24

368 27 0
                                    

"Jadi, gara-gara foto itu lo berantem sama Alex?" tanya Gara menatap Revan.

Revan hanya mengangguk dengan terus menyedot es teh di tangannya.

"Nih, buk bos." Ujar Malik menyerahkan es teh ke Ayara.

"Makasi ya." Ujar Ayara sembari meminum es teh nya.

"Lo gapapa Ay?" tanya Gara menatap Ayara.

"Harusnya lo nanya itu ke Revan, orang dia yang berantem, bukan gua." Ujar Ayara menyeleneh.

"Lo gapapa Van?" tanya Malik melihat ke arah Revan.

Revan hanya diam dan terus meminum es teh nya.

"Lain kali, kalian harus ceritain masalah apapun ke kita." Ujar Gara menatap Malik.

"Mulai kapan sih kita nyelesaiin masalah masing-masing?" sindir Gara tanpa rasa bersalah.

"VAN!" bentak Malik ke arah Revan yang sibuk dengan es teh nya.

"Udahlah Ga, masalahnya juga udah selesai." Ujar Revan membuang es teh nya.

"Iya, kan kita ini keluarga." Tambah Gara lagi.

"Keluarga mana yang saat keluarga nya berantem malah ga tau penyebab berantemnya apa?" sindir Revan lagi.

"Maksud lo Van?" tanya Gara kikuk.

"Bukan gua yang ga ngasih tau masalah kita ke lo Ga, tapi lo nya aja yang emang gamau tau masalah kita!" ketus Revan menatap Gara sinis.

Seketika Gara tertohok akan pernyataan Revan. Malik yang menyadari keadaan genting itu segera mengalih topik.

"Eh, btw minggu depannya lagi lo jadi olimpiade kan Van?" tanya Malik canggung.

"Pokoknya kita harus ikut." Ujar Ayara dengan cepat.

"Doain aja gua bisa dapet cewe cantik di situ." Celoteh Malik sembari berkayal.

Plakk...

"NGAYAL TEROOOSS!!!!" umpat Ayara setelah memukul lembut Malik.

"Ih, sirik aja lo Ay." Balas Malik menohok.

"Yaudahlah, gua pengen balik dulu nih." Ujar Ayara sembari berdiri menuju motor.

"Gas lah, pamit ya." Ujar Revan mengulurkan tangannya ke Gara dan Malik.

Nampak raut bingung dari wajah Gara, namun persahabatan mereka yang sudah lama tidak akan hilang dengan selisih paham segede kuku. Gara mulai menaiki motornya, begitupun Revan dan Ayara. Mereka pulang ke rumah masing-masing termasuk Malik.

-----
Ayara memarkirkan motornya tepat di pekarangan rumah. Ia turun dari motor dan segera menuju pintu. Perlahan ia membuka pintu itu dan segera menuju ke lantai atas.

Baru saja berjalan beberapa langkah, Ayara langsung disuguhi dengan sapaan Pak Andi.

"Mayara?" sapa Pak Andi yang tengah duduk di kursi tamu.

Tanpa berfikir panjang, Ayara melanjutkan perjalanannya menuju kamar. Ia tak mau bicara sedikitpun perihal apapun dengan orang di rumah ini.

"Aya?!" sorak Pak Andi sembari berdiri dari kursi itu.

Lagi-lagi, Pak Andi hanya bisa diam geleng kepala melihat tingkah putri semata wayangnya itu.

"Sedalem itu ya Ay? Pisau kematian Ibu nusuk kamu?" ujar Pak Andi sembari menahan sedih di hatinya.

------
Tokk.....tookk....tookkkk...

"Non, ini makanannya." Ujar Bi Surti, ART Ayara yang baru saja balik dari cutinya.

MAYARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang