11. PERMINTAAN XAVIOR

81.5K 7.1K 1.1K
                                    

BAB 11 | PERMINTAAN XAVIOR

"Put, Put, Put, liat gue sekarang," ucap Agatha. Baru saja masuk ke dalam kelas dan gadis itu sudah heboh sendiri.

Lantas Putri yang tengah membaca novelnya mendongak dan memperhatikan tingkah tengil Agatha itu, "Ada apa?"

"Liat. Ada yang baru gak dari gue?" tanya Agatha sambil menenteng sebuah tas di tangan kanannya.

"Tas baru? Kamu ganti tas?" tanya Putri balik.

"Iya ihihihi, perhatiin gue aja lo," jawab Agatha sembari terkekeh malu-malu.

Putri menggeleng kepalanya melihat tingkah Agatha itu. "Emangnya muat buku pelajaran kamu di tas sekecil itu?" tanya Putri heran.

"Enggak." Agatha menjawab cepat. "Tapi mau gimana lagi? Hand bag beginian lagi sering dipake Kak Avril, terus lama-lama hampir semua siswi pake juga. Biasalah trend baru dari Kak Avril, gue kan juga gak mau kalah kekinian hehe," jelas Agatha panjang lebar.

"Segitunya?" tanya Putri tidak menyangka. "Jadi semua yang Kak Avril pakai bakal kamu contoh gitu?"

Agatha mengangguk. "Exactly! Seperti yang gue bilang waktu itu kalo Kak Avril itu trendsetter. Tapi gue juga mikir dua kali sih kalo ngikutin Kak Avril soalnya barang-barangnya bener-bener high-end, branded semua, duh gue sampe ngirit banget tau gak sih buat beli ini tas," ungkap Agatha sembari mengelus tas barunya itu.

"Bukannya lebih baik uangnya kamu pakai buat beli sesuatu lebih berguna? Atau gak untuk beramal mungkin?" tanya Putri.

"Ini penting Put, tas ini secara gak langsung bisa naikkin status sosial gue," jawab Agatha.

"Ya udah deh yang penting kamu seneng." Putri menghela napasnya.

"Iya hehe, seneng banget gue," ungkap Agatha lagi. "Eh aduh mampus!" Agatha menepuk keningnya, "sumpah Put gue lupa bawa laptop dong, gimana nih?"

Mata Putri membelakak terkejut mendengarnya. "Yang bener kamu, Tha? Kita ada presentasi loh hari ini, mana kelompok pertama lagi."

Agatha meringis bersalah. "Duh, tas bego," ucap gadis itu pada tas barunya, "udah kecil, gak berguna, mahal lagi lo. Untung gue sayang."

"Agatha fokus dulu dong, ini sekarang kita gimana? Aku takut kamu kena omel Tiara sama Bima gara-gara gak bawa laptop," ucap Putri.

"Oiya, aduh mampus gue." Dua tangan Agatha langsung memegang kepalanya. Udah jadi parasit di kelompok sekarang jadi beban kelompok. Hadehhh...

"Lo masa gak bawa Put?"

"Kan kamu sendiri yang sukarela mau bawa laptop soalnya gak ikut bantu cari materi," jawab Putri gemas.

"Lagian aku juga gak punya laptop," lanjut Putri.

Kening Agatha mengerut mendengarnya. "Ah masa lo gak ada laptop? Hape lo aja mahal, tiap hari juga lo pulang-pergi sama supir," ucap Agatha heran.

Putri terdiam sebentar bingung bagaimana menjawab Agatha. Semua fasilitas yang Putri punya kan didapatkan gadis itu dari Justin —calon ayah tirinya dan karena Avril tidak mau siapapun mengetahui relasi antara keduanya jadi Putri masih bungkam sampai sekarang. Bahkan teman dekat satu-satuanya alias Agatha tidak tahu.

"I-iya aku gak punya laptop, adanya komputer di rumah," jawab Putri.

Agatha mengangguk paham membuat Putri menghela lega, namun berbohong seperti ini selalu membuatnya tidak tenang. Ibunya sendiri yang selalu mengajarkan Putri untuk selalu jujur. Soalnya manusia kalo udah sekali bohong bisa-bisa keterusan. Dan Putri tidak mau itu.

XaviorAvrilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang