Ara merona kala mengingat kejadian semalam. Benar benar malu hingga ia ingin menenggelamkan wajahnya di rawa rawa. Apalagi dihadapannya ada Rangga dkk. Rasanya Ara enggan menampakkan diri.
Oliv menyenggol lengan Ara, menyadarkan lamunan gadis itu. Ara segera memakan kembali baksonya. Dihadapannya masih dengan tatapan mata Rangga yang menatapnya teduh.
Rizky yang disebelah kirinya terkekeh. Oliv, Aji dan Fano yang tak tau apa apa berusaha masa bodo dengan ketiganya.
Rangga menatap Rizky tajam. Dirinya tau apa yang tengah Rizky pikirkan.
"Woa, santuy mas Rangga. Matanya itu loh kayak mau nerkam aja."ucap Rizky tersirat nada meremehkan.
"Oh gue tau. Pasti gegara semalem kan, udah gue bilangin juga kan. Si Ara belum legal. Mentang mentang cuma berdua, Lo bisa aja main cium" ucap Rizky berdecak. Oliv , Aji dan Fano tentu membulat kaget. Ara tersedak dibuatnya.
Rangga segera menyerahkan minumannya kepada Ara yang langsung gadis itu terima dan minum.
Fano terkejut melihatnya, "Kayaknya pengaruh si item Aji yang sering nyewek jadi nular ke si kulkas Rangga sih" ucapnya membuat Aji merasa bangga hingga menepuk dadanya keras seakan tersanjung.
"Nah kan. Baru juga diomongin, udah mulai aja" Rizky mencibir pelan.
Rangga mendengus mendengar penuturan teman temannya. Apalagi Rangga masih dendam kepada Rizky. Entah mengapa ada saja tingkah Rizky yang sengaja atau tidak disengaja selalu mengganggu moment berduanya dengan Ara.
Namun Rangga juga harus berterima Kasih kepada Rizky.
Flashback
"Btw , kamu mau tau nggak apa yang aku rasain saat itu?" tawar Rangga. Padahal saat itu Rangga hanya bercanda dengan ucapannya. Namun wajah seriusnya membuat Ara penasaran. Rangga yang ingin melihat ekspresi lucu Ara urung untuk membatalkan rencananya.
"Emang gimana kak?" tanya Ara mulai terpancing.
"Bener nih, nggak nyeselkan?" ucap Rangga lagi. Ara mengangguk setuju. Namun Ara menangkap senyum Rangga yang tak biasa. Seperti misterius.
Namanya setan, yang tadinya mau main main malah jadi beneran. Rangga sudah lupa dengan rencana prank nya. Hingga tak sadar, ternyata wajah mereka berdua berjarak dekat.
Rangga terpaku dengan bola mata Ara yang bulat. Sangat menenangkan, tak ingin terlepas dengan tatapan polos itu.Hanya kurang dari tiga centi—
Cup!
Namun itu bukan kecupan bibir Rangga pada pipi Ara. Namun bibir Rangga dengan telapak tangan Rizky.
Entah sejak kapan Rizky berada di dekatnya. Sampai sampai tak menyadari bahwa Rizky berada di antara mereka. Rizky menatap Rangga tajam walaupun sebenarnya bibirnya berkedut ingin tertawa keras melihat wajah Rangga yang menahan kesal.
Ara yang memang sudah merah padam buru buru membereskan sisa makan malamnya dengan Rangga. Tak lama juga pamit untuk tidur. Padahal hanya alasan untuk menghindari tatapan Rangga dan Rizky.
Rangga mengelap bibirnya kasar. Sedikit jengkel karena malah tangan Rizky yang terkena bibirnya. Namun dia juga lega karena gagal menyentuh pipi Ara. Bagaimanapun juga Rangga tau batas batas yang ditentukan.
—
Rangga menggeleng pelan memikirkan hal itu.
"Sebenarnya ada apa sih. Kayaknya ada yang gue sama Fano nggak tau" ucap Aji yang dibenarkan Fano.
"Wah, pada main rahasia rahasiaan nih" ucap Fano dengan mata memicing membuat matanya yang sudah sipit semakin tak terlihat.
"Kak Fano , mata kakak udah sipit masih aja disipit sipitin" sahut Ara tertawa.
"Dasar si Cina"
***
Cuaca sangat cerah siang hari ini. Mengapa siang, karena hari ini Rangga dan Ara pulang sekolah lebih awal dari lainnya. Berhubung besok mereka akan olimpiade , guru pembimbing memberikan dispensasi untuk mempersiapkan diri.
Namun bukan Rangga namanya kalau langsung pulang ke rumahnya. Cowok tampan itu malah berniat untuk mampir di rumah Ara. Padahal Ara sudah memperingati agar Rangga mengumpulkan tenaganya untuk besok. Namun siapa di sangka, namanya juga Rangga. Baginya ocehan Ara bagaikan alunan musik yang mendayu.
Tak memedulikan Ara yang tengah kesal, pemuda itu malah asyik memainkan ponselnya sembari duduk manis dikediaman Ara. Sebenarnya bukan maksud hati ingin mengacuhkan Ara. Tak taukah jika Rangga hanya tak ingin jauh jauh dari gadis cantik itu.
Ara yang merasa diacuhkan menghentakkan kakinya kesal. Gadis itu naik ke kamarnya untuk mengganti seragam sekolahnya dengan baju rumahan.
Rangga yang sudah terlanjur bosan dengan ponselnya pun mematikan daya off. Sedikit jengkel karena ditinggal doi sendirian. Namun disaat yang bersamaan juga merasa gemas. Secara tidak langsung Ara tidak suka jika ia acuhkan. Mengingat hal itu Rangga jadi senyum senyum sendiri.
Matanya menelusuri dinding ruang keluarga. Bibirnya tersungging kala penglihatannya menangkap bingkai foto bayi perempuan. Kecilnya aja lucu gitu pantes gedenya imut bin manis, pikirnya dalam hati.
Dari atas tangga, Ara melihat Rangga dengan wajah serius mengamati potret lawasnya, "Kak Rangga ngapain" tanya Ara melihat Rangga yang tengah memperhatikan foto dirinya. Gadis itu lalu memposisikan dirinya duduk disebelah pemuda tampan itu.
"Ini umur berapa Ra" tanya Rangga menunjuk bingkai foto yang sudah dipastikan adalah Ara.
Ara mengikuti arah pandang Rangga, "Oh. Kata Ayah kalau nggak salah satu tahun deh" ucap Ara sedikit mengingat ingat.
"Saru tahun? Udah genit ya kamu umur segitu pake tanktop ketat sama hotpants super pendek gitu" ucap Rangga dengan nada sinis. Matanya memicing mengamati foto itu.
Ara membulat. Dirinya mencubit lengan Rangga kuat kuat tak terima. Rangga mengaduh kesakitan, namun kali ini Ara tak mau termakan oleh dramanya lagi.
Rangga terkekeh geli melihatnya. Sembari mengusap lengan kekarnya yang dicubit sang gadis. Tak menyangka Ara mempunyai cubitan maut. Bibir gadis itu mengerucut lucu.
"Loh. Malah manyun lagi" ucap Rangga mencolek pipi tembam Ara. Ara memalingkan wajahnya ke samping. Rangga semakin tertawa dibuatnya.
"Atau—ngode minta kiss ya" goda Rangga lagi.
Ara menoleh menatap Rangga tajam. Sangat tidak cocok bila mata bulatnya melotot, bukan membuatnya terlihat menakutkan tapi malah terlihat menggemaskan.
Ara memukul mukul dada Rangga dengan tangan mungilnya. Kesal dengan Rangga yang tak henti hentinya menggoda dirinya. Rangga tertawa keras melihat Ara yang tengah kalap namun dengan pipi merah.
Rangga menangkap kedua tangan Ara. Digenggamnya tangan itu lembut. Lalu diletakkan telapak tangan Ara menuju dada bidangnya.
Dapat Ara rasakan sensasi mendebarkan dari jantung Rangga. Berdetak kencang seperti yang tengah dirinya rasakan saat ini.
Mereka bertatapan. Menikmati momen indah dan mendebarkan. Euforia hatinya tak hanya sampai disitu saja.
OMG ! Rasanya Ara lemas seketika. Rangga tersenyum manis sekali. Tatapan elangnya yang menatapnya teduh.
Namun setelah itu, Ara dibuat lebih lemas sedalam dalamnya. Kepala cantiknya menerka nerka maksud dari ucapan Rangga.
"Tunggu Aku kembali, hingga waktunya tiba"
—_—
Cuma mau bilang, biarin kalo pada bosen😆.
Jangan lupa vote dan beri komentar ya😅.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimples
Novela Juvenil"Kak~" rengek seorang gadis bermata bulat. "Hm?" gumam seorang pemuda. "Jangan liatin, malu" cicit gadis itu, sedangkan pemuda didepannya malah tersenyum. Manis sekali. "Kak Rangga~" rengek gadis itu lagi. "Apa Ara sayang?" Rangga mencubit pipi gadi...