Epilog

1.1K 33 9
                                    

Cahaya matahari sore itu menyinari Ayara yang tengah duduk di kursi taman. Taman di dekat rumahnya, tepatnya di Taman Arumi.

Ayara yang menggunakan laptop itu sesekali meminum air mineral yang ada di dekatnya itu. Ia minum tanpa melirik air, matanya fokus ke layar laptop.

"Dimana ya," ujarnya membaca kembali file yang ada di laptopnya.

Raut muka berfikirnya nampak jelas. Kali ini, ia tengah mencari file yang berisi foto-foto mereka saat pentas seni dulu. Guru seni mereka meminta dokumentasinya kembali karena ada beberapa file yang hilang.

"Dimanaa coba,"

Mata Ayara masih fokus membaca setiap file, teliti dan cermat. Tanpa sadar, sesuatu yang dingin menempel di pipinya.

"Aa.." ia melihat ke pelakunya.

Ayara lalu menarik nafas panjang. Dan tersenyum.

"Hai sayang...." Revan tersenyum manis ke arah Ayara.

Ia lalu membuka botol minuman yang ada di tangannya. Meneguk air itu dengan cepat.

"Serius banget," Revan lalu duduk di samping Ayara.

"Romantis banget..." lirih Ayara menatap Revan.

"Haaha, kalo udah lebih dari temen gapapa dong manggil sayang?" Revan mengacak rambut Ayara.

"Ihh, kebiasaan banget!!" Ayara merapikan kembali rambutnya.

"Nih, biar ga marah." Ujar Revan menyerahkan sebuah kado.

"Kado, gua ga ultah!!" celetuk Ayara.

Revan terkekeh dengan pernyataan Ayara. Ia lalu tersenyum dan menyuruh Ayara membukanya.

Ayara membuka bungkusan kecil itu dan melihat liontin bertulisan Myr. Bagus, ia suka.

"Ini buat gua?" tanya Ayara.

"Pacar gua kan cuma lo," Revan tersenyum manis ke Ayara.

Tanpa kata, Ayara langsung menghambur di pelukan Revan. Ia merasa telah mengambil keputusan yang benar di hari itu.

Hari dimanaa....

"Gua serius Aya, lo mau kita lebih dari sekedar temen?" Ayara langsung menatap Revan dengan tajam.

Ayara diam.

"Gua ga bisa janji banyak hal, tapi gua bisa mastiin gua akan sama lo terus," ujar Revan.

Ayara masih diam.

"Kasih gua kesempatan Ay, gua tahu ini salah, karena kita sahabatan.."

"Tapi, gua beneran ga bisa ngontrol perasaan gua." Tambah Revan.

"Gua percaya sama lo," ujar Ayara.

"Jadi, jawabannya?" tanya Revan.

"Gua mau," Ayara seketika memeluk Revan.

Sebagai pasangan baru yang sudah lama kenal, rasanya manis saat memilih berstatus baru dengan Revan. Orang yang paling tahu dan paling kenal dengan siapa Ayara.

Kali ini, beberapa kebiasaan buruk Ayara gugur. Sejak Revan menceritakan kisah hidupnya. Ayara mulai menerima takdir kalau perselingkuhan itu harus ia maafkan.

Dengan memaafkan itu, Ayara merasa lega. Merasa bebas dari jeratan berbagai pernyataan masa lalunya. Luka lama seolah mengering saat ia memberi Maaf.

Kebiasaan merokok karena stress sudah hilang, Ayara sekarang menjadi wanita bahagia sehingga ia tidak butuh rokok. Ia cuma butuh Revan tetap di sini. Di tempat yang sama. Yaitu, di sisi Ayara.

Ia tidak melakukan semua ini karena Revan, tapi ia melakukan semua ini karena dirinya sendiri.

Revan lalu melepas pelukannya dari Ayara.

"Sini, gua pakein.." Revan memakaikan kalung itu.

"Cantik..." gumamnya setelah memasangkan kalung itu.

Ia lalu menatap Ayara dengan manis. Sebagai pasangan, bukan sahabat.

"Makasi udah nerima gua," ujar Revan sembari mencium kening Ayara.

Ayara tersenyum dan membalasnya dengan pelukan.

"Gua mau kisah kita beda dari apa yang pernah kita laluin," lirih Ayara.

"Makasi, udah ngelepasin gua dari masa lalu itu...." Ayara memper-erat pelukannya.

"Bukan gua yang ngelepasin, tapi lo yang udah berhasil ngelakuin itu untuk diri lo sendiri," jelas Revan.

Ayara mengangguk dalam pelukan itu.

"Gua sayang sama lo..." Revan kembali mencium kening Ayara.

Maaf, sebuah kata yang mengiringi kita kepada ikhlas. Situasi dimana kita merelakan hal yang mungkin membuat kita sakit. Dari banyaknya ketidakikhlasan, Ayara belajar menerima sisi kelam masalalunya.

Pertengkaran yang berujung sepi, asap yang selalu ia konsumsi, dan berbagai dendam yang menusuk hati. Kini, ia buang jauh, seiring bergantinya status baru mereka yang dulunya sahabat.

Kali ini, beban yang melekat hilang. Kehidupan baru datang dari berbagai kehilangan yang mereka rasakan. Kesepian seolah berganti menjadi hal baru yaitu kebahagiaan.

Salam hangat,
MAYARA ZAUNI.

(TAMAT)

-Bagaimana perasaan kamu setelah membaca cerita ini sampai titik terakhir? Ayo, komen di bawah:) biar penulis tau seberapa baper pembaca..."

MAYARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang