40. Putar Balik Keadaan

82.4K 6.9K 679
                                    

Pasti pada kaget aku UP
WAJIB RAME CHAPTERNYA!! 😘👍

SELAMAT MEMBACA ❤️❤️

BRAK!!

Xavior membuka paksa pintu kamar Avril dalam kondisi terkunci.

Matanya menjelajahi kamar bertema vintage ini. Kosong. Gelap. Satu-satunya cahaya datang dari sela-sela pintu kamar mandi. Pasti Avril di dalam sana.

Xavior mengambil langkah bersamaan terdengar suara flush toilet bercampur suara deras air shower yang terus menyala

Mendengarnya saja, Xavior tau apa yang Avril lakukan.

Mengetuk pelan, Xavior memanggil, "Quinzel,"

Tidak mendapat balasan. Xavior susah mencari suara Avril karena derasnya air shower. Namun satu yang Xavior yakin. Avril sedang tidak mandi. 

"Quinzel, tolong buka pintunya," pinta Xavior sambil menggedor pintu itu.

Avril berusaha menenangkan dirinya. Sekuat mungkin ia menahan isakannya. Namun air mata itu terus mengalir seolah menolak diajak kerja sama. Berusaha tetap tegar, namun pertahanan Avril benar-benar sudah hancur. Senyumnya tidak lagi bisa menyembunyikan sakitnya.

Xavior mengepal begitu samar mendengar tarikan napas Avril yang tidak beraturan dari balik pintu.

"Tuan,"

Benita datang tergesa memasuki kamar Avril, wanita paruh baya itu baru menemukan seperangkat kunci cadangan yang disimpannya.

Xavior segera mengambil alih kunci itu. Membuka pintu dan terlihat Avril terduduk di sebelah kloset dalam kondisi mengenaskan. Seragam sekolah lecek, rambutnya berantakan, wajahnya pucat dengan mata dan hidung memerah.

"Quinzel," Xavior dibuat tidak bisa berkata melihat kacaunya Avril.

Begitu manik Avril bertubruk dengan pendar khawatir Xavior, Avril memejam kuat-kuat matanya. Lagi-lagi selaput bening itu luruh.

Benita menutup mulutnya. Matanya berkaca melihat kondisi Avril. Ia bergerak panik mematikan air shower yang sengaja dinyalakan majikannya.

Mensejajarkan pandangannya, Xavior berlutut di depan Avril. Telapak Xavior terulur menangkup pipi Avril, namun gadis itu menolak. Kembali mencoba meraihnya, namun Avril balas mendorong kasar Xavior agar jauh darinya.

Xavior belum menyerah, Avril terus menghindarnya. Sampai tangan Avril ditarik ke arah Xavior. Membuat tubuh dingin Avril terhuyung masuk ke dekapan Xavior. Erat pelukan Xavior. Avril terus memberontak, memukul Xavior berulang kali, bahkan sengaja mencakar cowok itu. Xavior tidak apa, lebih baik Avril memukulnya daripada gadis itu melukai diri sendiri.

"Lagi, Quinzel," ucap Xavior saat Avril berhenti memukulnya, "Pukul aku. Gak apa. Lampiasin emosi kamu," suruh Xavior membuat Avril kembali memukul dada Xavior dengan sisa tenaganya.

Pukulan Avril tidak ada rasa, entah menguap ke mana kekuatannya. Fisik dan mentalnya tertekan. Xavior memejam. Deru napas Xavior dan Avril sama tidak beratur.

"Sakit," ungkap Avril serak.

"Di mana?"

"Semuanya," lirih Avril, "Sakit banget. Aku capek," lirih Avril sambil mencengkram sisi baju Xavior, "Aku gak kuat, Xavior," ulang Avril lagi.

Xavior menggeleng merasakan hatinya diremas melihat Avril seperti ini. "Kamu kuat. Aku tau kamu," ucap Xavior sambil mengeratkan pelukannya.

"Kamu gak ngerti," Avril kembali sesegukan, wajahnya dibenamkan pada dada Xavior.  "Aku bunuh Mom. Aku bunuh Mom, Xavior,"

XaviorAvrilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang