21

414 31 2
                                    

"Sebenarnya kamu di bumi untuk apa? untuk sekedar melindungi aku dari bahaya?Jika iya, berarti sekarang aku punya alasan untuk bisa hidup lebih lama."
-Mayara.

******

"Nih, minum dulu." Ujar Revan sembari menyodorkan segelas teh hangat ke tangan Ayara.

Ayara meminum teh itu dan meletakkannya di meja.

"Makasi ya, Van." Ujar Ayara sembari menatap Revan dalam.

"Santai aja, habisin tuh." Ujar Revan yang dibalas anggukan oleh Ayara.

"Gua mau ke kamar bentar ya." Ujar Revan sembari berjalan menaiki anak tangga.

"Eh, Van." Ujar Ayara yang membuat langkah kaki Revan terhenti.

"Iya?" tanya Revan sembari menoleh ke belakang.

"Mm, gu..." Ujar Ayara hendak menjelaskan.

"Gua ga perlu penjelasan panjang lebar buat percaya sama lo, habisin tuh tehnya." Ujar Revan sembari melanjutkan perjalanan menuju lantai atas.

Ayara hanya bisa menarik nafas panjang dan mulai meminum teh nya kembali.

"Andai gua tadi ga pergi bareng Alex.. paa,.." Ujar Ayara pada dirinya sendiri.

"Ga ada yang perlu disesalin Ay." Ujar Revan sembari duduk di samping Ayara.

"Eh,.." Ujar Ayara terbata.

"Nih, pake, biar ga dingin." Ujar Revan sembari memasangkan selimut kecil ke tubuh Ayara.

Posisi mereka yang semakin dekat, membuat Ayara dapat merasakan hembusan nafas Revan yang dingin. Entah kenapa, degup jantungnya semakin cepat, namun ia sungkan untuk mengakhiri keadaan ini.

"Ehmm, makasi." Lirih Ayara sembari membenarkan selimutnya.

"Seharusnya lo bersyukur udah pergi bareng Alex," ujar Revan.

"Hah, kenapa?" tanya Ayara.

"Dengan kejadian hari ini lo bisa tau seberapa jahatnya dia." Jelas Revan sembari memalingkan wajah.

Hening berlalu beberapa menit, Ayara mencoba mencerna setiap perkataan Revan. Keheningan itu kini menyisakan tatapan kosong dua insan berbeda. Membuat rintik hujan di luar semakin jelas terdengar.

Revan yang berada di sebelah Ayara kemudian lebih mendekat ke arah Ayara. Mencoba merentangkan tangan dengan posisi seperti hendak memeluk. Hal ini membuat Ayara semakin cemas.

"Lo mau ngapain sih?" tanya Ayara sinis.

"Nih, Remote tv nya kan di sebelah elo!" ketus Revan menarik tangannya beserta remot yang sudah ia ambil.

Melihat kejadian ini, Ayara seketika malu.

"Gila, bisa-bisa nya lo Ay, mikir gitu." Ujar Ayara pelan.

"Mikir kotor lo ya?" goda Revan sembari menukar siaran tv.

"Enggak." Ujar Ayara dengan raut kaku.

Seketika Revan mendekatkan wajahnya ke Ayara dan berbisik.

"Emang lo mau?" tanya Revan menggoda.

"ISHH! APAAN SIH." Bentak Ayara sembari memukul Revan dengan bantal.

"Gua bandel-bandel gini ga cabul juga kali!" ketus Revan sembari mematikan tv karena kilat dari luar terus terlihat.

"Yah, bandel? emang ada anak bandel yang masuk olimpiade kimia?" tanya Ayara menyindir.

MAYARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang