35. Pengakuan

79.6K 6.6K 2.2K
                                    

Sumpah jahat bgt pada minta Zoe dibikin malu, aku gak tega asli 😭😭😭

CIEE UPDATE AHAHAHA 😚👍👍
RAMEIN YAA 💖💖

Tepuk tangan buat kita semua yang udah sampai di chapter 35 👏👏👏

If you're broken, you do not have to stay broken — Selena Gomez 😇🙏

HAPPY READING KALIAN ❤️❤️

⚪ ⚪ ⚪

Avril baru saja keluar dari toilet. Meninggalkan Zoe sendiri. Gadis itu menyuruh Zoe untuk keluar beberapa menit setelahnya.

Dari lorong IPS paling ujung ramai sekali. Avril menjeda langkahnya. Badannya mengarah sempurna pada kerumunan siswa yang bergerak tidak beratur itu. Perasaan Avril tidak enak. Kalo dulu mungkin Avril memilih bersikap acuh, namun sekarang Avril tidak bisa. Avril yakin betul keramaian ini disebabkan oleh siapa.

Suara gedebum pada loker besi dan sorakan satu suara mengeluk-elukan nama Xavior. Sial, Avril dibuat cemas. Bergegas Avril mempercepat langkahnya membelah kerumunan.

Tubuh Avril mungil, tidak susah untuknya mendesak masuk ke kerumunan manusia itu. Mata Avril melebar, jantung Avril mencelos melihat Xavior yang dengan bengisnya memukuli pacarnya. Iya, Zach. Entah apapun alasan cowok itu.

"Xavior!" tegur Avril.

Telinga Xavior peka menangkap suara Avril. Cowok itu menoleh cepat dengan dada bergerak naik-turun.

"Nah pas," Tidak ada penyesalan di wajah Xavior. Cowok itu mencengkram kembali kerah Zach.

Napas Avril tercekat. Kakinya mundur selangkah begitu Xavior tanpa perasaan menyeret kasar Zach tepat ke depannya.

"Lo ngaku ke Quinzel sekarang atau gue bongkar akal busuk lo di sini," bisik Xavior penuh penekanan yang masih terdengar oleh Avril.

Zach meringis. Memejam kesakitan. Cowok itu menggeleng susah payah tanda menolak. Rahang Xavior mengeras melihat respon pengecut Zach. Cowok itu sudah ancang-ancang kembali akan memberi pelajaran pada Zach. Namun Avril dengan nekat menghalangi aksi beringas Xavior.

Mata Xavior membulat. Jantungnya sempat berhenti berdetak saat sadar hampir memukul Avril. "Ngapain?" suara Xavior menggeram kesal. "Awas."

Avril menggeleng, menolak. "Gak gini caranya."

"Quinzel dia—"

"Iya aku tau," selak Avril cepat.

Wajah keras Xavior melunak. Amarahnya berganti kernyitan heran. Ingin memberitahu apa yang dilihatnya, namun melihat keyakinan penuh dari manik gadis di depannya ini, Xavior menggeleng tidak percaya.

"Terus lo diam aja? Lo biarin dia?" tanya Xavior tidak habis pikir. "Lo bego atau cinta sama dia?"

Avril tidak terima dibilang seperti itu. Baru akan membalas, namun tangan Avril ditahan oleh Zach dari belakang. Membuat gadis itu menoleh padanya.

"Avril," Napas Zach menipis.

Avril mendesah pelan. Melihat wajah Zach yang babak belur, Xavior bisa kena masalah kalo sampai ketahuan guru. "Xavior, sebentar."

Baru sedetik Avril berpaling, Xavior memilih beranjak pergi. "Xavior," Avril melepas Zach, menahan lengan Xavior yang langsung ditepis cowok itu.

⚪ ⚪ ⚪

Tidak ada orang yang benar-benar jahat. Tidak ada juga orang yang benar-benar baik. Semuanya abu-abu. Avril tidak pernah melabeli orang dengan kata dia jahat, dia baik, dan lainnya. Ini dunia nyata, bukan dunia drama. Di mana sudah ditetapkan siapa yang berperan sebagai orang antagonis dan protagonis.

XaviorAvrilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang