YAYY UPDATEE!!
Kalian sebelum baca, ayo absen para perindu XaviorAvril!!Bantu aku ramein yakss prenn 😉👍
HAPPY READING ❤️❤️❤️
⚪ ⚪ ⚪
Kalo soal merasakan kehadiran Justin di sisinya, Avril baru mendapatkannya sekarang.
Kalo soal disayang, diperhatikan, dan dikhawatirkan, Avril juga baru mendapatkannya sekarang.
Namun sekarang telah usai.
Semua ini terkesan baru dan terlalu cepat berakhir. Masih banyak yang ingin Avril lakukan dengan Justin, tapi lagi-lagi semesta berkehendak lain.
Jahat. Pertama kali Avril merasa dunianya kembali utuh, sekejap dan sekejam itu Avril dibuat kembali runtuh.
Lahir karena pengorbanan Ibu, lalu berakhir hidup penuh pengabaian Ayah. Avril berhasil menguatkan diri melalui hal pelik ini.
Tanpa bantuan, tanpa sandaran, Avril bisa tumbuh menjadi sosok perempuan yang independen, pintar, berkelas, dan serba-bisa.
Avril juga pintar memahami dan memaklumi situasi. Saat berada di bawah, semudah itu Avril memutar balik keadaan.
Tapi kini, berdiri dengan dua tangan saling merengkuh dirinya sendiri, dengan jiwa yang meredup di antara dua makam orangtuanya, Avril benar-benar dibuat tidak berdaya.
Kata mereka, luka batin meninggalkan sakit pada hati, tapi Avril dibuat sakit satu tubuh.
"Quinzel," Xavior memanggil saat melihat gadisnya akhirnya beranjak dari tempat berpijaknya.
Melengos melewati Xavior, Avril menghambur masuk ke pelukan Jasmine yang berada lima langkah di belakang cowok berkemeja hitam ini.
Xavior mengepal melihat punggung Avril yang bergetar. Avril menangis tanpa suara dalam rengkuhan Jasmine.
"Kalo aku gak mau ya gak mau!"
"Ini orangtua kamu, Quinzel. Jangan sampai kamu nyesel," ucap Xavior.
"AKU GAK MAU!" teriakan Avril membungkam Xavior.
Xavior baru melangkah dekat, ingin menggapai Avril, namun Avril menepisnya. Menyuruh Xavior jangan mendekat.
Xavior dan Avril slek. Avril yang menolak hadir dalam pemakaman Justin dan Xavior yang mencoba membujuk Avril. Sampai sekarang Avril menjauhi Xavior.
"Xav, gue duluan sama Avril, ya?" ucap Jasmine tidak enak.
Menoleh ke arah parkiran, Xavior bisa lihat Avril yang baru masuk ke salah satu jejeran mobil di sana, "Kabarin gue terus Jas," minta Xavior.
Jasmine mengangguk. "Cuma ke rumah gue kok. Iya nanti gue kabarin,"
"Duluan ya," pamit Jasmine setelahnya.
Kini Xavior sendiri. Ada William juga yang menemaninya, turut mengekspresikan belasungkawa cowok itu.
Xavior menengadah, menghembus napas sebelum kembali menatap pada makam di depannya.
Kembali tereka percakapan tempo malam itu.
"Kamu pernah bilang, saya gak berhak larang kamu dekat dengan putri saya, suka atau engga, Quinzel kewajiban kamu, benar kan?" Justin bertanya dengan nada datar yang mendinginkan ruangan.
Xavior menatap pria yang duduk bersandar pada tepi meja kerjanya, cowok itu mengangguk. "Benar. Om gak berhak larang saya, dan Quinzel kewajiban saya," ulang Xavior.
KAMU SEDANG MEMBACA
XaviorAvril
Teen FictionTiba-tiba dia kembali. Mendekat, mengganggu, lalu menetap. Mengenai dua penguasa SMA Glorisius. Xavior dengan predikat cowok ternakal di sekolah dan pemimpin geng ternama dan Avril si gadis panutan dengan status tertinggi dalam hierarki sosial. Sen...