6

686 60 4
                                    

Ayara turun dari motornya yang telah terparkir di depan rumah. Ia masuk dan langsung melangkah ke kamarnya seperti biasa. Belom menaiki anak tangga, langkahnya terhenti.

"Dari mana aja kamu?" sapa pria paruh baya itu.

Ayara hanya diam, berhenti seperti patung sejenak dan melangkah lagi.

"Ayaraa." Sorak pria itu lagi.

Ayara bergegas mencoba masuk ke kamarnya tanpa menjawab pertanyaan itu. Ia segera mengunci kamarnya dan membaringkan badannya di atas kasur.

"Uhh." Lirih Ayara sembari berbaring.

Ayara berbaring tanpa menukar seragamnya. Ia tanpa sadar tertidur lelap dan masuk ke alam mimpi.

Malam panjang ini Ayara nikmati dengan tertidur, namun, tidurnya tak sepanjang malam yang terjadi.

Bragggg...

Ayara terbangun mendengar gebrakan itu. Perlahan ia mengusap matanya untuk memperjelas apa yang terjadi. Ayara melangkah keluar kamar. Perlahan. Perlahan langkahnya tiba di pinggir pagar dekat tangga.

"Ada apa sama kamu sebenernya Met?" tanya Pak Andi dengan geram.

"Ada apa? punya otak? pikir sendiri!" ketus Meta sembari memalingkan wajah.

"Inget, kamu itu punya keluarga!" bentak Pak Andi dengan raut miris.

"Apa? keluarga? keluarga yang berantakan maksud kamu?" sindir Meta yang membuat Pak Andi mengepal tangannya.

Ayara masih melihat pertengkaran dua insan itu dari lantai atas.

"Keluarga yang ga pernah nganggep aku ada? itu maksud kamu?" tanya Meta lagi.

"Kapan keluarga ini ga nganggep kamu?" tanya pak Andi geram.

"Kapan? kamu pikir dengan Ayara diam dan diam selama bertahun-tahun ke aku itu ngebuat aku merasa dianggap?" tanya Meta sinis.

Pak Andi hanya diam tak mengubris.

"Kamu pikir itu keluarga yang harus aku liat setiap hari? bahkan anak kamu aja ga peduli ada atau enggaknya aku di sini, Mas!" ketus Meta lagi.

"Dan semua ini karena kamu!" bentak Meta lagi.

"Cukup!" bentak Pak Andi geram.

"Kenapa? ga terima? kamu tu em......" belom sempat meneruskan omongannya, tangan Andi sukses mendarat di pipi Meta.

Braggg...

Dan pedihnya lagi, Ayara menyaksikan dengan jelas peristiwa itu. Dengan mata dan kepalanya sendiri. Pak Andi yang tak sengaja memalingkan tatapannya ke langit-langit rumah, mendapati sosok Ayara.

Setelah sadar kalau Pak Andi melihatnya, Ayara segera bergegas ke kamarnya. Pak Andi seketika mengejar Ayara.

"Ay... Ayaaa.." Panggil Pak Andi sembari menuju ke lantai atas.

Ayara dengan cepat menutup pintu, mengunci dan segera menuju kasurnya. Ia hanya diam, diam dalam rasa sakit dan bertanya-tanya.

"Semua ini gara-gara dia!" lirih Ayara sembari menatap langit kosong dari jendela.

"Ay, bukak pintunya Ay, Ayah mau bicara." Ujar Pak Andi sembari mengetuk kamar Ayara.

"Ay.." sapa Pak Andi lagi.

Ayara hanya diam, tak menyaut. Menatap kosong hingga tanpa sadar, air matanya mengalir. Seketika ia menenggelamkan wajahnya dalam dekapan lutut. Menundukkan kepala dan menikmati luka.

MAYARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang