-----Part panjang-----
Punggung tegap itu ditatapnya nanar. Sudah semenjak perjalanan tadi hingga selesai pemakaman nenek Rizky pun Rangga masih mendiaminya. Ara bingung harus berbuat apa.
Kenapa Rangga diam saja. Apakah Rangga marah atau ia ada salah. Tapi apa?!.
Karena bingung, Ara sengaja membuntuti kemana saja Rangga pergi. Rangga ke toilet pun Ara masih setia mengikuti walaupun hanya berhenti sampai depan pintu.
Tingkahnya itu berhasil membuat Rangga terusik. Begitu Rangga keluar dari toilet Rangga langsung saja membawa Ara ke belakang rumah peninggalan nenek Rizky.
Ara senyum-senyum sendiri ketika tau dirinya dikurung dalam kungkungan Rangga.
Mata bulat itu menyelami tatapan tajam milik Rangga. Merasa tak ada satupun ketakutan.
Rangga menyerah.
Laki-laki itu tak mampu jika harus mendiamkan Ara. Terhitung baru beberapa jam namun Rangga merasa berat.
"Kenapa hm? Ga cape ngintilin mulu dari tadi?".
Ara menggeleng polos. Tersenyum lebar menampilkan deretan giginya. "Udah sembuh ya?".
Rangga mengangkat satu alisnya. "Sembuh apanya?".
Gadis itu mengalihkan perhatian nya ke bawah lantai. "Bukannya Kak Rangga lagi sariawan ya, makanya dari tadi diem mulu ga ngajak Aku ngomong".
Sebenarnya Rangga tau maksud kekasihnya. Tapi mengingat itu, dia jadi kesal. Rangga tidak bermaksud mendiami Ara, hanya saja dia masih dongkol dengan tingkah perempuan jadi-jadian saat di mobil tadi.
Siapa lagi kalau bukan Oika. Rangga benar-benar tak habis pikir. Apa mau orang itu. Kenapa sulit sekali jika diperingatkan. Benar-benar gila.
"Udah makan belum?". Tanya Rangga melembut.
"Ya belumlah. Orang dari tadi Aku ngikutin Kak Rangga mulu. Yang diikutin malah cuek aja". Ucapnya memajukan bibirnya.
"Mana ada aku cuek! Apalagi gak mikirin kamu".
Ups! Ara tak bisa menahan tawanya agar tidak pecah. Namun tak bisa, Ara terlalu lemah untuk menahan tawa begitu mendengar Rangga menyanyikan sepotong lirik lagu. Tau kan, suara Rangga itu berat banget. Jadi bisa dibayangkan bagaimana suara Rangga saat bernyanyi, datar.
"Receh banget si Kak. Ga usah nyanyi deh, jelek. Suaranya jauh banget sama Rizky Febian!".
"Oh jadi gitu". Ucap Rangga datar lalu berjalan melewati Ara.
Hap! Ara dengan cepat menahan lengan kekar Rangga dan memeluknya dari belakang. "Tapi gantengan pacar Aku dong".
Berhasil.
Laki-laki tampan itu memutar badan ketika mendengar sarat pujian yang diberikan kekasihnya untuknya. "Karena udah bilang Aku ganteng, nih buat kamu".
Ara mengerjabkan matanya. Gadis itu menatap punggung tegap Rangga yang mulai menghilang dengan senyum manis yang terukir dibibirnya. Ternyata kekasihnya itu manis juga ya.
Ara menggenggam jepit rambut bermotif bunga dalam genggamannya. Jepit rambut itu dari Rangga sebelum laki-laki itu pergi meninggalkannya beberapa detik lalu.
Seolah tersadar, Ara segera menyusul langkah Rangga yang sudah jauh.
"Kak tunggu!". Gadis itu berlari cepat hingga akhirnya dapat menyusul langkah kaki panjang Rangga.
"Makasih ya". Grep! Ara memeluk Rangga erat.
"Makasih apa?".
Ara mendongak begitu pelukan mereka terlepas. "Makasih jepit rambutnya, lucu, Aku suka".

KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimples
Fiksi Remaja"Kak~" rengek seorang gadis bermata bulat. "Hm?" gumam seorang pemuda. "Jangan liatin, malu" cicit gadis itu, sedangkan pemuda didepannya malah tersenyum. Manis sekali. "Kak Rangga~" rengek gadis itu lagi. "Apa Ara sayang?" Rangga mencubit pipi gadi...