21. Jebakan Rizky🕸️

8.9K 710 17
                                    

Happy reading!



"Tapi—"

"Kenapa? Ada yang mengganjal?" Rangga menatap Ara yang seperti merasa keberatan.

Ara mengalihkan pandangannya dari lampu lampu kota ke wajah Rangga yang disoroti cahaya bulan, "Kakak udah sembuh sama trauma kakak?"

Rangga mengernyit heran. Merasa aneh mendengar penuturan gadisnya itu.

"Trauma? Emang Aku punya? Trauma apa?" Rangga bertanya bertubi tubi.

Ara gelagapan. Apakah ucapannya tadi itu salah,"Loh. Maaf ya kak. Bukannya kakak punya trauma sama namanya ikatan ya?"

Raut wajah Rangga kembali datar. Seperti menahan kesal.

Wajah Rangga memerah, "Kata siapa?" Rangga menatap Ara penuh selidik.

" Kiki " ucap Ara polos.

'Dasar si curut!'

Rangga tersenyum manis sekali. Ara jadi merasa takut sendiri. Rangga menghirup udara banyak banyak. Lalu menghembuskannya kasar.

"RIZKY!!! KELUAR LO SEKARANG!" Seru Rangga berteriak . Ara merasa bingung sekarang. Jadi—bukan hanya ia dan Rangga yang ada di sini.

Dari balik batu besar yang juga ditumbuhi semak semak, keluarlah Rizky ditemani Aji dan Fano.

"Timingnya kurang tepat Ngga! Harusnya kita keluar pas Lo sama si pendek mau nerbangin lampion." Ucap Rizky muncul dengan wajah tanpa dosanya.

Rangga semakin merasa kesal. Sungguh acaranya gatot alias gagal total. Fano terkekeh keras sampai menepuk nepuk bahu Aji yang tepat disampingnya.

"Kasian banget nasib si Rangga" ucapnya masih dengan tawanya.

"Elo juga sih Ris, main nongol aja. Kan Rangga jadi gagal buat sweet sweet moment gitu" ucapan Aji membuat Ara tersipu. Jadi ini memang sudah direncanakan? Ara harus minta maaf nih sudah menuduh mereka yang tidak tidak.

"Kan tadi si Rangga manggil gue. Manggilnya pake teriak lagi, kayak gue ngga bakal denger aja. Lagian ini di bukit. Suaranya bakal mantul, gue juga nggak budeg kali" sewot Rizky membantah jika dirinya yang disebut biang pengganggu.

Rangga hendak mengucap, namun Ara menyela " Katanya ada mau lampion. Mana nih? Ara nggak sabar" ucap Ara terpekik girang. Rangga tersenyum hangat. Lalu mengambil dua buah lampion.

"Nih koreknya" ucap Aji menyodorkan sebatang korek api.

"Kalian mau nerbangin juga?" Tanya Ara saat melihat Rizky dkk yang masing masing memegang lampion. Namun belum diberi api . Mereka mengangguk kompak.

"Iya dong. Kita yang nyari, masak cuman kalian berdua yang boleh nerbangin" Ucap Fano dengan mata melotot lucu. Fano kan orangnya sudah sipit. Jadi kalau melotot tak akan bisa.

"Kak Fano ucul banget sih" ucap Ara seperti de javu. Rangga geram mendengarnya. Aji tergelak geli.

"Sama gue kok dicemburui. Inget, gue sahabat Lo Ngga" Fano merasa takut jika Rangga salah paham.

"Elah, ini kapan jadi nerbanginnya. Hawanya udah nggak enak banget nih" ucap Rizky kesal.

"Iya ayo. Punya Ara udah nyala nih. Lampion kalian kasih api dong" ucap Ara tak sabar.

Setelah semuanya menyala, mereka mulai menerbangkan lampion masing masing. Dimulai dari lampion milik Ara dan Rangga dahulu, baru kemudian disusul milik Rizky, Aji dan Fano.

Mereka tersenyum, merasa bahagia dengan hal sederhana ini. Setelah itu, mereka bersua foto. Dan saatnya Rangga yang ingin mengambil gambar dengan kekasih barunya.

"Agak deket lagi Ngga. Jangan kaku gitu. Slow aja, lepaskan senyuman ganteng Lo. Jangan malu maluin gue yang jadi temen Lo dong. Kita ini geng yang isinya cowok ganteng semua. Jad—"

"Ah. Cerewet banget Lo Ji. Udah biar Fano aja" ucap Rangga kesal serasa direndahkan oleh ucapan Aji. Rizky? Dia hanya menonton perdebatan itu dengan haha hihi.

Fano merebut kamera yang dipegang Aji. Aji sempat berdecak tak terima, namun urung. Fano lalu memotret pasangan baru itu. Ada tiga potret.

Potret pertama, Rangga menggenggam tangan Ara dan mereka tersenyum menatap kamera. Potret kedua, mereka berdua berpose mulek atau muka jelek . Potret ketiga, Rangga menggendong Ara . Dalam pose terakhir ini, Ara yang kaget menatap wajah Rangga dan Rangga tersenyum manis menatap wajah Ara.

"Udah kan mesra mesranya. Udah malem banget nih. Balik kuy" ucap Aji memecahkan moment bahagia Rangga. Karena udara yang mulai dingin. Apalagi mereka berada di dataran tinggi.

Ara tersadar jika hari sudah malam. Ah, untung saja besok weekend. Jadi tak masalah jika malam ini tak belajar. Orang asal pinter mah gitu. Nggak kayak author belajar cuma kalau besok ulangan. Suka pakai SKS. Sistem kebut semalam, hehe. Jangan ditiru ya sodara sodara.

Mereka akhirnya memutuskan pulang.

"Ngapain?" Rangga menaikkan alisnya saat melihat Rizky ikut masuk kedalam mobilnya.

"Gue nebeng ya. Tadi pagi kan gue naik motor. Nah, motor gue dibawa pulang si Aji sama Fano. Jadi gue nebeng Elo deh." jelas Rizky seraya merendahkan kursi penumpang untuk ia rebahan.

"Terus Kiki  kesininya tadi pake apa?"

"Tadi Fano naik taksi, sekalian bawa lampion lampion tadi. Kalau pake motor nanti rusak" ucap Rizky yang secara tidak sadar membuat pipi Ara memerah. Mengingat kejadian romantis tadi. Begitu banyak pengorbanan teman teman Rangga.

"Blushing kan Lo. Tadi harusnya ada yang lebih baper lagi. Tapi keburu si Rangga teriak teriak kaya orang utan. Jadi Gatot deh" ucap Rizky bagai bom atom untuknya. Karena membuat Rangga kembali mengingat ucapan polos gadisnya itu.

Rangga menatap tajam Rizky melalui kaca spionnya,"Lo ngomong apa sama Ara? Pakek bilang gue punya trauma segala" ucap Rangga menggeram.

Rizky seketika duduk tegak. Menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dilihatnya Ara yang tertawa kecil seolah mengejeknya.

"Selamat! Anda mendapat jebakan seorang Rizky" ucap Rizky bersikap terhormat.

"Lo harusnya bilang makasih sama Gue Ngga. Gue cuma kasih pengertian sama Ara kalau menunggu itu lelah. Jadi biar dia nggak terlalu mengharap kepastian Lo yang nggak jelas. Gue kasian dong sama Ara yang digantungin kek jemuran. Nah gitu deh. Makanya Gue bilang aja kalau Lo punya trauma, eh si pendeknya juga ngangguk angguk manut gitu" ucap Rizky panjang.

Rangga masih terlihat sedikit kesal sebenarnya. Namun mau bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Dan berita baiknya Ara juga sudah menjadi pacarnya. Jadi ia rasa, tak usah memperpanjang masalah.

Walaupun Rangga agak tak terima dibilang sakit.

"Tapi waktu ngomong, Kiki keliatan kalau itu beneran."

"Loh, gue gitu! The king of drama" ucap Rizky jumawa.

Ara mengangguk hingga poninya bergoyang lucu, "Tapi ada yang lebih tinggi lagi. The king of drama plus the king of gombal"

"Siapa?" Rizky mengernyit heran.

"Tuh" Ara melirik ke sampingnya.

Rangga mengerem mobil mendadak. Membuat kepala Rizky terantuk kursi penumpang didepannya. Rangga menatap Ara yang seenak hati menjulukinya the king of- apalah itu.

Gadis itu mengerucut lucu. Membuat Rangga tak tega jika ingin memarahinya. Rangga mengelus kepala Ara sayang. Lalu melajukan kembali perjalanan mereka yang sempat terhambat.

Mobil Rangga sampai di depan pintu gerbang rumah Ara. Rizky sudah turun sekitar dua menit lalu. Kini tinggal mereka berdua. Ara melepas seat-belt. Lalu tersenyum manis menatap Rangga. Tangannya hendak membuka pintu mobil.

"Ra!" Panggil Rangga.

Ara menoleh lalu mengangkat sebelah alisnya geli saat tangan Rangga justru mencekal lengannya.

"Cuma mau bilang.! Malam pacar..."

My DimplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang