Ayara berjalan menuju mobilnya. Ia pamit ke Revan dan segera pulang.
"Mau gua anter?"
"Ga usah," Ayara masuk ke mobil.
"Hati-hati ya,"
"Semoga bokap lo baik-baik aja!" Revan berdiri menatap kepergian Ayara dari pintu rumahnya.
Klakson mobil Ayara menjadi salam sampai jumpa yang ia tinggalkan untuk Revan.
Ia mengendarai mobil dengan risau. Sesekali ia menggigit jarinya.
"Papa kamu kena serangan jantung,"
"Hari ini, kami mau ke Indonesia."
"Sekarang lagi di Bandara."
Ayara tidak menangis, namun rasa cemas lima tahun lalu seolah menghantuinya.
"Mama janji akan sehat demi kamu,"
Bayangan percakapan lima tahun lalu seolah terputar kembali.
"Papa ga mau berobat di sini lagi, dia mau ke Indonesia aja,"
"Kamu nanti langsung ke RS ya,"
Ayara mempercepat lajunya.
"Mama ga mau kamu sendiri, Mama pasti sembuh."
Bayangan itu seolah menghantui Ayara saat kabar Ayahnya sakit mulai ia terima.
"ARRRGGHHHH!!!!" Ayara menepi dan memukul stir itu.
"AARRRGGHHH!!!"
"ANJ*GG!!!"
"KENAPA HARUS KELUARGA GUA?!!!"
Ia membiarkan kepalanya terbentur dengan stir itu. Cuaca yang baru cerah tak sedikitpun membuat Ayara lebih baik. Ia merogoh vape yang ada di dashbord, lalu menghisapnya perlahan.
Sesekali ia memejamkan mata, lalu kembali menghisap vape itu.
___
Meta nampak mengiringi suaminya. Ia menangis dan mencoba menguatkan Andi."Mas, bangun, kamu pasti kuat." Meta tersedu.
"Dok, tolong suami saya,"
Dokter segera mengecek Andi dan Meta menunggu di luar. Harap cemas, Meta beberapa kali menelfon Mayara.
Selang beberapa menit, Mayara yang baru saja sampai langsung menuju IGD yang pintunya ditutup itu.
"AYAHH!!!" Ayara melihat dari kaca IGD.
Meta menarik Ayara dan mengajaknya duduk. Ayara yang memang tidak suka Meta itu hanya diam. Tanpa menatap matanya, Ayara mendengarkan ucapan wanita itu.
"Setelah kepergian kedua kami untuk mengurus peresmian perusahaan itu, Papa kamu kena serangan jantung."
"Kami berobat ulang terus ke salah satu RS terbaik di sana,"
"Kamu jangan salah paham dulu,"
"Ayah kamu selalu nolak ngasih tahu ke kamu, karena ga mau nambah pikiran kamu."
"Sampai akhirnya,"
"Kemarin malem, Papa kamu masuk IGD lagi,"
"Dan dia, minta pulang ke Indonesia untuk di rawat sama dokter pribadinya aja."
"Dokter itu ada di RS ini,"
Ayara terdiam tanpa kata. Apakah ini pembohongan? Apa sebenarnya yang baru saja ia dengar? Rasa kesal dan bayangan kejadian lima tahun lalu membuat emosinya memuncak.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAYARA (TAMAT)
Teen FictionSemua dimulai sejak kejadian lima tahun lalu. Ibunda Mayara Zauni yang terkena kanker diselingkuhi oleh Ayahnya yang bernama Andi. Perselingkuhan itu, membuat Ayara harus berjuang sendirian demi kesembuhan Ibunya. Waktu membawa Ayara ke suatu titik...