Benita memasuki kamar Avril. Terlihat majikannya sedang duduk bersila pada ranjangnya dengan fokus tertuju pada laptop-nya.
"Nona," panggil Benita seraya melangkah mendekati Avril dengan kedua tangannya memegang nampan berisi makanan dan buah-buahan.
"Benita," sahut Avril tanpa mengalihkan fokusnya.
"Iya, nona?"
"Ini semua daftar tamu acara nanti?"
Benita mengangguk. "Iya sudah semua, Nona."
"Semua?" ulang Avril lebih lambat, kali ini ia menatap lekat pada Benita.
"Semua, Nona," jawab Benita mengikuti nada majikannya itu.
Avril melirik singkat ke arah Benita, sebelum kembali fokus menghapal semua file biodata singkat daftar tamu di acara perusahaan Justin alias Ayahnya nanti malam. Tentu karena suatu alasan Avril rela cape-cape melakukan hal ini.
"Nona," panggil Benita lagi, "Saya tidak mengerti-"
"Kau memang bodoh Benita," selak Avril malas.
Benita mendengus tidak terima. "Bukan itu, Nona. Saya tidak paham. Kalo Nona ingin datang ke acara Ayah Nona, kenapa Nona tidak minta ke Ayah Nona aja?"
"Karena Dad tidak mengajakku Benita. Dad hanya mengajak si gadis kampung dan ibunya itu," ketus Avril.
Benita menatap Avril prihatin.
"Tapi gak apa-apa." Avril menghela kembali memasang senyum manisnya. "Aku akan menawarkan bantuan pada Dad, dan Dad akan menerima tawaranku karena dia membutuhkanku di acara itu nanti," jelas Avril panjang lebar.
"Oh ya, Benita, Kristin sudah mendapat pesanku kan?"
"Sudah, Nona. Sesuai perintah Nona," angguk Benita.
"Good," ucap Avril puas. Rencananya sejauh ini masih mulus tanpa hambatan.
"Kau tidak dibutuhkan lagi Benita, silakan keluar dengan tenang. Itu pintunya," tunjuk Avril pada pintu kamarnya.
"Sebentar, anda perlu makan Nona." Benita berucap seraya menyodorkan nampan berisi makanan itu pada Avril.
Avril menatap Benita malas, sedangkan wajah Benita seolah menuntut Avril untuk segera mengambil makanan yang sudah disiapkan.
"Sedikit saja. Nona belum makan sedari pagi," bujuk Benita lagi.
Avril memicingkan matanya. Masih menatap Benita, Avril mengambil satu biji anggur dan memasukkannya ke mulutnya.
Benita menatap Avril lelah, susah sekali majikannya itu diberitahu.
"Nona, nona belum makan apa-apa dari-"
"Aku tidak lapar Benita."
"Tapi nona-"
Benita menutup kembali bibirnya melihat mata tajam majikannya itu. Namun dengan senyum canggungnya, Benita kembali menyodorkan nampan berisi makanan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
XaviorAvril
Teen FictionTiba-tiba dia kembali. Mendekat, mengganggu, lalu menetap. Mengenai dua penguasa SMA Glorisius. Xavior dengan predikat cowok ternakal di sekolah dan pemimpin geng ternama dan Avril si gadis panutan dengan status tertinggi dalam hierarki sosial. Sen...