"Entah sejak kapan perasaan ini mulai beranjak dari tempatnya, yang jelas, saat ini AKU SUKA."
-Mayara.***
"Karena gua ga suka sunyi, gua benci banget sepi," tambah Ayara lagi.
"Gua pikir atap adalah tempat gelap yang bisa membawa pergi kesepian mendalam." Lirih Ayara.
"Hingga akhirnya,...." tambah Ayara lagi menatap Revan yang duduk di sebelahnya.
"Ibu meninggal." Lirih Ayara singkat.
Mendengar itu, Revan seketika tertegun.
"Lo ga perlu ceritain semua nya kok kalau itu cuman buat lo sedih." Ujar Revan dingin.
"Gapapa Van, gua juga baru ini cerita tentang ibu ke orang lain." Ujar Ayara.
"Bagus." Lirih Revan singkat.
"Kenapa?" tanya Ayara bingung.
"Bagus karena lo bisa nyimpen sedih lo sendiri tanpa orang lain tau," ujar Revan.
"Sulit emang, tapi pesen terakhir ibu adalah alasan gua untuk bertahan." Lirih Ayara.
"Pesan apa?" tanya Revan lagi.
"Sebelum kepergian Ibu, Ibu bilang kalau apapun yang terjadi gua harus tetap bertahan hidup," ujar Ayara.
"Karena gua adalah putri kecil Ibu yang kuat." Lirih Ayara sembari meneteskan air mata.
Menyadari air matanya menetes, Ayara segera menyeka air matanya sebelum Revan sadar. Namun, nihil.
"Its okay, kalo lo mau nangis." Ujar Revan menatap Ayara.
Ayara seketika menatap Revan, sorot mata gadis itu sudah mewakili setiap beban yang ingin ia luapkan. Revan yang melihat sorot mata itu, seketika memeluk Ayara. Tangannya terlingkar dan mulai mengusap punggung gadis itu untuk menenangkan bahwa keadaan akan baik-baik saja.
"Percaya sama gua, selagi gua ada, apapun hal yang buat lo sedih, kita hadepin bareng-bareng," ujar Revan yang membuat tangis Ayara memuncak.
"Gua capek Van," lirih Ayara dalam isakan.
"Its okay, mulai sekarang kita capek bareng-bareng." Tambah Revan sembari terus memeluk Ayara.
Ayara meluapkan semua tangisnya yang bertahun-tahun tidak pernah ia curahkan kepada manusia lain. Serapuh itu, hati yang sudah lama digerogoti rasa yang sudah mati.
----
"Mulai sekarang, lo ga usah ngerasa sendiri, gua ada buat lo." Ujar Revan menatap mata sembab Ayara."Van," lirih Ayara sembari menatap Revan sendu.
"Lo jangan bilang ke yang lain ya soal hari ini," ujar Ayara.
"Percaya sama gua." Lirih Revan meyakinkan.
"Sorry ya Van, baju lo jadi basah." Ujar Ayara menatap bahu Revan.
"Gapapa, asal lo ga sedih lagi." Ujar Revan singkat.
"Yaudah, gua banyak baju ukuran XL kok." Ujar Ayara berlari menuruni tangga.
----
"Nih, ganti." Ujar Ayara menyerahkan kaos oblong berwarna hitam.Revan mengambil kaos itu dan menuju kamar mandi. Ia kemudian menukar bajunya dan keluar membawa baju yang sedikit basah tadi.
"Tarok di sini aja, biar dicuci bibi nanti." Jelas Ayara sembari duduk di kursi rias.
"Ngomong-ngomong kaos lo gede juga ya," celetuk Revan.
"Gua suka nya yang oversize," ujar Ayara.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAYARA (TAMAT)
Teen FictionSemua dimulai sejak kejadian lima tahun lalu. Ibunda Mayara Zauni yang terkena kanker diselingkuhi oleh Ayahnya yang bernama Andi. Perselingkuhan itu, membuat Ayara harus berjuang sendirian demi kesembuhan Ibunya. Waktu membawa Ayara ke suatu titik...