38

331 22 0
                                    

"Gua mau lo jadi pacar gua." Ujar Revan yang membuat Ayara bungkam.

Mata coklat Revan membuat Ayara terpaku. Apa benar yang baru saja Revan katakan? Dia menyatakan cintanya?Sumpah demi apa?

"Ayy?" ujar Revan melambaikan tangannya di depan Ayara.

"Hellow? AYAA!!" ketus Revan membuyarkan lamunan Ayara.

"Hah? iya?" jawab Ayara gelagapan.

"Kok jadi bengong sih!?" tanya Revan sembari men-start mobilnya.

Apa yang baru saja terjadi? Ayara melamun? Xixi, kirain di tembak beneran. Ternyata palsu.

"HAH?" jawab Ayara kikuk.

"Kenapa emang kalo gua ga punya pacar?" tanya Revan lagi.

"Maksud lo?" tanya Ayara.

"Lah, kan tadi lo bilang nanti gua ga punya-punya pacar. Makanya gua tanya balik." Jelas Revan sembari terus mengendarai mobilnya.

Seketika Ayara teringat akan kejadian sebelum ini, ia memanv bertanya kepada Revan tentang itu.

"Ee, iya gapapa juga sih." Ujar Ayara sembari menyandarkan kepalanya.

Revan hanya menggeleng, ia terus mengendarai mobilnya ke suatu tempat.

"Tiduran dulu, ntar kalo udah sampe gua bangunin." Ujar Revan menoleh ke Ayara.

"Hmm, iya." Lirih Ayara memejamkan matanya.

___
Mobil yang Revan kendarai kini telah terparkir di sebuah baseman apartemen mewah. Revan keluar dari mobilnya dan berdiri tepat di kaca jendela Ayara.

Revan mengetuk kaca jendela itu dan mendekatkan wajahnya.

"Hey, ga pengen turun?" sorak Revan membangunkan Ayara.

Ayara membuka matanya dan mulai memperhatikan sekeliling.

"Baseman? dimana nih?" ujar Ayara sembari membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil.

Revan yang tengah berjalan lebih dulu itu membuat Ayara harus mengejarnya.

"Vann!!! REVANN!!!?" panggil Ayara sembari berlarian.

"Buruan," ujar Revan menuju meja Resepsionisnya.

"Ada yang bisa dibantu Dek?" tanya mbak itu.

Revan yang tengah berdiri itu menatap sosok Ayara yang baru saja tiba. Nafasnya terengah.

"Saya mau cari kamar buat dia," ujar Revan sembari menggenggam tangan Ayara.

"Mau yang seperti apa? Kami ada beberapa pilihan di sini." Jelas pelayan itu menunjukkan beberapa fasilitas dan model.

"Saya mau kamar yang ada paling gede, full fasilitas dan yang terpenting," jelas Revan.

Ayara yang ingin melepaskan tangannya itu sekarang terpaku akan sikap Revan.

"Tenang, saya ingin kamar yang tidak bisa di ganggu siapapun." Ujar Revan lagi.

"Baik, silahkan menuju kamar 276. Disana sudah ada staff kami yang menunggu, ini kartu tanda pemiliknya." Ujarnya.

"Biayanya bisa di urus nanti setelah melihat kamarnya. Jika sudah fix, baru Adeknya bayar." Jelasnya lagi.

"Baik, terima kasih." Ujar Revan sembari berjalan bersama Ayara menuju lift.

Mereka berjalan dan masuk ke lift untuk menuju lantai 3. Hanya ada mereka berdua di lift itu.

"Van?" sapa Ayara sembari menoleh ke Revan.

MAYARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang