Ini lanjutan part sebelumnya, oke? oke.
BAB 9 | KUNJUNGAN SINGKAT
Malam ini Avril sibuk dengan potongan motif kain di hadapannya. Gadis itu tengah mencari motif kain yang paling cocok untuk sketsa dress yang sudah ia buat.
Avril menghela napas, seraya melirik jam dindingnya. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam yang berarti Avril sudah bergulat dengan design dress-nya ini selama kurang lebih dua jam.
Tenggorakannya terasa seret. Ia butuh air mineral sekarang. Lantas gadis itu melangkah keluar kamarnya, tujuannya adalah dapur.
"Ini om," samar terdengar suara Putri dari ruang tamu.
"Makasih ya Putri." Justin menerima makanan yang dibawa secara inisiatif oleh gadis itu.
Avril geleng kepala. Fokusnya turun ke baju tidur Putri. Sudah menjadi habit Avril menilai seseorang dari penampilannya.
Kalo pakaian tidur Avril itu full koleksi dari La Perla, brand luxury buatan Italia, mulai dari luaran, pajamas, sampai dalaman. Beda dengan Putri, entah darimana daster Hello Kitty gadis itu.
"Nona, lagi ngapain di sini?"
Avril tersentak kaget saat tangan Benita dengan ringan menyenggol sikunya. "Benita!" tegur Avril dengan mata melotot.
"Ups, maaf nona." Benita tampak menyengir sebelum menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Ssst,” desis Avril. “Jangan berisik. Bisik-bisik.”
Benita mengacung jempol. “Apa yang kita selidiki Nona?"
Avril menggeleng. Pandangannya kembali tertuju pada dua makhluk yang tengah berbincang di sana. Atau lebih tepatnya Putri mengajak ayahnya mengobrol.
Seperti seorang ayah dan anaknya sendiri.
Sedangkan Avril yang statusnya sebagai anak kandung, gadis itu mana pernah mengajak ayahnya berbincang, begitu pun ayahnya. Seperti ada sebuah tembok kasat mata yang membatasi interaksi keduanya. Avril bahkan tidak ingat kapan terakhir kali keduanya berbincang santai.
Oh iya Avril lupa, kan memang tidak pernah.
Pembahasan keduanya selalu seputar acara bisnis dan uang jajan Avril. Sementara di ruang tamu, Putri tampak asik terus mengajak Justin-ayahnya yang pasti tengah sibuk dengan pekerjaannya berbincang.
"Dari kapan Dad kenal Putri, Benita?" tanya Avril penasaran.
Benita menoleh menatap majikannya itu. "Kurang tau, Non, mungkin semenjak ayah Nona mengenal Ibu Risa."
Avril mendengus. Nyesal nanya.
“Kenapa, Non?”
“Engga,” ketus Avril, “Udah, sana, jangan sini,” usir Avril. “Sana,” usir Avril lagi.
“Iya-iya ini,” balas Benita. “Duluan loh,”
Avril tidak membalas. Habis Benita tidak lagi terlihat, baru Avril keluar dari persembunyiannya.
"Kak Avril?" panggil Putri membuat Avril menoleh.
Avril sempat mendapati ayahnya yang melihatnya sekilas sebelum kembali sibuk dengan tablet besar di tangannya.
"Mau? Putri bikin kue kering," tawar Putri ramah sambil mengulurkan piring berisi cookies yang gadis itu maksud.
Avril menatap tidak suka makanan dan wajah Putri bergantian sebelum memilih melengos pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
XaviorAvril
Teen FictionTiba-tiba dia kembali. Mendekat, mengganggu, lalu menetap. Mengenai dua penguasa SMA Glorisius. Xavior dengan predikat cowok ternakal di sekolah dan pemimpin geng ternama dan Avril si gadis panutan dengan status tertinggi dalam hierarki sosial. Sen...