YAYY updatee!! 🔥🔥
Ramein chapter hari yaa!! 😊💕
Happy reading ❤️❤️
⚪ ⚪ ⚪
"Morning, Benita," sapa Avril ceria.
Gadis itu duduk bersila pada kasur sambil memeluk sebuah bantal. Auranya bersinar. Tersenyum cantik saat Benita memasuki kamar membawa nampan berisi sarapan pagi Avril dan dress yang tertutupi laundry cover pada lengan kirinya.
Benita hanya melempar tatapan penuh selidik. Mendekati kasur dan memberikan segelas minuman pada gadis itu.
Seumur hidup Benita bekerja di sini, Avril tidak pernah semanis ini. Kecuali saat Avril meraih peringkat 1 di sekolah, atau penghargaan lainnya. Tapi itupun tidak sebahagia ini.
"Apa? Stop tatap aku seperti itu, Benita," ucap Avril menjeda acara minum paginya.
"Seperti apa, Nona?" pancing Benita.
"Seperti aku baru saja melakukan dosa. Awas," Avril menggerakan tangannya, menyuruh Benita menghadap ke arah lain.
Benita semakin memicingkan matanya. "Memangnya salah? Benita lihat Tuan Xavior semalam masuk kamar Nona."
"Siapa bolehin ngintip-ngintip?" hardik Avril.
"Ya Benita takut Nona kenapa-napa. Lagian seenaknya Tuan Xavior nyelonong masuk ke kamar Nona. Gak baik—"
"Orang gak ngapa-ngapain!" seru Avril dengan wajah memerah.
Benita menaikkan satu alisnya tidak percaya.
Avril berusaha tetap tenang. Kembali meneguk minumnya, sesekali melirik was-was Benita. Sementara Benita geleng kepala, tau sekali Nona-nya itu sengaja memperlambat acara minumnya.
"Kenapa masih di sini?" Suara Avril sudah kembali normal. "Sana pergi, Benita. Jangan ganggu waktu meditasiku."
"Bagus. Setelah kejadian semalam, ada baiknya Nona—"
"Lalalalalalala~" Avril sengaja menginterupsi Benita. Telinganya ditutup menolak mendengar ceramahan pengasuh satu itu.
"Hush! Kebiasaan," Benita mencibir sambil menepuk lengan Avril dengan serbet membuat Avril mengaduh.
"Ingat, Tuhan selalu mengawasi, Nona," ucap Benita dengan nada mengintimidasi.
Avril tertawa. Tawa bahagia yang membuat Benita geleng kepala. Walau dalam hati Benita ikut senang melihatnya.
"Aku gak pernah seperti ini, Benita. Aku senang. Terlalu senang mungkin. Dia alasannya. Rasanya aneh. Bukan kayak biasanya," cerita Avril dengan wajah tidak mengerti dan senyum yang tidak luntur.
"Ini yang namanya bahagia?"
⚪ ⚪ ⚪
Kini Avril berada di salah satu restoran Western pilihan Auntie Saras, ibu Zach. Makan bersama dalam rangka merayakan ulang tahunnya.
Sedari tadi Avril sibuk berbincang dengan orang tua Zach. Percakapan santai. Zach ada di sampingnya, namun Avril hanya menanggapi cowok itu seadanya.
"Gimana sekolah, Avril? Udah kelas 12, kamu udah persiapan ujian?" tanya Toni—Ayah Zach.
Avril mengangguk. "Udah, Uncle. Aku ada riset materi dan latihan soal-soal," jawab Avril.
"Iya memang harus gitu. Jangan mikirin main dulu. Nilai rapor kamu juga harus pertahanin, Avril," ucap Saras.
"Iya, pasti, Auntie," balas Avril sambil senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
XaviorAvril
Teen FictionTiba-tiba dia kembali. Mendekat, mengganggu, lalu menetap. Mengenai dua penguasa SMA Glorisius. Xavior dengan predikat cowok ternakal di sekolah dan pemimpin geng ternama dan Avril si gadis panutan dengan status tertinggi dalam hierarki sosial. Sen...