Happy reading!
"Kamu baik-baik ya nak". Ira memeluk Ara erat, air matanya menetes sedih saat tau ingin berjauhan dengan Ara yang sudah dia anggap putrinya sendiri.
"Iya Ma".
"Kamu yakin nggak mau ikut? Mama nggak tenang kalau Kamu sendirian". Ira mengusap pipi putih Ara. Wanita paruh baya itu mengabaikan anaknya yang kini tengah misuh-misuh. Mungkin karena dia diperlakukan bak anak tiri.
Ara menggeleng. "Aku harus sekolah Ma, udah kelas tiga, masa harus pindah". Ucap Ara halus. Gadis itu sebenarnya sedih harus berjauhan dengan Mama Ira. Ya, Mama Ira akan pindah ke Bandung karena harus mengurus ibunya yang kini sakit tua. Belum dipastikan Mama Ira akan pindah sementara atau mungkin lama.
Ara sedih, mengingat ibu dari Rizky itu sudah dia anggap seperti ibu kandung nya sendiri, begitupun dengan Papa Ferdi. Namun, bagaimanapun juga, dia tidak berhak melarang. Syukurnya, Rizky tetap kuliah di sini tidak ikut pindah.
"Mama jadi berat ninggalin Kamu sendiri. Rizky, Kamu harus jaga Ara baik-baik ya? Jangan sampai Kamu buat Ara nangis". Ucap Ira yang lagi-lagi membuat anaknya menggerutu sebal.
"Iya, nggak bakalan anak kandung Mama itu kubuat nangis. Serahin aja semua pada anak tirimu ini", Rizky menderamatis membantu mencairkan suasana.
"Yaudah Mama pergi dulu ya. Kalian kalau libur main gih ke Bandung. Rizky, baik-baik di sini ya, jangan telat makan, Kamu harus belajar mandiri". Ira mencium dahi anak lelakinya yang nakal itu, di balik sifat cerewetnya Ira sangat menyayangi anaknya.
"Daaaa". Ara melambaikan tangannya kepada mobil yang semakin menjauhi tempatnya berdiri. Gadis itu menghembuskan nafas panjang. Sendirian. Lagi, sedikit demi sedikit orang yang disayanginya pergi.
"Mau hug?".
Tanpa di komando gadis itu menerjang Kikinya dengan pelukan erat. Sudah lama dia tak menghabiskan waktu bersama sahabatnya ini. Tugas kuliah yang menumpuk dan waktu Ara yang banyak tersita dengan kekasihnya membuat sepasang sahabat itu jarang quality time.
"Sayang Kiki".
"Sayang Lo juga". Balas Rizky seraya mengelus kepala belakang sahabatnya.
"Pacar Lo kemana?". Tanya Rizky begitu pelukan mereka terlepas.
Gadis itu mengendikkan bahunya. "Nggak tau".
"Ki, jalan yuk".
"Kemana?".
"Terserah Kiki, udah lama kita nggak pergi bareng. Beli es krim yuk".
Rizky memutar bola mata nya. Katanya terserah gue, lah sekarang ngajak beli es krim. Dengan langkah malas laki-laki itu mengikuti langkah riang Ara dari belakang.
"Aku mau yang rasa cokelat, stroberi, vanila, matcha, terus sama mint chocolate chips, emmh-- caramel, terus...".
"Borong aja semua, sumpek Gue".
Ara berhenti melangkah lalu memutar badan dengan cepat, menatap sahabatnya dengan binar. " Beneran nih? Yeyy, makasih Ki udah mau bayarin". Tangannya meremas kaos hitam milik Rizky.
"Heh ngawur. Siapa yang mau bayarin elu, gue kan cuma bilang, ya sana kalau lu mau beli semua es krim nya. Tapi bukan Gue yang bayar, enak aja". Sewotnya lalu berjalan mendahului Ara.
Gadis itu menghentak-hentakkan kakinya kesal. Dia kira sahabatnya itu akan membelikan semuanya. "Dasar Kiki pelit, Aku aduin ke pacar Aku nanti". Ancam nya.
"Aduin aja sana. Gua nggak takut, lagian nih ya Ra, Lu nanti yang bakal di marahi Rangga kalau lu borong semua es krim nya".
Nyali Ara menciut. Iya juga ya, batinnya menimbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimples
Teen Fiction"Kak~" rengek seorang gadis bermata bulat. "Hm?" gumam seorang pemuda. "Jangan liatin, malu" cicit gadis itu, sedangkan pemuda didepannya malah tersenyum. Manis sekali. "Kak Rangga~" rengek gadis itu lagi. "Apa Ara sayang?" Rangga mencubit pipi gadi...