36

305 29 0
                                    

Penerbangan menuju Jakarta telah dilalui pak Andi bersama Meta istrinya. Kini mereka tengah melanjutkan perjalanan menggunakan mobil jemputan.

"Sebenarnya ada masalah apa sih, Mas?" tanya Meta penasaran.

"Nanti kita juga sama-sama tau." Jawab pak Andi sembari melihat keluar jendela.

"Kita mau langsung ke rumah atau makan dulu pak?" tanya sopir itu.

"Ke sekolah Mayara sekarang juga." Ujar pak Andi.

Nampak suasana tegang di dalam mobil itu. Pak Andi kini tengah menerka-nerka dalam benaknya masalah apa yang sedang dilakukan putrinya itu.

***

Hari ini jam sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB. Dari sudut jendela, nampak muka malas Malik dalam menyimak pelajaran.

"Kapan bunyi nya sih lonceng!" ketus Malik memegang perutnya.

"Sabar napa!" bentak Gara terus menulis apa yang ada di papan.

"Vann!!! Revann!" ujar Malik memukul pundak Revan dengan pulpen.

"Hm." ujar Revan yang tengah fokus menyalin tugas itu.

"Ih, heran bat gua sama lu pada! pada seneng banget dikasih tugas!" ujar Malik ngasal.

"Lu nya aja yang PEMALAS!!!" sorak Gara tepat di telinga Malik.

"Ih, telinga aku sakit." Ujar Malik.

"Lo ga bisa diem ya?" ujar Revan menoleh ke belakang.

"Huhh, coba ada Aya, dia pasti udah belain gua mati-matian." Ujar Malik menenggelamkan kepalanya.

"Pen muntah gua asli!" ketus Revan kembali melanjutkan tugasnya.

Selang beberapa menit, Revan dan Gara selesai dengan apa yang ia tulis. Bersamaan dengan itu, lonceng pun berbunyi.

Tengg...tengg...

"Akhirnya, yuk gas." Sorak Malik berlari keluar pintu.

Gara dan Revan hanya bisa menggeleng akan kelakuan sahabat mereka itu. Mereka berjalan menuju kantin, namun dalam candaan di perjalanan, mereka melihat Ayah Ayara tengah menuju ke arah kantor.

"Om Andi bukan sih?" tanya Revan menunjuk ke arah orang tua Ayara.

"Iya, sama Tante Meta lagi." Ujar Gara.

"Wah, berarti Ayahnya Aya udah pulang ke Indo dong." Sahut Malik sembari menatap ke depan.

"Iya, ngurus masalah kemarin deh kayaknya." Tambah Gara lagi.

"Yaudah, yuk ngantin." Ujar Malik yang sudah lapar itu.

Dengan rasa penasarannya, mata Revan dibuat seolah terpaku pada sosok orang tua Mayara itu. Namun, urusan perut mengharuskannya untuk mengikuti langkah Malik dan Gara menuju kantin.

---
Langkah kaki mereka berakhir di meja pojok seperti biasa. Malik sebagai pemesan makanan menuju gerobak bakso untuk memesan. Rutinitas mereka membuat Malik paham apa yang harus ia pesan untuk sahabatnya itu.

"Nih, bakso." Ujar Malik menyerahkan bakso itu ke Revan.

"Thanks." Ujar Revan datar.

"Nih, Ga." Ujar Malik kepada Gara sembari mengambil kecap.

Malik yang sudah lapar langsung melahap makanan itu dengan cepat. Begitupun Gara.

"Eh, gua kok jadi kepikiran ya, kok Aya ga ikut ke sekolah ya bareng bonyok nya?" tanya Revan.

MAYARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang