"Misi.... Aya..." lirih Revan mengetuk pintu.
Krekk...
Perlu tiga detik saja untuk melihat wajah gadis itu.
"Ngapain lo ke sini?" celetuk Ayara sembari masuk ke dalam.
"Nemenin lo, kan malming." Canda Revan sembari menarok martabak.
"Sa ae lu, lontong sayur." Ujar Mayara tertawa geli.
"Apa? keliatan banget lo ga pernah malmingan!" ketus Revan.
"Ih, emang lo pernah?" sindir Ayara.
"Kaga juga," ujar Revan sembari memberikan satu potong martabak ke tangan Ayara.
Ayara mengambil martabak itu dan langsung memakannya.
"First,..." lirih Revan menatap Ayara.
"Hmm? apa?" tanya Ayara bingung.
"Makan." Ujar Revan canggung.
Ayara kemudian melahap martabak itu tanpa basa basi. Sesekali ia menyuapi Revan dan bergurau.
"Lo kesepian ga di sini?" tanya Revan.
"Udah biasa." Jawab Ayara sembari minum.
"Btw, gua ada kabar baik." Ujar Revan.
"Emmm?" jawab Ayara sembari terus minum.
"Bokap lo udah balik ke Singapura." Tutur Revan yang membuat Ayara batuk.
"UHHUKKK..." Ujar Ayara sembari meletakkan gelasnya.
"Pelan..pelann.." lirih Revan mengambil gelas itu.
"Kapan?" tanya Ayara sembari menatap lurus.
"Tadi sore," jawab Revan.
"Tapi, lo balik ke rumahnya bisa kapan pun lo mau kok, soalnya gua udah bayar sewa apartemen ini 3 bulan, itupun bisa diperpanjang lagi." Jelas Revan.
"Lo ngusir atau nyariin gua tumpangan sih? GILA 3 BULAN." Celetuk Ayara memaksakan tertawa.
"Emang lo ga betah di sini?" tanya Revan.
"Betah, cuman ga ada rokok." Celetuk Ayara yang membuat Revan langsung mengacak rambutnya.
"Bagus, biar lo berhenti." Ujar Revan lagi.
"Ihh, Van jangan suka acakin rambut gua!" bentak Ayara pelan.
"Maaf, abisnya rambut lo bagus." Jawab Revan sembari berjalan menuju balkon.
"Bisa ajaaa, buaya." Sorak Ayara.
Mayara yang melihat itu mengikuti langkah Revan.
"Lo kenapa? ada masalah?" tanya Ayara meletakkan tangannya ke sandaran balkon.
"Nggak." Ujar Revan yang padahal ia benarkan.
Revan sedang memikirkan masalah yang Gara hadapi, ia tidak mungkin juga menceritakan itu semua ke Ayara. Ayara pasti akan melarang keras dan itu malah akan membahayakan dirinya sendiri.
"Udahlah, ga usah bohong." Jawab Ayara merayu.
"Bener." Jawab Revan meyakinkan.
Ayara hanya menarik nafas dalam, ia mengiyakan saja padahal ia merasakan kalau Revan sedang tidak baik-baik saja.
"Besok lo mau pulang ke rumah dulu?" tanya Revan.
"Mmm, boleh deh kayaknya, buat ambil beberapa keperluan gua, tapi kayaknya sore aja deh." Ujar Ayara.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAYARA (TAMAT)
Teen FictionSemua dimulai sejak kejadian lima tahun lalu. Ibunda Mayara Zauni yang terkena kanker diselingkuhi oleh Ayahnya yang bernama Andi. Perselingkuhan itu, membuat Ayara harus berjuang sendirian demi kesembuhan Ibunya. Waktu membawa Ayara ke suatu titik...