"Sahabat adalah salah satu harta berharga kedua setelah keluarga."
-Be, Gara.
*
*
*Tepat di jum'at pagi, Ayara berangkat sekolah seperti biasa, turun tangga dan mulai menuju pintu untuk mengambil kendaraan yang biasa ia bawa. Baru saja hendak membuka pintu, langkahnya dihentikan oleh Bi Surti.
"Non, maaf bibi mau ngomong sesuatu." Ujar Bi Surti hati-hati.
"Nanti aja bi, aku buru-buru." Ujar Ayara berlalu menutup pintu.
Bi Surti hanya bisa ternganga di posisinya yang sekarang.
"Kalo ibuk masih ada, pasti putri sematawayangnya ga akan kayak gini." Lirih Bi Surti sembari menatap pintu yang tertutup.
---
Ayara memasuki garasi tanpa melihat keadaan sekitar, ia mengeluarkan motor dan segera berangkat ke sekolah. Helm selaras dengan scoopy putih itu menemani perjalanan Ayara menuju sekolah.Sepanjang jalan, Ayara menatap sekitar dengan datar. Matanya dibuat fokus melihat jalanan. Sesekali ia menyalip kendaraan untuk mempercepat perjalanannya.
Kefokusan Ayara ternyata tidak berlangsung lama. Sesaat ia merasakan sesuatu yang tidak aman terjadi pada motornya.
"Eh," rintih Ayara yang merasakan oleng pada motornya.
Ayara tetap meneruskan perjalanan sampai pada akhirnya ia merasa hal yang tidak beres benar-benar terjadi pada motornya.
Ayara berhenti sejenak untuk melihat apa yang terjadi. Ia turun dan mengecek ban yang ternyata sudah kempes.
"Yah, bocor." Ujarnya pelan sembari melirik sekitar berusaha mencari tambal ban.
Sinar matahari pagi yang belum begitu menyengat membuat Ayara tahan berdiri di pinggir jalan untuk menunggu pertolongan. Perlahan ia mengecek jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 6.45 WIB.
"Minta tolong sama siapa coba?" tanya Ayara pada dirinya sendiri.
Ayara yang tidak mendapatkan pertolongan itu kemudian memutuskan untuk mendorong motornya. Selang beberapa menit, ia melihat di ujung sana ada tambal ban.
Jiwa semangatnya pun bangkit. Ia bergegas menuju tambal ban itu karena jarak sekolah dan tempat yang ia jajahi sekarang masih sekitar 10 menit lagi.
"Ah, akhirnya." Ujar Ayara setelah sampai pada tambal ban itu.
"Kenapa neng?" tanya tukang tambal itu sembari menyentuh motor Ayara.
"Kayaknya bocor bg," ujar Ayara sembari melepas helmnya.
"Bentar saya cek dulu ya," ujar tukang itu sembari meraba ban motor.
Ayara mengangguk sembari meletakkan helmnya pada kursi yang disediakan.
"Yah, minta ditambel ini neng." Ujar tukang itu sembari mulai melepas ban motor.
"Yaudah bg, kira-kira lama ga bg?" tanya Ayara dengan raut gugup.
"Nggak neng, bentaran, 10 menit." Ujarnya sembari bekerja.
Ayara kembali melihat arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 6.50.
"7.20, kekejar ga ya?" ujarnya pelan.
Jam yang sudah mepet membuat Ayara sedikit panik, namun, sembari menunggu ia memutuskan untuk ke samping bengkel. Ia duduk di sana sendiri dan mengeluarkan penenang buatannya.
Perlahan ia menghisap zat beracun itu dengan santai. Hembusan asapnya mulai bertebaran. Ayara sengaja pergi ke pinggir bengkel agar tidak begitu terlihat. Sesekali dalam hisapan itu ia melirik ke arah jam yang terus bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAYARA (TAMAT)
Teen FictionSemua dimulai sejak kejadian lima tahun lalu. Ibunda Mayara Zauni yang terkena kanker diselingkuhi oleh Ayahnya yang bernama Andi. Perselingkuhan itu, membuat Ayara harus berjuang sendirian demi kesembuhan Ibunya. Waktu membawa Ayara ke suatu titik...