14

483 34 0
                                    

Drrrrr.... drrrrrr.....

Suara dering telfon membuat Ayara terbangun dari tidurnya. Ia merasakan cahaya matahari menyilaukan matanya. Perlahan Ayara bangun dan merogoh hpnya.

Revandaaa Calling You......

"Ngapain nih bocah?" lirih Ayara masih dengan nyawa setengah kumpul.

"Iya, apa?" tanya Ayara masih menggeliat.

"Gua di depan gerbang lo nih." Ujar Revan lantang.

"Masuk aja." Ujar Ayara tanpa sadar bahwa pria yang menelfon adalah Revan.

Ayara menggeliat dan segera menuju kamar mandi. Ia menggosok gigi dan segera mengguyur tubuhnya.

Toookkk.... Toookkkk....

Revan yang tidak dibukakan pintu itu langsung masuk ke kamar Ayara. Mata Revan seolah terbelalak akan nuansa gelap nan elegant kamar Ayara. Revan perlahan menuju jendela dan membukanya.

"Pengab banget asli." Ujar Revan sembari membalikkan badan.

Mata Revan berpusat tepat di tubuh Ayara yang tengah menggunakan handuk mandi berwarna coklat susu itu. Ayara yang terkejut itu langsung bergegas mengambil seragamnya dan menukarnya di kamar mandi. Sementara, Revan yang tengah terperanga itu mencoba membalikkan badannya ke arah jendela.

"Kok bisa ada dia?" ujar Ayara menggerutu.

Ayara mengutuk semua perbuatannya dan segera menukar baju. Usai menukar seragam, Ayara berjalan keluar dan menuju hairdryer.

"Ngapain lo di sini? kok bisa masuk?" tanya Ayara sembari mengeringkan rambut.

"Kan lo yang nyuruh." Ujar Revan membalikkan badan dan duduk di dekat Ayara.

"Kapan?" tanya Ayara menuduh.

"Makanya kalo nelfon tuh nyawa dikumpulin dulu!" bentak Revan lagi.

Ayara tak mengubris dan terus merapikan rambutnya yang sudah kering.

"Btw, rumah lo sepi banget ya." Celetuk Revan sembari menuruni anak tangga.

Ayara yang sudah siap berangkat sekolah itu kemudian turun tangga untuk mengambil motor.

"Berdua aja, nanti kita kan mau ke rumah sakit." Sahut Revan membuat langkah Ayara terhenti saat di depan bagasi.

"Lo tau Ibuk Malik sakit?" tanya Ayara bingung.

"Apa sih yang gua ga tau tentang sahabat gua?" ujar Revan sombong dan berlalu pergi.

"Elehh!!" ujar Ayara mengejar Revan yang hendak memasang helmnya. Revan pun naik ke motornya dan mengode Ayara.

"Naik." Ucap Revan sembari melirik jok belakangnya yang kosong.

Ayara langsung naik setelah selesai mengenakan helm. Mereka berdua pun menyusuri jalanan Bandung dengan nuansa bising. Selang beberapa menit menuju sekolah, mereka pun berhenti tepat di parkiran motor.

Ayara segera turun dari motor yang telah Revan parkiran dan segera melepas helm yang ia kenakan.

"Ini, gua mau pergi bentar." Ujar Ayara sembari melangkah pergi.

"Kemana emang?" tanya Revan curiga dengan tetap mengambil helm yang Ayara berikan.

"Duluan aja." Sorak Ayara singkat.

"Ayyyy.... Ayaaaaa..." sorak Revan memanggil Ayara.

Ayara terus melangkah tanpa menoleh ke belakang lagi, ia bejalan menuju gerbang belakang agar Revan tidak curiga jika ia ingin mengunjungi kedai di dekat sekolah.

MAYARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang