58

535 22 0
                                    

"Saya sadar, ternyata pertengkaran jauh lebih baik dari kehilangan."
-Mayara Zauni
---


Sabtu, jam 19.00 WIB. Malam minggu. Ayara turun ke bawah untuk mengambil minum. Ia lalu kembali lagi ke kamarnya. Menonton beberapa series yang membosankan.

Ayara masih di depan laptop, di atas kasur empuknya. Malam minggu bukan berarti apa-apa bagi Ayara yang tidak punya pacar.

Ayara meneguk gelas yang ada di tangannya dengan mata yang masih melihat laptop.

Hening....

Benar benar hening...

Suara film dengan volume 35 bisa terdengar sangat jelas. Selepas kepergian Ayahnya, Ayara tinggal sendiri. Meta? Kembali ke rumah orang tuanya di Bali.

Singkat cerita, Ayara memohon kepada Bryan agar dia tidak dibawa ke Bandung. Dia meminta tinggal di sini bersama Bi Surti dan Pak Suki.

Dengan berat hati, Meta harus pulang dan keluar dari rumah ini.

"Maafin Mama ya, Mama udah ngerebut Papa kamu waktu itu,"

Ucapan Meta di hari kepergiannya meninggalkan rumah ini, terngiang jelas di kepala Ayara. Berbaur dengan suara film di tengah sepi.

"Mama cuma bisa bilang Mama salah,"

Ayara masih menatap layar laptop itu.

"Maaf udah ngerusak hidup kamu,"

Ayara seketika menutup laptopnya, dan meletakkan gelas di tangannya. Ia merasa ada yang mengganjal dengan apa yang terjadi. Rasanya, tidak beraturan.

Apa salah membenci Meta?
Atau, apa ia benar-benar telah melakukan kesalahan memilih tinggal sendiri di sini?

Ayara berjalan ke arah meja belajar. Mengambil bingkai foto yang berisi foto Andi. Ia kemudian mengusap kaca foto itu.

"Yahh.."

"Aya rinduuu,"

Ayara menarik nafas dalam.

"Ternyata pertengkaran jauh lebih baik dari pada harus kehilangan," lirihnya.

"Ternyata rumah bisa se sepi ini, dan sepinya tuh beda," ujar Ayara

"Sepi yang benar-benar hening," jelas Ayara.

Air matanya mulai terkumpul, tapi dengan cepat ia mengusap air matanya.

""Maafin Aya Yah," ia lalu memeluk foto itu.

Namun, saat sedang fokus mengenang, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Ayara sontak menoleh ke arah pintu.

Krekk...

Ayara menatap sosok yang kini berjalan ke arahnya. Cepat, menariknya tanpa aba-aba.

"Ikut gua yuk!" ajak Revan.

"Lo kok bisa masuk sih?" tanya Ayara meletakkan foto itu.

"Kan ada pintu," Revan menarik Ayara keluar.

"Ehh, tunggu Vann, bentar," Ayara terpaksa bergegas karena ditarik Revan.

"Mau kemana sih Van?" ujar Ayara saat menuruni tangga.

"Ikut aja udah," Revan membuka pintu.

Usai keluar dari rumah, mereka masuk ke mobil dan segera menuju ke suatu tempat.

"Lo mau bawa gua ke mana sih?" tanya Ayara yang sibuk dengan sabuk pengaman itu.

"Ke tempat yang bisa buat lo ngelupain beban dan dendam," Revan fokus nyetir.

MAYARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang