"Kamu cuma tahu, bukan ngerasain."
...Usai melakukan aktivitas pemakaman, badan yang gerah, baju kotor, membawa Revan ke kamar mandi untuk segera membersihkan dirinya. Begitupun dengan Ayara. Ia sudah lebih dulu berbenah di kamarnya.
Sementara, Revan di kamar tamu, tidak jauh dari kamar Ayara.
Revan menggosok badannya perlahan. Merasakan shower membasahi setiap inci tubuhnya. Ia asik dengan air dingin itu.
Krekk...
Bryan masuk ke kamar Revan dan meletakkan beberapa baju di atas kasur.
"Van..."
"Baju abang tarok sini ya, ntar kalo ukurannya kekecilan, kasih tau."
"Iya bang, aman."
Revan melanjutkan mandinya. Sementara, Bryan. Ia berjalan menuju kamar adiknya.
Perlahan, Bryan berdiri di depan kamar Ayara dan mengetuk pintu itu dengan permisi.
Tokk..Tokkk..
"Dek?"
Tokk...tokk...
"Dekk? kakak boleh masuk?"
"Iya kak, bentar.."
Ayara membuka pintu dan membiarkan Bryan masuk.
Ayara yang baru siap mandi itu, nampak mengenakan baju mandi berwana cream. Ia kemudian membalut rambutnya dengan handuk kecil.
"Baru siap mandi nih?" Bryan duduk di kasur Ayara.
"Pake baju aja belom kak.." sindir Ayara.
"Yaudah, pake baju dulu sana." Ujar Bryan sembari keluar kamar.
"Eh, kak.." Ayara menghentikan langkah Bryan.
"Gausah keluar, gua ganti baju di toilet aja. Bentar yak." Ayara segera munuju toilet.
Bryan yang tidak jadi keluar, kembali duduk di atas ranjang itu. Ayara segera mengganti baju dan keluar dari kamar mandi.
"Udah?" tanya Bryan.
"Udah," Ayara duduk di meja riasnya sembari menyisir rambut.
Bryan yang ada di kasur itu masih diam.
"Lo mau ngomong apa kak?" ujar Ayara.
"Mm..."
Hening...
"Kak?" tanya Ayara lagi.
"Dek.."
Ayara melihat Bryan dari kaca.
"Kakak mau kamu tinggal sama kakak di Bandung." Ayara seketika menghentikan tangannya yang sedang menyisir rambut.
Tanpa di sadari, Revan yang hendak menemui Bryan itu, malah diam dibalik dinding. Mendengarkan semua obrolan itu. Mendengar kalau Bryan mau mengajak Ayara pindah.
"Kakak... ga mau kamu.." ujar Bryan hendak berkata.
"Aku ga mau pindah kak! Aku mau di sini. Ga mau ke Bandung!" Ayara melirik Bryan dari kaca.
"Dek.." Bryan mendekat ke arah ujung kasur.
"Kakak tahu kematian Ibu lima tahun lalu menyisakan luka paling serius di hati kamu,"
Ayara tertegun. Begitupun, Revan yang tengah nguping.
"Kakak tahu semua ini berat, tapi.. kematian Ibu bukan alesan kamu dendam ke Mama,"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAYARA (TAMAT)
Teen FictionSemua dimulai sejak kejadian lima tahun lalu. Ibunda Mayara Zauni yang terkena kanker diselingkuhi oleh Ayahnya yang bernama Andi. Perselingkuhan itu, membuat Ayara harus berjuang sendirian demi kesembuhan Ibunya. Waktu membawa Ayara ke suatu titik...