44

304 23 5
                                    

Ayara melepaskan pelukannya dan menatap Talia dengan dalam. Ia menunggu jawaban bahagia dari Ibunda Gara itu.

"Gara ga kenapa-napa kan Tan?" tanya Ayara lagi.

"Gara..." ujar Talia hendak menjelaskan.

"Kenapa Tan?" tanya Malik spontan.

"Dokter bilang ada kerusakan di otak Gara akibat benturan keras itu, dan lebih buruknya lagi..." ujar Talia mulai terisak.

"Apa Tan? Gara pasti selamet kan Tan?" tanya Ayara dengan mata berkaca-kaca.

"Kerusakan otaknya berpengaruh pada kinerja jantung dan liver Gara." Jelas Talia yang langsung membuat air mata Ayara jatuh.

Ayara perlahan berjalan mundur ke tembok dekat pintu itu.

"Itu artinya Gara kritis Tan?" tanya Malik tanpa dosa.

"Apaan sih lo! nanya yang bener!!" bentak Revan yang membuat Malik kaget.

"Gua serius bego!" bentak Malik dengan mata melotot.

Ayara hanya bisa tersandar ke dinding sembari menjenggut lembut rambutnya.

"Gara pasti baik-baik aja kan?" tanya Ayara dengan raut kosong.

Revan kemudian menghampiri Ayara dan mulai berdiri di depannya.

"Gara pasti akan baik-baik aja," ujar Revan menenangkan Ayara.

"Sini Tan, duduk dulu." Ujar Malik yang tidak dihiraukan oleh Talia karena panik.

"Van, Gara beneran akan main sama kita lagi kan Van?" tanya Ayara sembari memegang bahu Revan.

"Dia besok sekolah lagi kan Van?" tanya Ayara.

Revan seketika memeluk gadis itu erat-erat. Tanpa kata. Ia hanya bisa memberikan energi lewat pelukan.

Seketika dokter berlari masuk ke ruang IGD itu.

"Dok, ada apa dok?" tanya Talia langsung menghampiri dokter.

"Kondisi pasien kritis buk, saya akan lakukan yang terbaik." Ujar Dokter itu masuk ke ruangan IGD.

"GARAA!!!!" sorak Talia memaksa masuk.

"Tan, udah Tan." Ujar Malik menahan Talia.

"Gara?" ujar Ayara sembari mendekat ke pintu itu.

Dari dalam ruangan, Gara tengah melawan sakit di kepalanya. Tanpa membuka mata, ia kemudian diberikan beberapa pertolongan.

"Detak jantungnya mulai hilang Dok," ujar Suster itu.

Dokter itu menatap sayu ke arah Gara. Ada apa ini?Apakah Gara selamat?

"Lakukan pertolongan emergency untuk pasien Sus," jelas dokter.

"Baik dok." Ujar Suster itu berlari memberikan alat kejut jantung.

Dokter melakukan itu dengan perlahan, beberapa kali ia mencoba mengembalikan detak jantung Gara. Namun, nihil.

"Pasien sudah meninggal dok." Ujar Suster itu.

"Innalillahiwainnalillahirojiun," ujar Dokter itu.

Dokter itu kemudian berjalan keluar ruang IGD.

"Gimana Gara dok?" tanya Talia.

"Gara ga kenapa-napa kan dok?" tanya Ayara.

"Begini Buk, kami sudah melakukan yang terbaik, tapi..." ujar Dokter itu.

"Gara..." lirih Ayara pelan.

"Nyawa pasien tidak tertolong." Ujar Dokter itu.

Seketika tangis Talia pecah dan langsung menerobos masuk.

MAYARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang