19. Change 👀

9.4K 670 7
                                    

Hari telah berganti lalu berjalan dengan cepat. Beberapa jam lalu adalah pengumuman hasil olimpiade. Hasilnya, Rangga dan Ara meraih juara dua. Ya walaupun bukan menjadi yang pertama namun sekolah sangat bangga dengan prestasi itu.

Ini adalah olimpiade Nasional tingkat SMA yang berarti mewakili provinsi. Juara pertama diraih provinsi Jogjakarta yang sering dijuluki kota pelajar. Meskipun demikian Ara dan Rangga sudah merasa cukup puas dengan hasil yang diperoleh.

Sama halnya dengan teman teman mereka. Sampai Rizky, Aji, Fano dan Oliv mengajak Ara dan Rangga sekedar makan makan sebagai bentuk perayaan kemenangan.

Sebenarnya Ara sedikit lelah namun melihat euforia teman temannya yang menyambutnya membuat rasa penatnya terobati.

Memilih restoran yang bergaya trendi dan pengunjung rata rata didatangi kalangan anak muda menjadi tempat pilihan mereka.

Dan yang membayar semua biaya adalah Rizky. Entah kerasukan setan apa itu si Rizky. Tumben tumbenan mengajukan diri sendiri tanpa melalui paksaan.

Mereka menikmati makanan dengan berbagai candaan yang membuat suasana makin hidup. Oliv yang melihat kedekatan Ara dengan Rangga yang semakin lama semakin dekat pun terkikik geli.

"Kak Rangga kapan nembak Ara" ucapan yang terlontar dari mulut Oliv membuat mereka semua hening. Rangga tersedak dibuatnya. Ara menatap Oliv penuh tanda tanya.

Oliv menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sepertinya dia salah ngomong. Melihat kebisuan semuanya. Oliv tertawa kaku.

Rizky segera mengalihkan topik pembicaraan.

Dan berhasil. Rizky mengartikan tatapan mata Rangga yang berartikan ucapan terimakasih. Rizky membalasnya seolah 'semua itu tidak gratis bro'.

Rangga mengangkat dagunya angkuh. Tak keberatan dengan Rizky.

Saat hari mulai gelap, mereka semua memutuskan untuk pulang. Dengan Rangga yang tetap mengantar Ara. Entah perasaannya saja atau apa tapi Ara  menjadi sedikit berbeda.

Namun Rangga dengan ketidakpekaannya hanya bersikap biasa saja seperti tak terjadi apa-apa.

Ara tersenyum kecil saat punggung Rangga tak terlihat lagi diikuti suara motornya yang mulai tak terdengar.

Apakah Ara egois jika dia ingin kepastian dari Rangga. Ara mengingat ucapan Rizky tempo lalu. Hal itu membuatnya tersadar. Kepala cantiknya menggeleng kecil. Berusaha mengusir rasa aneh yang menerpanya.

Ara yakin Rangga tidak seperti yang ia pikirkan. Melihat keseriusan dalam mata Rangga dan sikapnya kepada dirinya selama ini. Rasanya tak mungkin jika Rangga hanya ingin mempermainkan perasaanya.

Ara memang belum pernah menjalin hubungan. Jadi dia masih bingung ingin bersikap seperti apa.

Sama halnya dengan Rangga. Pemuda tampan itu menghela napas beratnya berkali kali. Jantungnya berdebar. Senyumnya tertarik, rasa rasanya ia tak sabar menunggu hari esok.

Ara menatap datar pada sosok manusia yang bertengger di pintu ruang tengah. Sosok itu bersiul siul riang. Kedua tangannya masuk dalam saku celananya. Wajahnya yang sok cool membuat Ara ingin muntah.

"Selamet ye, atas kemenangan lu yang kedua walaupun bukan pertama"

Ara meremas bungkus camilannya. Dilemparkan sampah itu di wajah sok tampan itu.

Rizky mengaduh keras. Mengusap kasar wajah tampannya. Cowok itu ikut duduk di sebelah Ara. Menselonjorkan kedua kakinya di atas paha Ara.

Ara yang kesal mencabut bulu kaki Rizky membuat laki laki itu mengabsen hewan hewan yang ada di zoo.

Ara mendengus kesal. Siapa sih yang tak kesal jika datang datang dikasih selamat namun tersirat ledekan. Tanpa dipersilahkan ikut duduk apalagi segala kedua kaki ditaruh di pahanya.

"Lo itu KDT banget ya!" hardik Rizky masih mengelus sayang kakinya.

"KDT ?" Ara membeo.

"Iya KDT . Kekerasan dalam tetangga"

Ara melotot. Rizky langsung angkat tangan. Tanda ia menyerah.

"Sebenarnya Kiki mau ngapain sih" tanya Ara masih mencoba sabar.

"Gue? Ya nggak ngapa ngapain. Sekedar ngasi selamat aja." Jika dipikir pikir, mengapa baru sekarang. Tadi waktu makan makan juga bisakan.

Rizky mengangkat sebelah alisnya saat melihat Ara menyodorkan tangannya .

"Hadiahnya mana? Hehe" Ara tersenyum malu malu.

"Hehe! Nggak ada hadiah hadiahan. Tadi kan udah gue traktir" ucap Rizky enteng. Cowok itu malah meneguk jus mangga yang sudah dipastikan milik Ara lalu meminumnya hingga tandas.

"Oh gitu. Yaudah hush sana pulang. Kesini malah ganggu Ara !" usir Ara mendorong bahu Rizky berharap cowok itu pergi.

"Alah baperan amat Lo. Amat aja nggak baperan. Nih, gue kasih" Ara berbinar mendengar itu. Rizky merogoh saku celananya. Ara melihat telapak tangan Rizky seperti menggenggam sesuatu.

Ara semakin tak sabar dibuatnya. Rizky menahan agar Ara tetap tenang. Rizky mengambil sebelah tangan Ara lalu bersiap membuka genggaman tangannya.

Ara melotot, mencubit paha Rizky kuat lalu memutar. Bisa dipastikan akan merah sekali. Rizky mengaduh kesakitan.

Ara menghentakkan kakinya kesal lalu menuju kamarnya meninggalkan Rizky.

"Woi Ra. Hadiahnya nggak dibawa? Mahal nih, butuh perjuangan banget buat ngedapetinnya" teriak Rizky.

"Ra! Lo nggak tau ya, gue sampe harus ngumpet takut emak tau kalo gue ambil satu."

"Nggak mau beneran nih? Yaudah gue ambil lagi ya. Lumayan buat manis manis mulut" ucap Rizky mengambil kembali barang yang tadi akan diberikan kepada Ara.

Ara merasa dipermainkan. Bukannya tidak menghargai. Namun Rizky keterlaluan sekali. Kalian tau apa hadiah misterius itu? Permen. Sekali lagi, permen gais. OMG!

Merasa badannya sangat lengket, Ara memutuskan untuk mandi. Berendam air hangat sekedar merilekskan pikiran.

Dirinya sudah mempunyai jadwal malam ini.

Mandi. Dandan cantik. Rebahan di kasur. Play Drakor. Uhhh! Membayangkan saja sudah ngiler rasanya.

Ara mengambil laptop dan meletakkannya di kasur. Sedikit meregangkan otot-otot tubuhnya. Jari jarinya berselancar memilih film mana yang akan ia nikmati.

Satu jam. Dua jam. Lima jam berlalu. Mata bulatnya sudah tak kuat lagi menahan kantuk. Ara mempause putaran film. Menilik jam yang berada di dinding. Saat ini sudah pukul sebelas malam, pantas saja Ara sudah merasa sangat mengantuk.

Gadis itu mematikan laptopnya. Lalu segera mengambil posisi nyaman untuk tidur cantik.

Hampir saja dirinya masuk ke alam mimpi, handphonenya berdering nyaring. Ara merengek kesal.

"Halo?" ucap Ara ogah ogahan.

"…"

Deg!

Sambungan terputus sepihak. Ara terdiam kaku. Nafasnya memburu tak beraturan. Siapa yang meneleponnya malam malam. Namun didengar dari suaranya, rasanya tak asing. Ara seperti mengenal suara itu, ataukah hanya perasaannya saja.

Pikirannya berseliweran berbagai pertanyaan. Tangannya menggapai gelas yang berisi air putih diatas nakas.

Ara melangkah menuju jendela balkon. Menggeser gorden yang menutupi. Ara mengernyit melihat ke seberang rumahnya. Tepatnya adalah rumah Oika.

Batinnya bertanya tanya. Untuk apa Oika berada di teras dengan laki laki. Hampir tengah malam pula. Apakah ini— tidak tidak. Ara tak boleh berfikiran negatif.

Tarik nafas—buang. Tarik—hosh. Oke, keep calm Ara . Jangan panik, panik adalah musuh. Mencoba tenang seperti tidak terjadi apa-apa, Ara tersenyum lega. Lalu berniat untuk benar benar tidur.



***

Next?
Btw part ini super duper gaje😣

My DimplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang