Ayara masuk ke pekarangan rumahnya sembari melambaikan tangan ke Revan.
"Hati-Hati." Sorak Ayara sembari masuk ke rumahnya.
Jam yang baru menunjukkan pukul 18.20 itu membuat Ayara masuk dengan santai ke rumah. Namun, baru saja akan membuka pintu, Ayara mendengar percakapan berantakan dua insan seperti biasa.
"Kalo aja Aya bisa nerima aku, aku ga akan pulang malem kayak gini." bentak Meta.
"Aku udah usaha, tapi aku minta kamu sabar dan berubah dari sekarang biar Aya bisa nerima kamu." ketus Pak Andi.
"Aku akan berubah kalo Aya bisa nerima aku." Bentak Meta lagi.
Kreeekkk.....
Ayara membuka pintu dan berjalan di tengah dua insan itu. Berjalan diam tanpa menghiraukan mereka.
"Aya! Ayah mau ngomong sebentar." Ujar Andi memohon.
Ayara menghentikan langkahnya dan mendengarkan dari jauh.
"Sekarang kita ngomong baik-baik," Lirih Andi memohon.
Ayara yang tidak suka itu hanya diam dengan tatapan kosong menatap tangga.
"Kita cari apa yang jadi masalah di keluarga ini biar kamu bisa hangat sama Mama Meta." Lirih Andi lagi sembari melirik Meta yang menunduk.
Ayara perlahan menatap Meta tajam dan membuang muka.
"Kita ga perlu susah-susah cari masalahnya apa!" ketus Ayara dingin.
"Kemungkinannya cuma 2, salah kalian yang menikah setelah ibu meninggal atau salah aku yang terlanjur lahir ke dunia!!!!" bentak Ayara sembari menaiki tangga.
Ayara yang baru menaiki setengah anak tangga itu kemudian berhenti dan menoleh ke belakang.
"Dan satu lagi, sampai kapan pun aku ga akan pernah hangat sama dia! jadi Ayah ga perlu usaha, karena semua usaha itu akan jadi api yang membakar pernikahan kalian!!! bukan kehangatan!" Ujarnya melanjutkan perjalanan menuju kamar.
"Ayaa?" sorak Pak Andi.
"Aku pikir, kita ga bisa lanjutin rumah tangga ini lagi." Lirih Meta pasrah.
Pak Andi seketika menoleh ke arah Meta dengan tajam.
-------
Ayara menutup pintunya rapat-rapat dan mulai berbaring di kasur. Ia mencoba mencerna apa yang terjadi, sekilas terlintas bayangan ibunya yang sedang ada di rumah sakit waktu itu.[Back]
"Aya janji akan jagain Mama sampai sembuh." Ujar Ayara sembari menangis sendu.
Wanita yang sedang terbaring lemah itu tersenyum menatap putrinya.
"Mama akan berjuang sembuh demi, Aya." Lirih wanita itu sembari menyentuh rambut Ayara.
Usai membayangkan itu, tanpa sadar air matanya menetes.
"Aya rindu Mama." Ujar Ayara sembari menenggelamkan wajahnya dalam dengkul.
Isak tangisnya terasa haru. Ia meluapkan semua kerinduan itu dalam tangisan emosi.
------
Cahaya matahari pagi mulai menyinari kerai di kamar Ayara. Sinarnya menimbulkan bayangan yang membuat Ayara perlahan membuka matanya.Ayara membuka mata dan segera duduk dari posisi yang sebelumnya terbaring di lantai. Iya, kemarin malam Ayara tertidur dalam isakan nya tanpa merubah posisi.
"Huuaaaaa...." ujar Ayara sembari bangun dari duduknya.
Ayara segera bangkit dan bersiap ke sekolah. Selesai mandi, ia mulai memilih jaket mana yang akan menemaninya hari ini. Matanya tertuju pada hoodie maroon. Ayara mengambil hoodie itu dan segera mengenakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAYARA (TAMAT)
Teen FictionSemua dimulai sejak kejadian lima tahun lalu. Ibunda Mayara Zauni yang terkena kanker diselingkuhi oleh Ayahnya yang bernama Andi. Perselingkuhan itu, membuat Ayara harus berjuang sendirian demi kesembuhan Ibunya. Waktu membawa Ayara ke suatu titik...