1

1.4K 100 7
                                    

"Kamu itu bisanya protes terus! sabar dikit bisa ga sih?!" bentak Pria paruh baya itu sembari menuruni tangga.

"Sabar kamu bilang? Udah 5 tahun, Mas, " balas wanita yang sedang berada di lantai bawah itu.

"Terus kamu mau apa? Maksa Aya untuk bisa baik ke kamu? Itu yang dari dulu aku usahain, Meta." Ujar pria itu lagi yang kini menatap tajam wanita di depannya.

"Usahain kamu bilang? Usaha apa yang selama 5 tahun ga ada hasil, Mas? Bahkan, mulai dari pertama nikah sampe detik ini, Aya belom pernah ngomong baik sama aku!" jelas wanita itu tidak terima atas perlakuan putri semata wayang pria yang menikahinya itu.

"Seharusnya kamu itu instropeksi diri, Meta! gimana bisa dia baik ke kamu kalo kamu selalu ngasih contoh yang ga baik ke dia!" bentak Pak Andi lagi.

"Maksud kamu selama ini aku ngajarin dia yang jelek?" tanya Meta marah.

"Menurut kamu wanita yang mabuk dan pulang malam itu baik?" tanya Pak Andi kesal.

Meta seketika diam tak mengubris.

"JAWAB!!!! baik ga?" sorak Pak Andi menggema di sudut ruangan.

Wanita itu hanya diam, diam dalam artian tidak terima. Ia menggerutu dan segera masuk ke kamarnya.

"META! dengerin aku dulu." Pekik pria itu tetap pada posisi yang sama.

Bragggg...

Suara hempasan pintu terdengar keras hingga mengganggu penghuni lain. Dari balik tembok di kamar berbeda, nampak seorang gadis tengah melihat situasi, mencoba memantau apakah pertengkaran itu sudah usai apa belum.

Setelah memastikan pertengkaran itu usai, gadis manis itu segera membuka headset-nya.

"Akhirnya." Celetuk gadis bernama Ayara itu.

Ayara meletakkan headset itu dan segera mandi, untuk segera berangkat ke sekolah. Tunggu dulu, dia bukan anak rajin, berangkat paginya ada maksud tertentu.

Lama sudah ia berbenah untuk ke sekolah. Kini ia berdiri tepat di depan kaca rias kamarnya. Menatap dirinya sendiri lewat cermin.

"Let's go!" ujar Ayara sembari menyandang tas dan jaket kulit berwarna hitam miliknya.

Ayara kini menuruni anak tangga. Ia dengan sedikit tergesa menuju ke pintu sebelum bertemu orang di rumah ini. Tepat di depan pintu dengan satu tangan yang sudah menyentuh gagang pintu. Baru sedikit cahaya yang dapat dilihat dari celah pintu yang terbuka itu, langkahnya terhenti saat seseorang memanggilnya.

"Ay? kamu makan dulu." Ujar pria itu.

Ayara tanpa menoleh sedikit pun kembali melanjutkan langkahnya dengan menutup kembali pintu itu. Sementara pria paruh baya bernama Andi itu hanya bisa menarik nafas dalam. Ada apa sebenarnya? mari kenali Ayara lebih lanjut.

-----
Ayara keluar dari rumahnya menuju sekolah dengan mengendarai sebuah motor scoopy berwarna putih. Tak lupa helm bogo selaras. Ia terus mengendarai motornya hingga sampai ke sebuah kedai kecil. Kedai kecil di sebelah sekolah. Jaraknya sekitar 2 m dari kelas Ayara. Kedai inilah yang menjadi alasan Ayara bangun pagi ke sekolah.

Ayara memarkir motornya dan segera masuk ke kedai. Di dalam sudah ramai para lelaki badboy yang menghisap rokoknya masing-masing. Ayara masuk dengan santai dan mencari posisinya seperti biasa.

"Eh, mbak cantik." Sapa seseorang yang tengah mematikan rokoknya itu.

Ayara hanya diam tanpa senyuman. Ia berlalu dengan menghidupkan api untuk membakar rokoknya itu.

Orang di sini sepertinya sudah hafal dengan sikap Ayara. Gadis badgirl tanpa kata itu memang jadi primadona buruk di sini. Tapi, tenang! Wajahnya ga buruk kayak sikapnya kok:)

Ayara selalu melakukan hal ini setiap pagi sampai bel berbunyi. Asap rokok yang dihisap bertebaran kemana-mana. Tak berapa lama, suara bel terdengar. Ayara masih tetap menghisap rokoknya yang hampir habis itu, sayang di buang hehe.

"Duluan ya." Ujar seorang pria menepuk bahu Ayara.

"Kuy." Ujar lelaki lain yang mengisyaratkan agar Ayara segera pergi.

Ayara hanya mengangguk dan mulai mematikan rokoknya. Ia menyandang tasnya setelah mengenakan jaket kulit dan segera keluar dari warung itu.

Melihat jam di tangan yang sudah lewat 10 menit, Ayara yakin gerbang sudah ditutup. Tanpa pikir panjang Ayara segera menuju jalan tupai di pagar belakang. Ia melakukan aksi brandal itu sekejap, menaruh tas terlebih dahulu lalu mulai memanjat pagar.

Bragg......

"Aduh." Ringis Ayara pelan dan melihat darah di lututnya yang mengalir. Gerbang ini memang cukup tinggi.

Ayara segera mengemasi barang-barang nya tanpa mengobati lutut nya sedikit pun. Ia segera menuju kelas melalui lorong yang sudah sepi karena proses belajar sudah di mulai.

Sekilas nampak beberapa mata siswa kepo menatap Ayara yang tengah berjalan. Semakin dekat langkah, terdengar suara guru menjelaskan dari ruang kelas Ayara.

"Jadi, demokrasi itu harus kita junjung tinggi," ujar guru menjelaskan.

Ayara berjalan menuju pintu dengan santai.

"Misi buk." Ujar Ayara tak bersalah, sementara para murid menatapnya prihatin.

"Kamu dari mana aja?" tanya guru itu melihat penampilan Ayara yang kacau dengan luka di kakinya.

"Maaf telat buk, tadi guru di kantor minta tolong sesuatu ke saya buk." Jawab Ayara singkat.

"Ya sudah, lain kali jangan telat lagi." Ujar guru itu sembari melanjutkan pelajaran.

Ayara berjalan dengan santai menuju mejanya yang paling belakang. Belum sampai di mejanya Ayara menemukan 3 sorot mata tajam tertuju padanya. Iya, ketiga mata itu adalah teman dekat Ayara. Para goodboy sekolah, hehe.

Ayara mencoba memalingkan wajah dan segera duduk. Kini tatapan mata itu semakin tajam. Ayara tau, dia pasti akan disiram dengan siraman rohani lagi hari ini.

------
Say hello:) Part 1 nya gimana?
Jangan lupa vote ya, karena setiap vote adalah semangat bagi penulis:)

Tetap support dan mampir ke ig @bella.fadia

Share dan follow juga, makasi gess:*

MAYARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang