YAYY UPDATE !! 🔥🔥
SIAP RAMEIN YAA 😚👍👍NOW PLAYING : Avril Playlist
Lana Del Rey - Video Games
HAPPY READING KALIAN ❤️❤️
⚪ ⚪ ⚪
Mata Xavior membulat. Cowok itu tidak bersuara. Mengerjap. Jelas tidak menyangka akan ada Avril di kolong meja sambil memeluk tasnya.
Avril diam. Menelan ludah dan harga dirinya. Masih memandang ke depan. Tangannya erat mencengkram tas Xavior. Mengumpulkan sisa martabatnya sebelum menoleh, mendongak, dan membalas tatapan rendah Xavior. Avril memaksa senyum. Senyum kikuk, cemas, dan malu yang dibalas datar oleh Xavior. Ah gak bisa! Avril mau uninstall nyawa aja rasanya!
Xavior menghela. Melirik pada Gerald yang masih mengangkat dua tangannya ke udara. Cowok manis itu lalu mengedik sambil tertawa. Menjauh, tidak mau dijadikan sasaran.
"Kosongin tempat," ucap Xavior pada teman-temannya yang masih tidak tau kehadiran Avril. "Kosongin kelas sekarang juga."
"Lah, kosongin?" heran Matthew.
"Buru keluar," usir Xavior tidak mau lama-lama. "Jangan ada yang masuk sebelum gue keluar," perintah cowok itu lagi.
Butuh beberapa menit untuk mengosongkan kelas. Ada yang tidak terima. Iya lah, orang keringetan habis panas-panasan di lapangan. Pasti mau ngadem semua. Tapi pas mereka lihat tatapan Xavior, keluar adalah satu-satunya opsi yang tersedia. Lagian mereka sekelas juga kenal betul Xavior, cowok itu tidak mungkin segininya kalo gak ada yang penting.
Kelas 12 IPS 3 kembali sunyi. Avril merasa lebih lega. Xavior bersandar pada mading. Bersidekap tanpa niat menolong Avril yang berusaha keluar dari tempat persembunyiannya.
Duh! Entah sudah berapa kali Avril mengaduh dalam hati.
"Ngapain?" suara Xavior terkesan datar.
Hawa Xavior tidak bersahabat. Terlihat tidak menyukai kehadiran Avril. Hal itu membuat Avril diam pada pojok meja dengan mata tidak lepas dari cowok di depannya ini.
Tau tidak akan mendapat jawaban, Xavior mencari tahu sendiri. Mengambil langkah mendekat. Membuat pupil Avril semakin melebar, tangannya refleks mencengkram pada sisi meja. Lengan kanan Xavior terulur ke belakang Avril.
Tanpa menjauh, Xavior mengambil nasi bungkus di mejanya. Melepas sticky notes yang tertempel dan membacanya sekilas dalam hati; Xavior.
"Dari siapa?" tanya Xavior. Kepalanya menoleh pada Avril.
Avril mengedik. "Gak tau, kan meja kamu."
Tangan Xavior menempel pada meja belakang Avril. Mencondongkan wajahnya pada Avril. Napas beratnya menerpa wajah Avril. Netra tajamnya menelisik Avril. God, kaki Avril langsung berubah tekstur jadi jelly rasanya.
"Gak usah bohong," suara berat Xavior menyapa gendang telinga Avril.
"Aku engga," bantah Avril cepat.
"Suara naik. Mata ke mana-mana. Ketauan, Quinzel," balas Xavior.
Avril tidak lagi membalas. Bibirnya mencebik membuat Xavior berpaling dan membasahi bibir bagian bawahnya. Kalo sudah gini, Avril langsung salah fokus pada rahang tajam Xavior.
KAMU SEDANG MEMBACA
XaviorAvril
Teen FictionTiba-tiba dia kembali. Mendekat, mengganggu, lalu menetap. Mengenai dua penguasa SMA Glorisius. Xavior dengan predikat cowok ternakal di sekolah dan pemimpin geng ternama dan Avril si gadis panutan dengan status tertinggi dalam hierarki sosial. Sen...