49

3.9K 373 30
                                    

Happy Reading!




"Pulang yuk, perut Aku udah kenyanggg banget!".

Rangga tertawa ketika kekasihnya memperagakan bagaimana orang yang kekenyangan.

Dengan lembut Rangga menarik tangan Ara untuk bangkit dari kursi. Sembari berjalan ekor mata Rangga menangkap keluarga yang tengah makan malam. Ini memang restoran umum, apalagi malam minggu seperti ini akan banyak pengunjung yang menghabiskan quality time bersama keluarga atau pasangan.

Sekarang Rangga paham arti tatapan sendu yang dipancarkan gadisnya. Sudah lama mereka bersama, Rangga amat hapal bermacam ekspresi yang Ara miliki.

Maka dari itu Rangga hanya menurut saat Ara meminta pulang. Rangga tau bukan karena kenyang. Makanan saja hanya Ara habiskan setengah, itu pun baru beberapa suap.

"Gendong nggak nih, kayaknya kamu kekenyangan banget ya sampe jalannya lemes gitu".

"Ih, gausah, malu~ diliatin orang entar. Gandeng aja sini yang erat". Ara semakin melilit lengan Rangga erat. Sementara Rangga hanya terkekeh dan mengusap dahi Ara yang sedikit berkeringat.

Terakhir kali, Rangga menyempatkan waktu untuk menoleh ke arah keluarga itu. Sampai akhirnya sang kepala keluarga tak sengaja bersitatap dengan Rangga. Senyum miring terlukis dibibir Rangga membuat pria paruh baya itu melunturkan tawa nya.

Hingga di parkiran pun keduanya masih terdiam.

"Pasang seatbelt nya". Rangga yang tiba-tiba berada di depan wajah Ara sontak membuat gadis itu terkejut.

"Kamu jadi orang baik banget sih. Kenapa kamu ga biarin mereka mas--".

"Aku ga sejahat itu buat menjarain orang tua sendiri, Kak". Potong Ara cepat. Air matanya sedikit keluar melalui ujung matanya.

"Tapi mereka keterlaluan". Sahut Rangga tak suka.

"Tapi mereka juga yang udah ngerawat Aku. Kita udah bahas ini sebulan yang lalu, tolong jangan diungkit lagi. Aku beruntung banget ada Kak Rangga yang selalu di samping Aku. Aku udah ga peduli lagi sama apa yang pernah Ayah atau Bunda lakukan, mungkin itu hanya salah satu dari kekhilafan mereka. Yang terpenting saat ini adalah gimana caranya Kak Rangga ga berpaling dari Aku. Pasti capek ya ngadepin perempuan lemah kaya gini?".

"Hei, sstt. Maaf, Aku hargain kalau itu memang keputusan Kamu". Rangga mendekap tubuh Ara kedalam pelukannya.

"Mau berpaling gimana lagi, Kamu aja se gemes ini. Udah pendek, kecil, bawel, baik hati lagi. Aku ga bakalan oleng, sayang". Lanjutnya mencium dahi Ara bertubi-tubi.

Mendengar itu membuat Ara mengerucut kan bibirnya. "Ini ceritanya mau muji atau ngeledek sih".

"Dua-duanyaaawww! Sakit yang". Rangga mengaduh mendapat cubitan maut di lengan kirinya.

"Ngeselin!". Ara berpaling dan mengusap sisa air matanya kasar. "Udah yuk, jalan. Sekalian cari martabak". Lanjutnya ketus.

Rangga terkekeh melihat Ara cemberut. "Iya. Tapi nanti aku dikasih jatah kan?".

"Hm".

"Oke, kalau gitu let's go cari martabak".

...

"Pulang ke rumah Aku aja ya sayang? Udah gelap tuh, palingan Rizky udah tidur". Ucap Rangga menghentikan mobilnya di depan pagar rumah Rizky. Dia melihat lampu rumah sudah padam.

"No. Kiki biasa nunggu di ruang tengah kalau Aku keluar sama Kamu. Yaudah, Aku masuk dulu ya, hati-hati di jalan".

"Eh, Kamu lupa ya!". Rangga mencekal pergelangan tangan kanan Ara.

My DimplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang