37

325 26 12
                                    

PLAKKK.....

Ayara terkejut dengan tamparan itu. Tangan Ayahnya sukses meninggalkan bekas merah di pipi Ayara. Dengan mengangkat kepalanya, Ayara tersenyum tipis dan mulai membenahi rambutnya.

"Kenapa kamu senyum?" tanya Pak Andi yang sudah marah besar itu.

"MAS!!" ujar Meta mendekat ke arah mereka berdua.

"Apa? kamu mau mukul aku juga?" ujar Ayara sinis kepada Meta.

"Yang sopan ya kamu!!!" bentak Pak Andi lagi.

"Belain terus tuh, istri Ayah." Lirih Ayara sembari menatap tajam Meta.

PLAKK...

"Huh...." ujar Ayara dengan mata berkaca.

"Ayah mau tampar aku lagi?" tanya Ayara sembari mengambil tangan Ayahnya.

Pak Andi yang dalam keadaan emosi itu mengepal tangannya.

PLAAKKK.....

"Udah Mas, udah!" ketus Meta menahan suaminya itu.

"Gausah belain gua lo!" ujar Ayara yang membuat Pak Andi semakin geram.

Pak Andi tengah bersiap dengan tangannya yang hendak ia layangkan. Butuh beberapa detik saja.

PLAKKK...

Tidak ada rasa sakit di pipi Ayara. Ia kemudian menatap dalam kepada pria yang tengah memeluknya itu.

"Re..." ujar Ayara terbata.

"KAMU NGAPAIN!!!" tanya Pak Andi semakin emosi.

"STOPP, STOPP pukulin Aya, Om!!" ketus Revan memeluk Ayara itu.

"AWAS KAMU!!" ujar Pak Andi lagi.

Emosi yang sudah di puncak itu membuat Andi menghempaskan rasa marahnya ke barang-barang sekitar.

"AARRRGGGGHHH!!!!!!!!!!" sorak Pak Andi usai menghancurkan meja makan itu.

"Ga usah ikut campur kamu!" bentak Pak Andi.

"Kalo om terus pukuk Aya, saya laporin ke polisi." Ujar Revan melepas pelukannya.

"KAMU PIKIR SAYA TAKUT." Ketus Pak Andi.

Tangan Andi sekarang merogoh Vas bunga yang ada di sampingnya. Ia kemudian melayangkan Vas itu ke Ayara.

Bruggg....

Bercak darah merah segar sukses membaaahi seragam sekolah Revan. Pak Andi seketika melihat tangannya yang kosong dengan syok.

"Van, Revan?" tanya Ayara sembari menyentuh lengan Revan.

"Gua gapapa." Ujar Revan singkat.

"CUKUPPP!!!!!" sorak Ayara menatap taham Andi.

"MAS, UDAH!" ujar Meta lagi.

Mendengar tangisan Meta, Pak Andi kemudian meluluhkan hatinya untuk tidak main tangan.

"Siapa yang ngajarin kamu ngerokok!!?" tanya Pak Andi sinis.

"Ayah hidup 43 tahun ga pernah nyicip rokok, kamu...." ujar Pak Andi sinis.

"Apa untungnya rokok bagi kamu?!!" tanya Pak Andi sembari menunjuk Ayara.

"Relax? Seberat apa sih masalah kamu sampe pengen relax segala!!" bentak Pak Andi.

"CUKUP!!" bentak Ayara mengangkat kepalanya.

"Cukup Ayah nyalahin aku atas semua kesalahan yang udah Ayah mulai!" jelas Ayara.

"Ayah ga pernah tau sedalem apa aku nyimpen luka!!" sorak Ayara dengan mata berkaca.

MAYARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang