31. Investigasi Gerald

61.4K 5.7K 979
                                    

ASIKK UPDATE!!!

Selamat membaca kalian ❤️❤️

⚪ ⚪ ⚪

"Selamat ya Vril,"

"Longlast terus sama Zach yaa!"

Avril senyum menanggapi ucapan selamat siswa sekitar yang dilewatinya di lorong. Jujur Avril sedang tidak mood. Namun ia juga tidak mau orang-orang berspekulasi dirinya kenapa-napa. Avril bukan tipe orang yang acuh tak acuh seperti Xavior. Gadis itu sangat menjaga image-nya.

Jauh lebih baik Avril dicibir karena dianggap bodoh menolak Xavior daripada ketahuan meratapi Xavior.

Tadi sehabis ditinggal Xavior, Avril tidak langsung pergi. Ia perlu menenangkan diri. Hatinya memang kacau, tapi setidaknya penampilannya harus tetap memukau. Karena hanya itu yang bisa Avril perbaiki.

Setiap lima detik Avril mengerjap. Matanya terasa berat. Napasnya juga masih rada tersendat.

"Vril," Jasmine berlari kecil mendekati Avril, "lo dari mana aja?" tanyanya.

"Toilet," jawab Avril.

Jasmine bingung. Memperhatikan raut Avril yang terlihat lelah. Kelopak matanya juga sedikit membengkak.

"Lo gak apa?"

"Nanti." Avril menjawab tenang. "Sekarang lagi kenapa."

Jasmine diam. Tidak tau harus membalas apa. "Karena Xavior? Lo udah ketemu sama dia?" tanya Jasmine hati-hati.

"Belum. Mungkin dia bolos." Avril menarik napas, kembali memasang senyum kecilnya.

"Kata Gerald ada di rooftop. Lo udah cek sana?"

"Udah. Gak ada," bohong Avril. "Gak penting juga. Mau kantin? Ian nungguin di sana."

Jasmine berusaha sabar. Gak penting kata Avril? Jasmine tidak habis pikir. "Lo gak mau cari dia? Sini gue bantu. At least jelasin ke dia, Vril," ucap Jasmine.

"Iya nanti," hanya itu yang Avril balas. "Gue mau ke kantin sekarang."

Jasmine pasrah saja. Mengangguk. Mengikuti apa mau sahabatnya. Sepanjang jalan Avril diam. Jasmine melirik ke wajah Avril yang melamun. Avril terlihat terlalu damai dengan segala problematika yang berkecamuk di kepalanya.

Di kantin juga sama. Sama anehnya. Jasmine menjadi nyamuk dadakan. Duduk berhadapan dengan Avril dan Zach yang terus bercengkrama. Jasmine bahkan diabaikan. Fokus Avril terus tertuju pada Zach.

Jasmine tidak masalah, karena yang bermasalah sekarang adalah Avril. Terlihat dari gelagat Avril. Terlalu bersemangat membalas ucapan Zach, namun semuanya terasa hambar. Entah Jasmine doang yang merasakannya atau Avril memang sengaja memaksakan diri untuk bahagia di situasi ini. Klasik. Hal yang selalu Avril lakukan.

Zach pamit duluan. Mengusap rambut Avril yang dibalas senyum manis gadisnya. Setelah itu Zach beranjak meninggalkan Jasmine dan Avril berdua.

Jasmine sebenarnya ragu untuk terjun, ikut campur urusan Avril. Namun mengingat Avril sendiri suka menyabotase hubungannya. Maka Jasmine rasa dirinya punya hak untuk berpartisipasi.

"Gue selalu cerita tentang hubungan gue ke lo. Lo sendiri gimana? Gak mau cerita?" tanya Jasmine.

Avril menoleh tidak tertarik. "Barusan gue kasih lo trailer singkat, Jasmine. Apa perlu gue buatin film dokumentasi?"

"Bukan yang tadi. Kita semua tau hubungan lo gak cuman satu kan Vril?" balas Jasmine.

Salah ucap. Jasmine tidak harusnya menyindir Avril seperti itu.

XaviorAvrilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang