52

7.6K 583 188
                                    

"Ahh".

Ara terpekik melihat Bima tersungkur di atas rumput. Gadis itu segera menghampiri Bima dan memeriksa keadaannya.

Mata bulatnya menatap tajam sang pelaku. "Apa-apaan sih Kak?!".

Dengan tangan yang masih mengepal, Rangga tersenyum smirk menatap dua orang dihadapannya. "Murahan. Baru dua hari aja udah jalan sama laki-laki lain".

Bug!

"Maksud lo apa heh?!". Rizky datang dan memukul Rangga dari samping.

Rizky tak terima jika Ara dikatai yang tidak-tidak. Apalagi oleh Rangga yang notabenenya masih sahabatnya sendiri.

Tapi Rangga sudah keterlaluan. Jelas Rizky sendiri marah mendengarnya.

Rangga meludahkan darah yang keluar dari mulutnya. "Dia masih pacar gue".

Sontak Rizky tertawa keras. "Sekarang lo ngaca deh. Lo sendiri jalan sama cewek lain bahkan sampe mesra-mesraan di depan mata PACAR lo sendiri. Dan lo masih bilang Ara pacar lo?".

"Ra. Putusin dia sekarang!". Ucap Rizky tegas.

Ara semakin bimbang. Dalam lubuk hati kecilnya dia merasa ada sedikit perasaan untuk memaafkan Rangga. Katakan dirinya bodoh, namun saat ini hati dan logikanya sedang tak sejalan.

Perasaannya lebih dominan saat ini. Karena itu Ara hanya diam saja.

Bima mulai bangkit dan berdiri. "Gue gak tau masalah kalian apa. Tapi kalau itu cuma bikin Ara sakit, mending udahin aja bro. Lo gak liat betapa romantis nya gue sama Ara tadi?".

Rizky menggeram dalam hati dan merutuki Bima. Ini bukan waktunya buat ngelawak cuk! Dasar si bangsat nyulut api aja.

"Sayang!".

Sebuah suara mengurungkan niat Rangga untuk kembali memukul Bima.

Ara menatap perempuan yang bersama Rangga tadi yang kini berada dihadapannya. Penampilannya terlihat modis sekali.

"Kamu di sini ternyata. Pulang yuk?". Ara hampir muntah mendengar nada centil perempuan itu. Dia jadi berpikir, apakah dulu dia juga menjijikkan seperti itu, dia bergidik.

Rangga membalas pegangan tangan perempuan itu dan tersenyum. "Iya, kita pulang sekarang".

Sebelum meninggalkan tempat itu, Rangga masih sempat memberikan tatapan peringatan untuk Bima.

"Yeee si goblok!". Cibir Rizky yang ditujukan pada Rangga.

"Udah Ki". Ucap Ara lalu beralih pada Bima. "Kak Bima punya obat enggak buat ngobatin luka Kakak?".

"Ada, di mobil". Jawab Bima sambil meringis menahan perih.

"Ki, ambilin!". Titah Ara.

Rizky melotot. "Enak aja. Males ah, bolak-balik mulu".

Ara berdecak mendengar penolakan Rizky. "Kak, gimana kalau di mobil sekalian aja. Ini udah mau petang juga". Tawar Ara yang langsung disetujui Bima.

































***

















Ara memandang layar laptop dengan pandangan kabur. Ya, dia tengah melamun. Jujur saja gadis itu masih merasa tak habis pikir dengan Rangga.

Terhitung dua bulan.

Sudah dua bulan ini Rangga menghilang sejak saat itu. Ada rasa kehilangan, namun itu semua tidak sebegitu menyakitkan awalnya.

My DimplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang