46

319 22 0
                                    

"Saat kembali, rasanya ada yang hilang tapi aku tak tahu apa."
-Myra.

____

Sinar matahari pagi menyinari jendela Ayara. Ia bangun dan mulai menuju ke kamar mandi. Masih malas memang, namun ia harus sekolah.

Beberapa menit ia habiskan untuk berbenah ke sekolah. Usai mengenakan seragam dan sepatunya, ia kemudian mengambil pita hitam kecil dan mulai memakainya.

Ayara berjalan menuju pintu kamarnya. Ia berhenti sejenak dan menarik nafas dalam. Dengan satu tangan memegang gagang pintu, Ayara kemudian bersiap menutup pintu itu.

"Gua ga tau apa gua masih punya semangat buat belajar atau enggak Ga," lirih Ayara sembari menutup pintu.

Ayara berjalan ke lantai bawah dan berpapasan dengan Bi Surti.

"Bi, hape saya mana?" tanya Ayara.

"Ini Non, hape sama kartu baru nya sekalian," ujar Bi Surti.

"Kartu baru?" tanya Ayara.

"Maaf Non, Pak Suki sengaja beli takutnya Non Aya butuh," jelas Bi Surti.

"Gapapa Bi, butuh kok." Ujar Ayara.

Ayara mengambil hape itu dan berterima kasih. Ia membuka hape itu dari kotaknya dan memasang kartu baru itu.

"Ini Bi," ujar Ayara menyerahkan kotaknya.

"Hape Non Aya yang lama rusak?" tanya Bi Surti.

"Hmm,iya." Ujar Ayara.

"Sini, biar Bibi suruh Pak Suki untuk betulkan," ujar Bi Surti.

"Ga usah Bi, biar aku aja yang bawa ke konter besok." Ujar Ayara sembari berlalu.

Bi Surti menatap kepergian gadis yang sudah seperti anak kandungnya itu.

"Si Non selalu ga mau ngerepotin," ujar Bi Surti sembari berjalan menuju dapur.

___
Ayara mengendarai motornya sendiri di jalan raya karena ia menolak tawaran Revan untuk menjemputnya.

Ia memasuki gerbang sekolah dan memarkirkan motornya. Ayara berjalan menyusuri koridor sekolah dengan beberapa tatapan tajam siswi di sekolah ini. Ia tidak peduli, mereka hanya bagian kecil dari hal tidak penting di hidupnya.

Perjalanan itu kemudian berhenti saat ia mulai memasuki pintu kelas. Ia perlahan menatap sekeliling. Merasakan suasana kemarin yang masih berwarna.

Sekilas ada bayangan percakapan mereka dengan Gara, ada bayangan keseharian Ayara dan Gara di kelas ini.

Ayara berjalan menuju kursinya, sudah ada Malik dan Revan di sana. Namun, belum ada sosok Gara. Dan tidak akan pernah ada lagi.

"Silahkan duduk," Malik mempersilahkan.

TENGG...TENGG....

Suara bel masuk membuyarkan lamunan Ayara. Ia kemudian duduk dan meletakkan tasnya di atas meja. Baru saja hendak menenggelamkan wajahnya, sosok guru yang masuk ke kelas menghentikan apa yang Ayara akan lakukan.

"Selamat pagi," sapa Bu Ningsih, guru Sejarah di kelas mereka.

"Pagi Buk.." sahut para murid.

Bu Ningsih duduk dan mulai mengabsen. Tepat pada nama Ayara, Bu Ningsih pun bertanya.

"Mayara Zauni..." ujar Bu Ningsih yang membuat Ayara menyaut hadir.

"Mayara? kamu sudah sekolah lagi?" tanya Bu Ningsih.

MAYARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang