4. ADAPTASI

92.1K 8.3K 918
                                    

HAPPY 1K ASIK!!


BAB 4 | ADAPTASI

"Xavior, celana kamu astaga." Laurel –Ibu Xavior menggelengkan kepalanya kala melihat celana abu-abu anaknya itu yang sudah sedikit sobek di bagian dengkul.

"Kenapa?" tanya Xavior sembari memperhatikan celananya sendiri. "Masih bagus tuh."

"Ganti Xavior. Kamu anak mami apa gembel sih," gemas Laurel.

"Kalo Xavior gembel, mami emaknya si gembel dong," balas Xavior dengan senyum jahilnya.

Laurel mendengus mendengarnya. "Enak aja. Cepet sana ganti seragam sama celana kamu. Mami ada beli banyak tapi gak pernah kamu ganti."

"Kenapa lagi dia?" Max –Ayah Xavior bertanya. Laki-laki paruh baya itu baru saja bergabung di ruang makan.

"Tuh liat anak kamu," tunjuk Laurel pada celana abu-abu putranya.

Max sendiri hanya menghela seraya menatap anak tunggalnya malas. "Kenapa gak diganti?"

"Udah nyaman, males ganti-ganti." Itu jawaban andalan Xavior.

"Tapi itu udah sobek sayang," gemas Laurel. "Kamu mau mami jadi bahan ghibah gara-gara dikira gak bisa urus anak? Mau kamu mami coret dari kartu keluarga?"

Max dan Xavior tertawa karenanya. Bahkan Max tidak tahan mendekap tubuh mungil istrinya itu dari belakang.

"Biarin aja, dia nyamannya begitu," ucap Max membuat Laurel mencebikkan bibirnya tidak setuju.

"Laper. Kamu masak apa?" tanya Max mengalihkan topik pembicaraan.

"Gak masak, cari makan aja sendiri," jawab Laurel ketus.

Max menarik sudut bibirnya ke atas. Dari belakang tangannya menyentuh rahang istrinya itu agar Laurel menoleh ke arahnya.

"Makan kamu aja boleh?"

"Max!" tegur Laurel, kepalanya beralih menatap putra sulungnya yang tampak menggelengkan kepalanya.

"Kelakuan," gumam Xavior sambil menatap kedua orang tuanya itu dengan pandangan mengkritik.

Sudah menjadi makanan sehari-hari Xavior melihat kedekatan kedua orang tuanya. Tentu laki-laki itu bersyukur lahir di keluarga yang kelimpahan kasih sayang ini. Berbeda dengan kebanyakan temannya yanh seiring bertambah umur mereka, semakin berkurang keharmonisan keluarganya.

"Morning om gagah, tante cantik, dan peliharaan rumah."

Xavior melirik malas laki-laki berambut cepak dan jaket parasut hijau army dengan tulisan SPARTA di belakang punggungnya itu.

"Baduga, tumben kamu baru bangun," ucap Laurel sambil mendorong piring berisi roti selai karena laki-laki itu tidak menyukai nasi. "Ini makan dulu."

"Terima kasih tante cantik," balas Baduga sambil memamerkan senyumnya. "Iya nih semalem abis ajeb-ajeb. Pusing pala Baduga."

"Kurangin," pesan Max singkat.

"Siap om jago," sahut Baduga cepat sembari menyambar roti selai-nya. Baduga kemudian melirik ke arah Xavior namun laki-laki itu tampak langsung membuang mukanya.

"Muka lo napa dah? Kalo minta dihajar ngomong jangan kode-kodean. Gue gak pekaan orangnya bang."

"Bang, bang, bang, lo lebih tua daripada gue bodoh."

"Bodoh kok ngatain bodoh. Dasar bodoh!" balas Baduga.

"An—"

"Udah, udah, dikit-dikit berantem. Kalian kapan mau berangkat sekolahnya?" lerai Laurel.

XaviorAvrilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang