Pernahkah kalian merasa lelah?
Letih dan lesu? Sementara kegiatan kalian hanya rebahan.Sangat tidak berfaedah bukan.
Sungguh, mendadak Ara merasa ingin menjadi orang sibuk saja. Daripada setiap hari hanya diisi makan, tidur dan rebahan.
Gadis itu mendengus kesal seraya menatap langit-langit kamarnya. Kamar baru di kontrakan baru lebih tepatnya. Rasanya seperti baru kemarin Ara pindah, ternyata sudah berbulan-bulan lamanya.
Tok tok tok!
"Raa?!".
Kaget. Ara langsung bangun dan buru-buru memakai celana panjang. Gadis itu terbiasa memakai celana pendek jika sendirian, jadi ketika ada tamu siap-siap saja mengganti dengan celana sopan walaupun seadanya.
"Maaf lama". Ucap nya begitu membuka pintu.
"Gak papa. Boleh masuk?". Tanyanya.
Ara menggeser badan dan mempersilahkan orang itu masuk. "Kak Gilang tumben pagi-pagi kesini, gak ke kampus emangnya?".
Laki-laki yang disebut Gilang itu mengangguk. "Hari ini gak ada kelas pagi".
"Ohh, terus kenapa pagi-pagi kesini?".
Gilang mengangkat sebungkus plastik putih. "Kakak habis dari gor buat lari pagi. Terus liat penjual bubur ayam, yaudah aku beli deh sekalian mampir kesini".
Ara menelan ludahnya ketika melihat plastik yang pasti berisi bubur ayam itu. "Buat Aku ada?".
Laki-laki itu tertawa. "Ya ada lah. Nih, makan mumpung masih anget".
Dengan semangat 45 Ara segera membuka kotak styrofoam dan menghirup aroma bubur ayam. "Makasih Kak, hehe".
Ara menganggap Gilang ini penyelamat nya. Terlalu lebay sih hhh, tapi Gilang memang sering membawakan makanan untuknya. Seperti sekarang ini, dia pernah sekali menolak agar Gilang berhenti membawakannya makanan. Tapi laki-laki itu bilang, dia tau penderitaan anak rantau. Kalau sudah seperti itu kan Ara tak bisa melarang.
"Yang lain kemana?".
Ara menggigit kerupuknya lalu menjawab. "Udah berangkat semua".
Ara juga tak tinggal sendiri. Di kontrakan ini juga tinggal bersama Kak Nadia dan Susan.
"Untung aja ya belinya bisa ngepas". Gilang terkekeh kecil.
Ara mengangguk setuju. Gadis itu melirik ponselnya yang berdering. Nama Rangga tertera jelas di layar.
"Rangga?", tanya Gilang.
Ara mengangguk. Tangannya terulur meraih ponsel kemudian mengangkat panggilan nya.
"Iya Kak?".
"..."
Ara melirik Gilang sekilas. "Heem, di kontrakan. Mau kesini?".
"..."
"Iya. Aku tunggu".
Kemudian telepon dimatikan sepihak oleh Rangga karena sudah dekat dengan kontrakan. Ara mengendikkan bahunya acuh dan melanjutkan makannya.
"Rangga mau kesini ya?". Tanya Gilang mengangkat satu alisnya.
"Iya. Tumben juga sih, padahal bukan week and". Jawab Ara heran.
Terhitung lima bulan dia di sini, sangat jarang untuk Rangga datang di hari biasa seperti ini.
Hubungannya dengan Rangga baik-baik saja. Hanya saja namanya orang ldr pasti merasakan sedikit rasa yang berbeda. Seperti yang biasanya sering bertemu, kini entitas pertemuannya mulai jarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimples
Teen Fiction"Kak~" rengek seorang gadis bermata bulat. "Hm?" gumam seorang pemuda. "Jangan liatin, malu" cicit gadis itu, sedangkan pemuda didepannya malah tersenyum. Manis sekali. "Kak Rangga~" rengek gadis itu lagi. "Apa Ara sayang?" Rangga mencubit pipi gadi...