39. Father Daughter Time

90.7K 6.8K 1.1K
                                    

ASIKK UPDATE 🔥🔥
RAMEIN CHAPTERNYA YAA 😙👍

Disarankan memutar lagu Coldplay - Yellow ( 1 hour ) sebelum membaca 😇🙏

HAPPY READING KALIAN ❤️❤️

Lingkungan sekolah sudah sepi. Hanya tersisa beberapa siswa dengan seragam acakan tengah bermain di lapangan terbuka.

Biasa jika keadaan sekolah sudah senyap seperti ini, Avril selalu bergegas pulang. Aneh saja atmosfir sekolah saat gelap dan sunyi, suka tiba-tiba merinding sendiri.

Tapi kini Avril tidak sendiri. Gadis itu menyusuri koridor sekolah terbuka dengan sosok laki-laki yang beberapa menit yang lalu mengajukan perizinan menjadi pacarnya.

Dia yang tengah mengistirahatkan lengannya pada pundak Avril. Namanya Caexavior Alvarez, biasa dipanggil Xavior. Jagoan sekolah. Hobi mengganggu Avril sampai marah. Kebiasaannya pecicilan kalo berada di dekat Avril. Apalagi tangannya tidak bisa diam. Seperti sekarang, menguyel-uyel sisi pipi Avril.

"Kenapa?" tanya Xavior menyadari Avril yang sedari tadi memperhatikannya.

Avril senyum lalu menggeleng. "Masih gak nyangka bisa suka sama kamu."

"Masa iya suka doang?" pancing Xavior.

"Kesel. Benci. Greget. Semuanya campur," jelas Avril, "Untung aku sayang," Avril menampakan senyum manisnya membuat Xavior tertawa.

"Sama aku aja," pinta Xavior.

"Sayangnya?" iseng Avril.

"Sayangnya," jawab Xavior dengan anggukan singkat membuat Avril tertawa.

"Quinzel, liat," Satu tangan bebas Xavior menunjuk pada benda langit yang berbentuk samar lingkaran dan berwarna putih keabu-abuan. "Ada Jupiter mau masukin Bumi."

Avril berdecak. "Mulai lagi."

"Itu liat dulu," kekeuh Xavior, mengarahkan kepala Avril agar kembali menatap langit.

"Itu bukan Jupiter, Xavior," balas Avril berusaha tetap sabar.

Satu alis Xavior naik dengan tarikan senyumnya. Xavior selalu suka cara Avril menyebut namanya.

"Sok tau," cibir Xavior.

Avril menoleh tidak terima. Ada jeda sebentar sebelum Avril mengamuk, "Kamu yang sok tau!"

"Gak mau denger," Avril menyelak cepat tau Xavior akan menyeletuk, "Aku lagi capek tau. Kepala aku panas," beritahu Avril sambil bersandar pada bahu Xavior.

Tangan Xavior lantas bergerak melingkupi kepala Avril, mengecek suhunya, normal saja. Xavior mengusap pelipis Avril lembut sebelum turun memijat daun telinganya,  membuat Avril menggeliat kecil mencari posisi nyaman.

"Ngambek kamu beda. Lampiasinnya ke soal Matematika. Pantes berasap nih kepala."

"Ya kamu nyebelin!" Avril langsung mendongak sensi. "Kalo kamu gak—"

"Iya-iya, udah, tidur sayang," Xavior langsung membawa kepala Avril kembali pada bahunya.

Avril tidak memberontak, membuat Xavior memastikan gadis itu kenapa banyak diam. Merunduk sedikit, terlihat wajah tertekuk Avril. Lirikannya tajam pada Xavior membuat cowok itu harus menahan gemasnya.

"Quinzel," panggil Xavior, "Sayang," ganti Xavior kala Avril tidak juga menjawab.

"Ayo baikan," lanjut Xavior mengulurkan tangannya untuk dijabat.

"Ogah," jawab Xavior sendiri saat Avril melepas rangkulan tangannya.

"Kamu gak jelas," balas Avril sambil membekap wajahnya dibalik lengan atas Xavior.

XaviorAvrilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang