Happy Reading♡.
Tepat pukul 6.10 pagi Cahya telah sampai di sekolah. Ia sengaja berangkat pagi untuk menunggu Ricky. Perkataan Dita kemarin terus terngiang ngiang di otaknya. Ia kini menjadi penasaran. Mengapa Ricky seolah menghilang ditelan bumi?
Terhitung 30 menit Cahya menunggu, namun ia belum menemukan tanda tanda kemunculan Ricky. Bel masuk pun akan berbunyi 10 menit lagi. Namun sepertinya Ricky belum menunjukkan batang hidung nya.
"Kok belum dateng juga sih? Apa Ricky lagi sakit?" Gumam Cahya. Ada sedikit rasa khawatir di hatinya saat tidak kunjung melihat sosok Ricky. Namun bukan berarti ia mulai membuka hatinya untuk Ricky.
Sedang mengamati sekeliling, tiba tiba matanya menangkap dua orang yang sepertinya sedang beradu argumen.
"Kenzo, Raka?" Gumam Cahya.
Penasaran, Cahya pun mendekati objek yang membuatnya penasaran tersebut. Walau kini ia telah berjarak 5 meter dari Kenzo dan Raka, namun pendengaran serta penglihatannya masih berfungsi dengan baik.
"Terus kita harus gimana Rak?"
"Ya gue juga gak tau! Lagian ini udah jadi keputusan Ricky!"
"Kok lo sekarang gini sih? Lo gk inget Ricky udah berjasa banget di hidup lo?"
"Ya tapi gue harus apa Ken? Mau nahan Ricky juga gak mungkin. Itu udah jadi keputusan dia."
"Ya tapi kita masih bisa buat keinginan nya tercapai sebelum dia pergi."
"Maksud lo? Keinginan buat jadiin Cahya pacar Ricky? Udah lah Ken, gak bakal bisa!"
"Kan kalau mereka di deketin masih ada kesempatan."
"Kesempatan? Yang ada Cahya bakal ngerasa gak nyaman!"
"Kenapa lo langsung nyimpulin gitu aja? Emang nya lo gak mau turutin impian terakhir Ricky?"
"Bukan gak mau Rak, tapi-"
"Maksudnya apa?" Tanya Cahya yang tiba tiba muncul di tengah tengah perdebatan Raka dan Kenzo.
"Cahya?" Kaget Raka dan Kenzo.
"Maksud kalian barusan apa? Impian? Terakhir?"
"Jadi-"
"Bukan apa apa kok!" Sela Raka.
"Raka," geram Kenzo yang hendak menjauhkan tubuh Raka dari hadapannya.
"Gue nanya serius! Dan dimana Ricky?"
"Ricky-"
"Ricky lagi liburan di rumah nenek nya. Katanya dia lagi kangen. Makanya gak masuk sekolah." Sela Raka lagi.
"Raka!" Bentak Kenzo dengan muka memerah menahan amarah.
Cahya pun menoleh pada Kenzo. Ia sedikit merasa aneh, Kenzo yang biasanya terlihat kalem dan cold, kini malah seperti seorang singa yang siap menerkam mangsanya.
"Ken?"
"Cahya! Lo harus tahan Ricky! Dia bakal ke Aussie nanti sore!" Ucap Kenzo dengan nada memelas.
"Aussie? Ngapain?" Tanya Cahya tak paham.
"Jadi-"
"Udah lah Ken, biarin aja. Jangan memperumit!" Ucap Raka yang lagi lagi menyela.
"Raka," panggil Cahya pelan.
Raka menoleh, ia dapat melihat bahwa Cahya kini menatapnya dengan tatapan yang mendalam. Seakan paham, Raka diam dan mempersilahkan Kenzo untuk mengatakan semuanya.
"Ca, lo nanti sore ikut gue ke bandara! Kita harus cegah Ricky!" Ucap Kenzo panik.
"Emang kenapa? Kenapa Ricky mau ke aussie?" Tanya Cahya bingung.
Flashback.
"Ricky!" Panggil Raka saat melihat Ricky tengah melamun di dekat jendela kamarnya.
Ricky menoleh, ia hanya diam tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.
"Kenapa lo?" Kali ini Kenzo yang bertanya.
Ricky diam, ia hanya diam tanpa mengucapkan apapun. Dirinya masih tetap diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Ky?"
"Gue bakal ke Aussie minggu depan." Ucap Ricky dalam satu tarikan nafas.
"Apa?!" Kaget Kenzo dan Raka secara berbarengan.
"Jangan teriak,"
"Kenapa Ky?" Tanya Kenzo.
"Karna umur gue udah gak lama lagi Ken." Jawab Ricky sambil tersenyum miris.
"Ky, plis deh! Jangan mikirin omongan dokter waktu itu. Siapa tau dokternya kasih diagnosa yang salah!" Ujar Kenzo.
"Nahh...bener kata Kenzo! Mending lo sekarang harus lakuin kegiatan yang positif gitu. Biar ada efek di badan lo!" Ucap Raka yang menyetujui ucapan Kenzo.
"Percuma, sekarang gue cuma mau ke Aussie, disana gue bisa sambil mengenang masa kecil. Dan kalaupun gue udah gak ada, gue mau tempat peristirahatan terakhir gue disana." Ucap Ricky panjang lebar.
"Ky, jangan gini lah! Lo jangan pesimis. Lo bisa kok, gue yakin kalau lo bisa sembuh! Lo mau kan Cahya jadi pacar lo?" Tanya Raka.
"Percuma Rak, gue udah gak ada harapan lagi. Diagnosis dokter gak mungkin salah kan?"
"Dokter bukan tuhan Ky," ucap Kenzo.
"Iya, gue tau itu. Tapi kelutusan gue udah bulat. Minggu depan gue bakal ke Aussie dan mungkin mulai besok gue udah gak sekolah lagi." Ucap Ricky final.
"Tapi-"
"Kalian gak usah khawatir. Gue bakal baik baik aja. Seenggak nya, sebelum gue ada di tangan tuhan."
Raka dan Kenzo diam. Mereka sama sama diam. Mereka tak dapat melakukan apapun kini. Mau melarang? Bukan kah itu sudah menjadi keputusan Ricky?.
Flashback off.
"Jadi?"
"Iya, diagnosis dokter waktu itu umur Ricky cuman tinggal 2 bulan. Dan seminggu setelahnya, Ricky berencana buat ke Aussie." Ucap Kenzo.
"Dan hari adalah hari Ricky bakal berangkat ke Aussie. Gue mohon Ca, lo bisa kan tahan Ricky?" Ucap Raka memohon.
"Emang nya Ricky sakit apa?" Tanya Cahya. Cahya benar benar tak tau sakit apa yang diderita Ricky selain gangguan mental. Jadi, hal seperti ini membuat pengaruh besar baginya. Ia benar benar bertanya tanya.
"Selain dia kena gangguan mental, dia juga punya penyakit-
___
Hai
Jangan lupa bernafas,
Jangan lupa tersenyum,
Dan jangan lupa makan.
Yang tugasnya belum selesai, diselesaiin dulu
65+ vote for next chap
Thank you♡♡.
Prob. 19 Jan 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesion With You [Completed]
General Fiction"Tolong izinkan aku memilikimu kembali Ratu," mohon Raja sambil menggenggam tangan Ratu. "Lepas Kak! Kau sudah menjadi masa lalu ku dan tidak seharusnya kau kembali padaku!" Tegas Ratu yang berusaha melepas genggaman tangannya pada Raja. "Bukan k...