Akhirnya 🤪🤪
Siapa kangen XaviorAvril?? 🔥🔥Semangatnya jangan patah ya, siap membaca kelanjutkan kisah merekaa??
SELAMAT MEMBACA ❤️❤️⚪ ⚪ ⚪
Keesokan pagi Xavior datang menjemput Avril dengan luka di wajah.Sebisa mungkin Xavior menyembunyikan lukanya dengan memakai helm fullmask-nya. Namun sekejap sorotnya menatap Avril, gadis itu langsung menyadari ada yang salah dengan Xavior.
"Kenapa bisa?" Nada Avril terdengar menginterogasi.
Xavior berdeham pelan. "Gak sengaja,"
"Gak sengaja ngapain?"
"Itu... apa," Xavior menjilat bibir bagian bawahnya.
Avril masih menunggu. Matanya tajam menatap Xavior yang masih menempati jok motor.
"Kamu kebiasaan tau gak," omel Avril benar-benar tidak suka.
"Iya maaf," balas Xavior, ada jeda sebentar sebelum cowok itu melanjutkan ucapannya, "Maafin ya?"
"Sini," ajak Avril ketus, membawa Xavior kembali masuk ke rumahnya, melewati gerbang lalu menuju ruang tunggu.
"Betty," Avril memanggil satu pelayannya yang kebetulan berlalu-lalang, "tolong kotak obat," minta Avril.
Berganti pandang, Avril kembali menatap pacarnya. Luka Xavior tidak parah. Sudut bibirnya sobek dengan lebam merah pada dekat tulang pipinya. Kalo dipersentase, rasa khawatir Avril hanya 5% dari ketidaksukaannya melihat Xavior seperti ini.
"Aku gak kenapa-napa," ucap Xavior.
"Aku gak nanya,"
Menatap lurus ke depan, Xavior bisa menyadari tatapan Avril dari pantulan kaca transparan melindungi nilai estetik miniatur bangunan kecil di depannya.
"Quinzel, marah?" tanya Xavior memecah hening.
"Engga," jawab Avril.
"Kok nadanya kasar,"
"Iya kayak kelakuan kamu,"
Ice break sebentar. Betty kembali datang dengan permintaan Avril. Sekaligus membawakan air bersih untuk membasuh luka Xavior. Pelayan itu segera pamit berlalu menyadari aura negatif sekitar majikannya.
Duduk Avril menyerong, menghadap Xavior. Hanya dari telepati tatapan Avril, Xavior tau gadis itu mengodenya mendekat.
Xavior bergeser mendekat, memajukan wajahnya. "Jangan marah," ucap Xavior. Napas berat Xavior langsung menerpa kulit Avril. Untuk sesaat sekujur tubuh Avril dibuat meremang sebelum kembali seperti biasa.
"Pelan-pelan, ya," pinta Xavior yang tidak digubris Avril.
Xavior menghembus berat, "Kena pukul Baduga," ungkap Xavior akhirnya.
Jawaban Xavior membuat mata Avril naik, bertemu pandang dengan sepasang manik cokelat Xavior, "Siapa mulai duluan?" tanya Avril.
Xavior menunjuk dirinya.
"Dia ada buat salah?"
Xavior mengangguk.
"Kenapa?" Baduga memang menyebalkan, Avril tau. Tapi kalo konteksnya sudah merambat ke adu fisik bisa dibilang ini masalah serius.
Xavior menggeleng, "Bukan apa."
"Kalo ada apa-apa cerita, Xavior," Avril dengan pendar cemasnya, "Aku tolerir cara kamu hadapin masalah, tapi jangan datang ke aku dengan luka di muka kamu tanpa aku tau penyebabnya dari awal. Kamu paham?" terang Avril seraya menyapu rambut Xavior ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
XaviorAvril
Teen FictionTiba-tiba dia kembali. Mendekat, mengganggu, lalu menetap. Mengenai dua penguasa SMA Glorisius. Xavior dengan predikat cowok ternakal di sekolah dan pemimpin geng ternama dan Avril si gadis panutan dengan status tertinggi dalam hierarki sosial. Sen...