Jangan lupa mampir di dua cerita ku lagi ya. Lebih banyak lagi konfliknyaaaa.
~
Let's start this game😈
-------------------------vote---------------------------
"Kemarin, Kak Rizky chat masa?!".
Ara terduduk dari rebahannya. Ucapan Oliv mampu membuatnya terkaget. Si Kiki itu?
"Chat?". Beo Ara.
Oliv mengangguk antusias. Siapa yang tak suka di hubungi gebetan coba. Baru saja Ara hendak berucap Oliv langsung saja membungkam mulut mungil Ara.
"Rahasia ya. Kamu nggak boleh tau".
Ara mengembungkan pipinya. Dia sedikit kesal sih. Tapi tak apa, melihat sahabatnya senang dia ikut senang. Sungguh perlu penantian panjang untuk Oliv mengagumi Kiki nya dalam diam.
"Yaudah Ra. Aku pulang dulu ya, Mama ku udah whatsapp nih suruh pulang". Pamit Oliv sembari menyangklong tas selempangnya.
"Yaudah, hati-hati ya?". Ara mengekori langkah Oliv dari belakang dan mengantarnya hingga depan rumah.
Setelah Oliv benar-benar tak terlihat dari jangkauannya Ara langsung masuk kembali ke dalam rumah. Dia mengira-ngira sejenak apa yang akan dilakukannya siang ini.
Ara teringat dengan ajakan Rangga untuk dinner malam ini. Dia jadi berpikir ingin mengenakan pakaian apa. Setelah mantap gadis itu memutuskan untuk ke mall sendiri.
Dengan celana jeans panjang dan kaos putih pendek dipadu kemeja kotak nya Ara sudah merasa nyaman. Rambutnya dia biarkan terikat asal. Sembari menunggu taksi online tiba dia berniat menghubungi Rangga.
Tidak aktif.
Tumben sekali ponsel kekasihnya itu tidak aktif. Ara menaikkan pundaknya acuh, mungkin saja Rangga sedang sibuk.
Ara menaiki eskalator, sembari berpikir sesuatu ingin membeli apa dahulu.
Gadis itu menegang kala merasakan pinggangnya di peluk erat. Ara melirik melalui ekor matanya dan terkaget.Gadis itu menoleh ke samping dan mendapati Eza dengan senyum miringnya. Ara berusaha berontak untuk melepaskan diri namun itu sedikit beresiko. Mereka berada di eskalator berjalan, takut-takut jika ada tragedi yang tidak diinginkan.
Ara harus menahan rasa ketidaknyamanan itu setelah beberapa detik kemudian. Dia risih dengan perlakuan Eza yang semena-mena. Walaupun orang yang berlalu lalang terlihat cuek tapi Ara seakan takut bila mereka semua mata-mata Rangga.
Eza mengangkat sebelah alisnya saat melihat gadis yang beberapa saat lalu ia peluk erat tiba-tiba menyentakkan tangannya. "Kenapa?".
Kenapa? Ara menggeleng lalu meninggalkan manusia aneh itu. Namun sepertinya keberuntungan sedang tidak berada dipihaknya. Eza, laki-laki itu selalu saja membuntutinya kemanapun dia pergi.
Hingga dia sudah selesai dengan belanjaannya dan kini Ara sedang menunggu taksi online, Eza masih saja berada di belakangnya.
Dia sudah berulangkali menghubungi Rangga, Kiki dan Oliv. Akan tetapi semuanya tidak aktif. Gadis itu jadi makin risau bila seperti ini pada akhirnya. Seharusnya dia tak perlu repot-repot pergi sendirian. Tadinya Kiki sudah menawarkan, akan tetapi karena laki-laki itu ada keperluan mendadak luang nya sore. Padahal Ara butuhnya sekarang. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Ara juga tak tahu jika akan manusia satu ini.
Setelah taksi itu datang Ara buru-buru masuk. Anehnya, Eza tidak berniat mengejarnya atau mencegah. It's okay, ini malah lebih baik. Daripada diekori kemanapun dia pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimples
Novela Juvenil"Kak~" rengek seorang gadis bermata bulat. "Hm?" gumam seorang pemuda. "Jangan liatin, malu" cicit gadis itu, sedangkan pemuda didepannya malah tersenyum. Manis sekali. "Kak Rangga~" rengek gadis itu lagi. "Apa Ara sayang?" Rangga mencubit pipi gadi...