48. Hari Penantian Avril

87.4K 6.9K 2.5K
                                    

Immm sorrryyyy, jangan marah yaa ini aku updet lohh 🤗🤗

Siap ramein yaa??
SELAMAT MEMBACA 💗💗

⚪ ⚪ ⚪

Sudah tiba waktunya pembagian rapor tengah semester.

KBM masih berlangsung sampai jam istirahat pertama. Setelah itu jam kosong untuk para siswa. Well gak semua siswa, derita anak OSIS, mereka diharuskan sibuk di lapangan mengurus acara Edu Fair. Mulai dari stand-stand kampus, panggung acara, dagangan, dan lainnya.

"Sekolah sampai kapan?" Ricky mengibas wajahnya dengan kipas seraya menolehkan kepala bertanya pada teman-temannya.

"Ampe mati," jawab Matthew dengan wajah nelangsa. "Aaaaaah," suara apa itu Memet?

"Rapor gue gimana ya," Jali menghembus berat dengan wajah menerawang.

"Kalo gak pas-pasan, ya dibawah KKM," jawab Gerald enteng, "Kek muka lo Jal,"

"Ngent. Lo anak ngent," umpat Jali ditahan-tahan.

"Makanya belajar!" lagi, Gerald memancing emosi.

"Lagi gak bisa bercanda gue, Rald. Jangan buat gue bertindak diluar batas kewajaran," lanjut Jali membuat Gerald tergelak.

"Alah kek nilai lo juga bakal bagus aja Rald," celetuk Matthew, berpihak pada Jali.

"Lah lo gak sadar? Nih anak kan belakangan ini belajar mulu sama Xavior, William," Ricky berujar dibalas anggukan mantap oleh Gerald.

"Asli Wil?" tanya Matthew terkejut.

William menggangguk membenarkan.

"BAH! Astaga, aku dikhianati. Kok gak ngajak gue sama Memet, Wil?" Matthew ikut bertanya, "Apa arti pertemanan 3 tahun ini, Aldric?!"  

"Lo orang gak ada inisiatif," balas William sekenanya.

"Betol! Belajar tuh butuh kesadaran diri." Ricky setuju-setuju saja. Padahal tiap hari cowok itu juga asik nge-game.

"Ah maunya disadarin sama cewek. Cariin gue cewek rajin dan pintar napa buat investasi masa depan," ucap Jali.

"Mau saingin Xavior lo, Jal?" tanya Gerald dengan tawanya. "Emang kuat lo sama modelan Avril?"

"Ya jangan modelan ceweknya Xavior juga anjrit. Bukan pintar, malah gila kali gue," ucap Jali. "Bebi bolelah,"

"Tampol," tanggap Ricky tajam. Huhh si mas mantan satu ini.

"Si Xavior mana dah?" tanya Matthew celingukan.

"Noh, di bawah. Tadi bilang ke gue mau nemenin Avril," Dagu Gerald menunjuk keluar balkon kelas. Tepatnya ke bawah lapangan, di balik panggung hitam berukuran medium.

Bahaya. Bisa dikira aneh-aneh. Karena kesannya kedua insan itu seperti menjauh dari keramaian. Apalagi dengan posisi si cowok duduk santai dan gadisnya berdiri di antara kaki terbuka sang pacar.

Mata Jali mengedar pandang ke keempat temannya yang sama nangkring berjejer di balkon kelas dengan fokus ke bawah. Busett berasa mau photoshoot cover film action, pikir Jali.

"Ludahin coba Rald," sikut Ricky. "Pweh gitu," Ricky memberi contoh gerak bibirnya.

"Pweh gitu?" tiru Gerald.

"Hooh, ayo, pweh," ajak Ricky.

"Sakit jiwa!" toyor Gerald pada kepala temannya itu.

"Terpantau 09.30 WIB, masih belum ada tanda-tanda keributan," Matthew melirik jam tangan hitamnya seraya mengucapkan hal tersebut.

XaviorAvrilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang