatapnya. Ara masih memejamkan matanya, dia masih malu sekalipun wajah gadis itu terangkat agar menatap sang pacar.
Cup!
Pelan-pelan, Ara membuka kedua matanya yang langsung bertubrukan dengan mata elang milik Rangga. Bibir mereka saling bersentuhan, hanya sebatas menempel saja.
Ara masih speechless. Dia mengamati wajah Rangga yang tampan itu. Alis yang hitam tebal, mata tajam nya, hidungnya yang seperti perosotan saking mancung nya lalu pandangannya turun ke bawah. O-m-g! Bahkan Ara baru sadar jika bibir mereka masih bersentuhan.
"Awhhh!". Ara berteriak sakit. Gadis itu menyesap bibirnya selagi menatap tajam Rangga yang berani-beraninya menggigit bibirnya. "Mesum! Sakit tau". Ara beranjak dari pangkuan Rangga lalu kembali ke tempat duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimples
Teen Fiction"Kak~" rengek seorang gadis bermata bulat. "Hm?" gumam seorang pemuda. "Jangan liatin, malu" cicit gadis itu, sedangkan pemuda didepannya malah tersenyum. Manis sekali. "Kak Rangga~" rengek gadis itu lagi. "Apa Ara sayang?" Rangga mencubit pipi gadi...