29

343 25 2
                                    

"Tetaplah bersyukur dalam hidup, meski kamu merasa tidak benar-benar hidup."
-Bella.Fadia
------

Drrr....drrrr.....
Drrr....drrrr...

"Halo?" ujar Ayara pada nomor tak dikenal di pagi hari itu.

Tak ada jawaban dari seberang sana. Ayara mengakhiri panggilan itu dan mulai mengeringkan rambutnya.

Drrr...drrr...

"Halo?" ujar Ayara lagi yang masih sama tak ada jawaban dari nomor yang sama itu.

"Apaan sih!!" ketus Ayara sembari meletakkan hp nya itu.

Usai mengeringkan rambut, Ayara mulai memasang jepitan mutiara di rambutnya. Ia kemudian menyalakan korek untuk merokok sejenak.

Sedang asik merokok, Ayara kembali diganggu oleh suara dering telfon.

Drr...drrrr....

"Apaan sih? kalo mau ngomong tuh ngomong! dari tadi ganggu aja," bentak Ayara yang sudah marah itu.

"Ih, RUSAK DEH KUPING GUA." Ujar Malik kesal.

"Aelah, maaf Lik, kirain gua nomer yang tadi." Ujar Ayaraa

"Nomor apa?" tanya malik

"Nggak kok, lo ngapain nelfon pagi-pagi?" tanya Ayara sembari menghisap rokok di tangan nya.

"Tebengin guaaaa,pleaseee..." pinta Malik manja.

"Gua perginya agak telat Lik," jelas Ayara.

"Ayaaa,gua ga ada tumpangan lagi," ujar Malik.

"Gara nge-bucin!" tegas Malik.

"Revan juga ga angkat telfon," ujarnya lagi.

"Ayolahhh Ayy, gu..." ujar Malik mengeluh.

"Stoppppp, gua otw sekarang." Ujar Ayara sembari mematikan rokoknya dan menutup telfon.

Tanpa membenahi asbak rokok itu, Ayara langsung keluar kamar seraya menyandang tasnya. Ia bergegas menuju bagasi dan segera mengendarai motornya keluar rumah.

Sesuai kesepakatan, Ayara melaju menuju rumah Malik, ia hanya butuh beberapa menit untuk dapat melihat wajah sahabatnya itu.

"Alhamdulillah, tabarakallah, akhirnya, yuk jalan." Ujar Malik langsung naik ke motor Ayara dan berpegangan erat.

Ayara yang mengalami ini sedikit berkidik, tapi apa boleh buat.

"Lik, bisa lepas ga?" tanya Ayara sedikit sesak.

"Ehh, maaf." Ujar Malik melepas pegangannya.

Usai Malik melepaskan pegangannya, Ayara segera melaju menuju sekolah. Baru setengah jalan, tangan Malik kembali merangkulnya.

"SEHARUSNYA LO YANG BAWA MOTOR!!!" bentak Ayara.

"MALESSSS." Celetuk Malik.

Ayara hanya menggeleng Malas, ia kemudian mulai memasuki gerbang sekolah dan mendapati banyak sorot mata menatap mereka tajam.

Wajar saja, karena Malik tanpa segan memeluk badgirl sekolah itu, jadi para pria pun menjadi heran kenapa Ayara tidak marah.

Ayara sudah kenal Malik hampir 3 tahun, dan semua kesan yang ia dapar adalah baik. Jadi, ia tidak masalah akan
setiap perlakuan Malik, karena mereka sudah seperti saudara.

"Turun." Ujar Ayara pada Malik sembari melepas helmnya.

Baru akan berdiri dari duduknya, Ayara melihat sosok Revan yang ia cari dari kemarin. Revan berdiri tepat di dekat koridor, ia sedang bercengkrama dengan seorang gadis di sana.

MAYARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang