Happy Reading♡.
"Kamu kebangun?" Tanya Shinta saat melihat anak nya yang terbangun.
"Kak Raja?" Kaget Cahya saat melihat Raja yang berada di kamarnya.
"Hai, tadi kamu ketiduran. Makanya aku bawa pulang aja" ucap Raja disertai senyum manis hingga memperlihat kan lesung pipinya.
Cahya pun menoleh pada ibu nya dan Shinta hanya tersenyum menanggapi.
"Tante, saya pamit pulang dulu ya. Udah malem soalnya" pamit Raja karna tak sengaja melihat tatapan Cahya yang seakan ingin membunuhnya.
"Udah mau pulang? Padahal tante masih pengen tanya tanya banyak sama kamu" ucap Shinta.
"Apa an sih buk? Gak usah genit deh. Nanti Ayah marah lho" ucap Cahya yang tak suka melihat keakraban Raja dan ibunya. Ia takut sewaktu waktu ibunya akan menanyakan tentang Raja pada dia.
"Ihh, kamu ini apa an sih! Kan ibu cuman pengen lebih deket sama calon mantu!" Kesal Shinta.
Sedangkan Cahya hanya memutar bola matanya malas, terlebih saat melihat Raja yang seperti menahan tawanya.
"Yaudah ya tente, say permisi dulu. Selamat malam" pamit Raja sekali lagi lalu keluar dari kamar Cahya.
Shinta pun menoleh kepada Cahya yang saat ini tengah menatap keluar jendela kamarnya.
"Raja ganteng ya, mapan lagi" komentar Shinta yang otomatis membuat Cahya menoleh.
"Jangan di bahas bu" larang Cahya dengan nada malas.
"Iya, iya. Sekarang kamu tidur aja gih" ucap Shinta lalu keluar dari kamar anak nya tersebut.
Setelah Shinta keluar, Cahya segera beranjak dari tempat nya dan melangkah menuju kamar mandi untuk mengganti bajunya.
"Hoaam"
"Jam berapa?" Gumam Cahya sambil melihat jam yang berada di atas nakas nya.
"Belum jam 10?" Monolog Cahya lalu berjalan menuju meja belajarnya.
Saat telah duduk di kursi meja belajarnya, pandangan Cahya tertuju pada box di atas lemari meja belajarnya.
Box tersebut sudah tersimpan sedari ia tinggal di rumah ini, 5 tahun lalu. Di ambil nya box yang sudah berdebu itu dan di buka dengan perlahan.
Setelah box tersebut di buka, terdapat 1 benda yang menarik di matanya. Namun, saat ingin mengambil benda tersebut, pergerakannya terhenti kala mendengar dering handphone.
"Halo" ucap Cahya saat sambungan telepon telah terhubung.
"Ca! Maksud lo apaan?" Tanya orang di seberang sana dengan nada marah.
"Hah? Lo ngomong apa sih?" Tanya balik Cahya yang tak mengerti apa apa.
"Ck, Raja itu siapa? Kenapa nyokap lo malah nanyain si Raja Raja itu! Kan gue bingung mau jawab apa!" Ujar orang tersebut yang sudah emosi.
"Lah, mana gue tau" ucap Cahya tanpa dosa.
"Ya tapi kan-"
"Emang nyokap gue tanya apa an sih?" Tanya Cahya.
"Nyokap lo tanya soal Raja ke gue, gue aja gak kenal sama dia! Dan gue yakin seratus persen kalau lo lagi nyembunyiin sesuatu sama nyokap lo!" Jawab orang tersebut.
"Ng-nggak kok" ucap Cahya yang berisaha menyembunyikan sesuatu.
"Jujur ca!" Desak orang tersebut.
"Plis deh, kalau ada masalah tuh cerita kek! Gak perlu rahasia rahasiaan gini!" Kesal orang tersebut.
"Maaf dit, gue emang salah. Nanti masalah nyokap gue biar jadi urusan gue. Maaf kalau nyokap gue ganggu waktu lo" ucap Cahya pelan lalu memutuskan sambungan telepon.
"Hufft...kenapa jadi rumit. Terjebak kah?"
***
"Aku berangkat dulu yah, bu" pamit Cahya lalu pergi menuju sekolah nya.
Setelah sampai di sekolah nya, Cahya langsung menuju ruang ganti sebelum masuk ke kelas nya. Namun, saat baru saja keluar dari ruang ganti Cahya malah berpapasan dengan Ricky.
"Hi ca!" Sapa Ricky ceria.
Berbeda dengan Ricky yang ceria, Cahya justru tampak murung dan sedikit canggung dengan Rucky akibat kejadian di kafe kemarin di saat Ricky menembaknya kala itu.
"Hai" sapa balik Cahya lalu hendak melangkahkan kaki nya menuju kelas. Tetapi, saat baru saja melangkah kan kakinya, pergelangan tangannya sudah di genggam oleh Ricky.
"Bisa bicara sebentar?" Tanya Ricky memohon.
Ingin sekali rasanya Cahya menolak. Tapi ia tak tau harus memberi jawaban sperti apa untuk menolak. Dan berakhirlah ia mengangguk setuju hingga sebuah suara dapat membuat atensi Cahya dan Ricky tertuju pada sumber suara tersebut.
"Cahya!" Panggil seseorang dengan suara bass nya yang khas.
Cahya dan Ricky sama sama menoleh pada sumber suara, namun keduanya mengeluarkan ekspresi yang begitu berbeda. Cahya dengan ekspresi terkejutnya, dan Ricky dengan ekspresi datar nya.
"Cahya, boleh saya bebicara empat mata dengan mu?" Tanya orang tersebut yang berhasil menyulut emosi Ricky. Hey! Ricky kan yang duluan menemui Cahya!
"Maaf ya om, kan saya dulu yang ngajak Cahya buat bicara berdua" sela Ricky yang tak terima dengan perlakuan orang didepannya kini.
"Tunggu! Apa? Om? Hey, bahkan umur ku belum 25 tahun. Tolong beri aku panggilan yang lebih pantas!" Ucap orang tersebut yang tak suka di panggil om.
"Ya terus saya harus panggil apa?" Tanya Ricky malas.
"Stop! Kalian berdua apa an sih? Dan kamu kak, kenapa bisa ada disini?" Lerai Cahya lalu bertanya pda seseorang di sebelahnya yang tak lain adalah Raja.
"Lho, kamu gak tau? Aku disini bakal jadi pembicara untuk menginspirasi kaum milenial. Yaa, walau jadwal ku begitu padat hari ini, tapi jika untuk pendidikan aku akan mengutamakannya" jawab Raja dengan nada yang sombong.
"Cih, sombong" gumam Ricky pelan.
"Emang mau jadi pembicara di kelas mana aja?" Tanya Cahya yang mulai tertarik dengan arah pembicaraan ini.
"Hanya untuk kelas 12 saja, dan hanya di beberapa kelas unggulan" jawab Raja lalu matanya sedikit melirik pada Ricky yang terlihat sedang menahan umpatan umpatannya.
"Kelas unggulan? Kelas aku juga dong" ucap Cahya tak sadar.
Sedangkan Raja hanya tersenyum misterius lalu kembali menatap Ricky.
"Bisa tinggal kan kami berdua?" Tanya Raja dengan sedikit nada mengusir.
Ricky dibuat terbelalak oleh perkataan Raja. Namun saat ingin melayangkan protesan, pundak nya tiba tiba di tepuk pelan oleh Cahya.
"Gue mau bicara dulu sama kak Raja, lo bisa tinggalin kita dulu kan?" Kali ini Cahya yang bertanya.
Dengan terpaksa, Ricky pun mengangguk dan melangkah pergi meninggalkan Cahya dan Raja walau ia tidak ikhlas sedikitpun.
Setelah Ricky sudah terlihat di penglihatan keduanya, Raja pun mulai mengajak Cahya untuk menuju taman yang lumayan sunyi.
Prob. 31 Dec 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesion With You [Completed]
General Fiction"Tolong izinkan aku memilikimu kembali Ratu," mohon Raja sambil menggenggam tangan Ratu. "Lepas Kak! Kau sudah menjadi masa lalu ku dan tidak seharusnya kau kembali padaku!" Tegas Ratu yang berusaha melepas genggaman tangannya pada Raja. "Bukan k...