"Woi, Put! Putri!" seru Agatha heboh sembari memukul meja yang ditempatinya itu.
"Kenapa? Ada apa?" balas Putri sambil mendongak panik pada temannya.
"Lo gak bakal nyangka! Wagilaseh ini berita tergood-good news bagi gue selama gue sekolah di Glorisius! Sumpah lo tau gak sih? Kita lolos sepuluh besar calon sampul Beauty dong!" pekik Agatha antusias.
Mata Putri membulat mendengarnya. "S-serius? Kok bisa?"
"Ya bisa lah! Lo ngeremehin kecantikan kita Put?!" pukul Agatha pada lengan Putri.
Putri mengaduh pelan. Agatha ini emang anaknya barbar banget. Dikit-dikit mukul, dikit-dikit ngedorong, pokoknya kasar deh. Tapi anehnya anak ini suka teriak-teriak sendiri kenapa gak ada cowok yang suka sama dia. Kalo dipikir-pikir, ya gimana mau disukain kalo tingkahnya aja gak ada tulen-tulennya sama sekali!
"Astaga Tha, bukan gitu. Kita kan cuman iseng-iseng daftar. Kok bisa kepilih sih?" tanya Putri masih heran.
"Elo yang iseng! Gue sih beneran mau! Waktunya sudah datang Putri, ini saatnya gue me-universal-kan pesona kecantikan gue ke satu tanah air! Gue yakin abis ini pasti ada cowok yang nyantol di PC Line gue!"
Putri mencerna bentar ucapan Agatha barusan. "Kok satu tanah air Tha? Ini kan majalah sekolah, jadi satu sekolah dong. Lagian kita belum tentu kepilih tau, kesempatan kita buat kepilih juga masing-masing cuman sepuluh per—"
"Astagfirullahaladzim Putrisari! Istighfar gue ngomong sama lo," gedeg Agatha.
"Duh, salah aku apalagi Tha?"
"Salah lo tuh jadi manusia kelewat polos. Berasa ngobrol sama Rapunzel dongo tau gak gue," ceplos Agatha.
"Ya udah maaf, iya ini aku diem deh," ucap Putri.
Agatha menghela kasar sembari menyibak rambutnya, melirik malas teman satunya itu. "Iya permintaan maaf lo gue acc. Untung gue lagi seneng, akhirnya Kak Avril kalah dari gue. Lo tau kan Put kalo si Avril gak lolos sepuluh besar?"
Putri mengangguk. Dalam hati berharap semoga kakaknya itu tidak apa-apa, karena makin ke sini, Putri menjadi semakin tau apa yang disukai calon kakak tirinya itu.
Spotlight.
Avril sangat suka menjadi pusat perhatian. Bukan cari perhatian, karena tidak perlu susah-susah dicari juga sudah kelewat banyak yang menaruh perhatian pada gadis jelita itu.
"Pasti dia lagi sedih sekarang," ucap Agatha sembari tertawa jahat.
"Ngapain sedih? Kak Avril gak lolos sepuluh besar sampul majalah Beauty, tapi jadi sampul majalah Elite woi!"
"HAH?! Elite Magazine? Gosah dusta lo Meg!" Kepala Agatha menoleh cepat pada gadis yang duduk di belakangnya.
"Serius!" seru Megan, gadis yang tadi sempat berceletuk.
"BOHONG!"
"BENER!" balas Megan lagi.
Megan dan Agatha masih adu mulut sementara Putri mengernyit tidak paham. "Sebentar-sebentar, Elite Magazine itu apa?"
"Lo gak tau Put?" tanya Megan balik yang dijawab gelengan kepala oleh Putri.
"Emang harus tau ya?"
"Ih, Put! Sstt... Diem aja mending, jangan sampai kebodohan lo ini merusak citra gue sebagai teman lo," selak Agatha.
Megan sendiri terkekeh. "Sok-sokan punya citra lo Tha."
"Elite Magazine tuh majalah remaja yang populer banget deh di Indonesia Put," jelas Megan pada Putri, "pantes kak Avril keluar seleksi dari majalah sekolah, wong dia-nya ditawarin jadi sampul majalah nasional."
KAMU SEDANG MEMBACA
XaviorAvril
Teen FictionTiba-tiba dia kembali. Mendekat, mengganggu, lalu menetap. Mengenai dua penguasa SMA Glorisius. Xavior dengan predikat cowok ternakal di sekolah dan pemimpin geng ternama dan Avril si gadis panutan dengan status tertinggi dalam hierarki sosial. Sen...