Pagi ini Ayara bangun dan berbenah seperti biasa. Berangkat ke sekolah tanpa pamit, berlalu seperti angin. Tak sedikitpun kata terucap untuk menyaut pertanyaan Ayahnya.
Motornya menguasai jalanan dengan iringan bising knalpot orang lain. Selang beberapa menit, ia tiba di dekat sekolah, tepatnya di basecamp seperti biasa.
Ayara turun dari motornya dan segera masuk ke kedai itu. Ia menyapa pemilik warung dan duduk. Seperti biasa, ada banyak pria badboy di sini.
Ayara menghidupkan koreknya dan mulai membakar rokok, menikmati setiap asap itu dengan pandangan kosong ke depan.
"Ay, mintak api rokok lo dikit." Ujar Agi salah satu badboy kelas kakap di sini.
Ayara memberikan api rokoknya dan mulai menikmati hisapan itu sampai habis.
Tenggg....tengggg.....
Ayara bergegas keluar kedai dan segera menaiki motornya. Ia menuju gerbang yang alhamdulillah belom tutup. Ayara menuju parkiran dan langsung memarkirkan motornya.
Baru akan melangkah ke kelas, Ayara dikejutkan dengan seseorang yang datang dari arah belakang. Seseorang yang dengan sengaja mencium aroma seragam Ayara.
"Pake nih." Ujar Revan yang membuat Ayara terkejut.
"Kaget gua." Ucap Ayara terkejut sembari mengelus dadanya.
Ayara mengambil parfum pemberian Revan tanpa basa basi.
"Yuk." Ajak Revan setelah memastikan bau itu hilang.
Revan dan Ayara berjalan menuju kelas, masuk dan segera duduk di kursi masing-masing.
Dari pintu, sudah terlihat Gara dan Malik sedang asik membahas masalah push rank."Hey." Sapa Revan sembari tos dengan dua sahabatnya itu.
Sementara Ayara, diam dan langsung duduk.
"Ay?" sapa Malik menyodorkan tangannya ke arah Ayara yang tak di gubris sekali pun.
"Ih, sombong banget sih mbak cantik." Celetuk Malik dengan raut andalannya.
"Lo cocok jadi artis deh Lik." Celetuk Revan dengan terkekeh.
"Artis apa?" tanya Malik penasaran.
"Artis panas, hahahaha." Jawab Revan dengan tertawa geli.
"Apa?!" Sorak Malik dengan keras yang tidak mengetahui bahwa guru telah masuk itu.
"Ada apa ini, Malik?" tanya Bu Susan dengan raut kesal.
"Ibuk cantik bat." ujar Malik dengan senyuman andalan.
"Sekali lagi kamu ngomong gitu, saya usir." Ujar Bu Susan sinis.
Malik hanya diam dan tersenyum, ia kembali ke kursinya dan mulai mengeluarkan buku.
"Ada juga orang yang ga mau di puji." Bisik Malik ke Gara yang merupakan partner duduknya.
"Kaya nya semua orang ga ada yang mau di puji, kalo yang muji itu elo deh." Balas Gara sembari terus mencatat pelajaran yang ditulis Bu Susan di papan.
Malik yang takut di tegur lagi hanya diam, menelan ucapan kejam Gara itu dalam diam. Anjayani, alay bat.
-----
Tengg... Tengggg...
"Skuyy, ngantinnnnn." Sorak Malik sembari merangkul Ayara yang tengah memasukkan buku ke dalam tas nya.
Mereka ber-empat berjalan ke kantin, duduk di kursi paling sudut dan memesan makanan serta minum.
Lama sudah berinteraksi, kini di depan mereka masing-masing sudah ada nasi goreng, bakso dan sate.
"Enak parah, mau meninggal." Celetuk Malik dengan ekspresi ga nahan.
Sementara, tiga temennya lain hanya menggeleng.
"Ya Allah, ada ga ya cewek yang mau sama Malik." Lirih Revan dengan nada pasrah.
Malik seketika menyorot Revan tajam.
"Jangan asal ngomong lo, Aya nih, kalo ga gua tolak udah jadi pacar gua nih sekarang." Ujar Malik ngasal.
Ayara langsung memasukkan sendok bakso yang sedang ia pegang itu ke mulut Malik.
"Hahahhaha." Ujar Gara dan Revan tertawa geli.
Saat sedang sibuk dengan tawanya, Malik yang tengah menggerutu itu kembali menyantap makanannya.
"Misi." Sapa salah seorang wanita manis yang lugu.
Ketiga mata pria itu sontak menatap ke arah gadis manis itu. Namun, berbeda dengan Ayara yang masih fokus dengan baksonya.
"Wah, ada bidadari, ngapain?" tanya Malik ngasal.
"Aku mau ngomong sama kak Revan bentar boleh?" tanya gadis itu kepada Revan yang sedang asik memakan makanan Ayara.
"Yah, sama aku aja." Celetuk Malik.
Revan yang memang coolboy itu hanya diam, ia hanya melihat sekilas dan tak mengubris sedikit pun. Revan hanya mau berinteraksi sebagai dirinya sendiri di depan tiga sahabatnya.
"Van, itu temuin bentar kek." Ujar Gara dengan nada mengode.
"Gua lagi sibuk." Sahut Revan dingin dan terus meminta makanan Ayara.
Nampak sorot mata sedih dari gadis bernama Melati itu, Anak kelas 11 IPA 1 yang merupakan murid cantik di sini.
"Van." Sapa Gara lagi.
"Gapapa kak, nanti aja deh." Ujar Melati sembari melangkah pergi.
"Eh, Mel tunggu dulu." Sorak Malik yang tak dihiraukan oleh Melati.
"Yah, Revan. Gua kalo jadi lo udah gua sikat. Sayang aja ni tampang ga nge dukung." Celetuk Malik sembari melanjutkan makan nya.
"Sikat dulu tuh muka lo biar bersih!" ketus Revan dengan sorot mata tajam.
"Jangan gitu mas." Ujar Malik dengan manja.
Lagi dan lagi, Ayara, Revan dan Gara hanya bisa geleng kepala dengan kelakuan unik bin ajaib sahabatnya yang satu ini.
Tenggg....tenggg....
Obrolan singkat mereka pun harus berakhir saat menggemanya suara bel. Mereka membayar semua yang telah mereka lahap dan berlalu ke kelas. Mereka berjalan di lorong sambil bergurau.
"Itu bukan Lik, pacar lo yang kemarin?" tanya Gara dengan nada terkejut, sembari menunjuk seseorang.
Malik seketika langsung memukul Gara.
"Ga lucu!" bentak Malik menoyor Gara.
"Iya, bener tuh." Ujar Revan menambahkan sembari melirik seorang ibu-ibu dengan dandanan ulala yang sepertinya adalah salah satu karyawan kantin di sini.
Malik hanya diam tak bersuara, meninggalkan kerumunan sahabatnya dan menuju kelas duluan.
Sementara, Revan dan Gara nampak puas akan kekompakannya dalam hal bercanda. Revan merangkul Ayara dan berjalan menuju kelas bersama.
------
Say hello:) Part 4 nya gimana?
Jangan lupa vote ya, karena setiap vote adalah semangat bagi penulis:)Tetap support dan mampir ke ig @bella.fadia
Share dan follow juga, makasi gess:*
KAMU SEDANG MEMBACA
MAYARA (TAMAT)
Fiksi RemajaSemua dimulai sejak kejadian lima tahun lalu. Ibunda Mayara Zauni yang terkena kanker diselingkuhi oleh Ayahnya yang bernama Andi. Perselingkuhan itu, membuat Ayara harus berjuang sendirian demi kesembuhan Ibunya. Waktu membawa Ayara ke suatu titik...